Ibadah Muhammadiyah yang Rasional dan Mencerahkan

0
45
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Jejak langkah gerakan Islam wasathiyah Muhammadiyah sejak lahir di Kota Bakpia Yogjakarta satu abad lebih berlalu. Menyinari negeri seantero alam semesta hingga hari ini bak matahari terbit pagi hari tanpa henti menyinari. Spirit pembaruan tetap istiqamah dan menggelora, gedung-gedung berdiri megah tersebar di pelosok negeri sebagai tanda Muhammadiyah berkibar nan jaya. Semoga Allah Ta’ala tetap menjaganya.

Boleh berbangga untuk memotivasi generasi, namun ingat bagi para pengawal dan penggerak organisasi untuk tidak terjebak dengan sikap jemawa, apalagi bersikap ujub, takabur, dan riya. Selain malu karena kita bukan pendiri dan penetas amal usaha yang ada hanya diamanahi menjaga dan memelihara. Sikap tersebut bertolak belakang dengan teologi Al-Ma’un yang dibangun satu abad yang lalu.

Ibadah dapat dipahami dari dua pendekatan, vertikal bersifat ritual-simbolik  dan horizontal bersifat haraokah amaliyah terkoneksi antarsesama manusia dan alam semesta. Ibadah Muhammadiyah tampil berbeda sejak awal berdiri sebagai pembebas ritual berbasis khurafat, takhayul, dan bidah yang menyesatkan dan membodohi masyarakat, baik yang beragama Islam maupun masyarakat pada umumnya.

Muhammadiyah seolah kental dengan ibadah pendekatan horizontal karena terlihat kasatmata visual dengan banyaknya amal usaha. Namun, bukan berarti tidak ada perhatian pada ritual formal ta’abudi. Justru bagi Muhamamdiyah penjelmaan ta’abudinya tidak terjebak perdebatan teks yang menguras energi karena banyak perselisishan beda pendapat. Spiritnya berusaha keras bahwa kehendak Allah Ta’ala dalam teks nash benar-benar linear dan teraktualisasi dalam ranah aktivitas sehari-hari.

Maksud, tujuan, dan kehendak syara’ yang terdapat dalam mushaf Al-Qur’an sekalipun satu ayat berharap menjelma menjadi solusi dalam tatanan kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat tempat berada. Kala itu hingga saat ini, ibadah Muhammadiyah berusaha konsisten memberi solusi konkret apa yang dibutuhkan masyarakat dan negara. Pun sama gegap gempita manusia menyambut berbagai hal kehidupan dunia yang kian hari tidak dibatasi bangsa dan negara.

Era digital membentuk tatanan dunia baru menjelma masyarakat global sebagai penduduk bumi. Putaran waktu tidak lagi siang dan malam, melainkan tidak ada batasan waktu. Dunia baru semakin menunjukan eksistensinya. Disukai atau tidak, hari ini dan esok banyak di antara kita tidak saling kenal dalam arti kata kenal dekat serekat lem perekat.

Banyak cerita dan kisah para nabi sebelum nabi akhir zaman, kehidupan dunia sangat dinamis dan agresif. Era sekarang pun sama tidak jauh beda. Kebajikan dan keburukan dari sebuah perjalanan zaman senantiasa saling tarik-menarik dalam kehidupan manusia, tetap saja dalam perjalanan manusia memiliki peran utama daripada makhluk lainnya dalam mengisi ruang dan waktu.

Pada masa awal kelahiran Muhammadiyah, pembaruan nilai keislaman memberi warna dan nuansa baru bagi kebangkitan Islam kala itu di nusantara. Pun sama, era digital saat ini Muhammadiyah tidak boleh kehilangan roh asli sebagai pembaru peradaban. Takhayul, bidah, dan khurafat era digital bukan lagi sesajen dalam bentuk yang penuh dengan mistik, melainkan saat ini TBC dalam bentuk lain yang sesajennya, yaitu gratifikasi, korupsi, dan meraih jabatan dengan cara relasi suksesi bersama oligarki.

Rasionalitas ibadah Muhammadiyah memang mencerahkan, selain melahirkan entitas yang banyak meretas kebekuan berpikir, menetas pelopor penggerak dan pembaru, dan melintas zaman dari periode pra, awal, dan pasca-kemerdekaan Indonesia. Ibadah Muhammadiyah bukan hanya berhenti dalam rukuk dan sujud di dalam masjid, melainkan membebaskan kerangkeng kezaliman imperialisme dan kolonialisme bangsa asing, membebaskan buta agama, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat.

Ibadah Muhammadiyah tidak hanya berhenti pada hafalan ayat demi ayat suci Ilahi, namun membuat kontruksi ilmu dan amaliyah melalui gerakan amal usaha pendidikan, kesehatan, pelayanan kesejahteraan umat.

Dasar ibadah Muhammadiyah pada Al-Qur’an dan As Sunnah maqbullah. Praktiknya bukan melakukan ritual-ritual berbau sinkretisme agama, tapi juga bukan antibudaya bangsa. Ibadah Muhammadiyah menjelmakan ayat-ayat sebagai alat dan instrumen sebagai penyelesai masalah, baik masalah keagamaan sehari-hari masyarakat dan juga banyak menyelesaikan masalah isu-isu kebangsaan dan juga hal ihwal isu-isu kemanusiaan. Universlitas keagamaan yang dipahami Muhammadiyah berlaku untuk semua umat, bangsa, dan warga dunia. Wallahu ‘alam. (*)

Bandung. Oktober 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini