Ibrah Kehidupan #223: Sultan Organ Ghazi. Memimpin Pemerintahan Turki Usmani Terlama dan Dalam Usia Terpanjang

0
273
Foto diambil dari Daily Sabah

KLIKMU CO-

Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*

Pada masa kekuasaan Orhan Ghazi, Kekaisaran Romawi Timur mengalami penurunan dan menjadi begitu lemah sehingga wilayah laut di sekitarnya dijadikan ajang perebutan Republik Genova dan Republik Venesia. Pada 1352, persaingan dagang di antara kedua negara menyeret kepada peperangan. Genova, berusaha mengusir Venesia yang berusaha menghancurkan kapal mereka di Tanduk Emas, membombardir Konstantinopel dan memaksa Romawi Timur untuk bersekutu dengan Venesia.

Pertempuran laut terjadi di antara kedua belah pihak dan Genova keluar sebagai pemenang. Orhan Ghazi menentang pihak Venesia karena armada dan bajak lautnya mengganggu wilayah pesisir pantainya. Orhan Ghazi mengirim pasukan pelengkap melintasi selat ke Galata dan bekerja sama dengan pihak Genova.

Di tengah tekanan dan kekacauan yang dialami pihak Romawi, putra sulung Orhan Ghazi, Suleyman, menduduki Kastil Tzympe yang menjadikan pijakan permanen Utsmani di sisi Eropa selat Dardanella. Suleyman menolak suap yang diberikannya dari Kaisar Ioannes VI untuk mengosongkan kastil dan kota yang dikuasainya. Sang Kaisar meminta bertemu secara pribadi dengan Orhan Ghazi untuk membicarakan masalah ini, tetapi keinginan ini ditolak atau tidak terlaksana lantaran usia Orhan Ghazi dan kesehatannya yang memburuk.

Persengketaan perebutan takhta di Romawi Timur juga masih terus berlanjut dan Orhan Ghazi berpihak kepada mereka yang dirasa memberi keuntungan pada Utsmani.

Orhan Ghazi adalah salah satu pemimpin Utsmani yang memiliki usia terpanjang dan masa kekuasaan terlama. Pada 1357, putra tertua Orhan, Suleyman, meninggal setelah jatuh dari kuda. Dikatakan bahwa Orhan sangat terpukul dengan kematian putranya. Pada tahun-tahun terakhirnya, dia hidup menyendiri di Bursa dan menyerahkan sebagian besar kendali negara kepada putranya, Murad.

Orhan Ghazi meninggal tahun 1362 pada usia delapan puluhan tahun setelah berkuasa selama tiga puluh enam tahun. Sepeninggalnya, putranya, Murad-1, mewarisi kedudukannya sebagai pemimpin dinasti Utsmani.

Sultan Orhan Ghazi meninggalkan warisan negara yang tangguh dengan wilayah signifikan di Anatolia dan Eropa. Struktur Dinasti Ottoman di bawah Orhan tetap menjadi area perdebatan sengit di antara para sarjana. Sumber-sumber kontemporer Bizantium hanya menekankan sifat religiusitas dari Dinasti Ottoman dan ke-massiv-an serangannya.

Namun penaklukan Sultan Orhan dan konsolidasi kepemilikannya mulai membawa efek budaya baru yang luar biasa.

Uskup Agung Selonika, Gregory Palamas, dalam surat suratnya (1354) menunjukkan penyesalannya terhadap perkawinan campuran orang-orang Kristen Bizantium di Anatolia menyebabkan kehilangan putri mereka terlebih dahulu (pindah agama), kemudian kepercayaan mereka, dan terakhir bahasa mereka. Palamas bersedih hati atas jumlah masuk Islamnya rakyat Bizantium dan menggambarkan sebuah masyarakat yang sudah menghasilkan anggota dwibahasa yang terbiasa dengan kebiasaan para penakluk, meskipun kemudian hal ini terbantahkan dengan kebijakan Sultan Orhan yang memberikan mata pelajaran Kristen Bizantium di madrasah-madrasah Utsmani sebagai wujud sikap toleransi agama.

IBRAH DARI KISAH INI :

Sultan Orhan Ghazi, dikenal dengan Orhan Bey, atau Orhan Ghazi, atau “Orhan” saja.
Adalah putra Osman Ghazi (pemimpin sekaligus pendiri Dinasti Turki Usmani). Orhan mewarisi kepribadian, kecerdasan, kepiawaian, keahliannya dalam strategi perang, dari sang Ayah. Hal ini dibuktika dengan keberhasilannya memimpin dan mengendalikan pemerintahan dinasti Turki Usmani.

Kegemilangan kemajuan pemerintahan kerajaan turki Usmani terasa sedemikian rupa, sehingga terlihat seluruh infra struktur negara terpenuhi, seluruh kebutuhan rakyatnya relative terpenuhi. Hal ini menjadikan suasana kehidupan masyarakat terasa aman damai. Orhan telah meninggalkan warisan berupa negeri yang aman, wilayah kekuasaan yang luas, dan rakyat-pun terbuka untuk meningkatkan kualitas diri.

Ada dua bekal keberhasilan Orhan Ghazi memimpin sebuah imperium islam yang besar Turki Usmani, yakni yang pertama : “titisan” artinya semacam bakat, bahwa secara umum apa yang dimiliki orang tua itu biasanya “menurun” kepada anaknya. Kebiasaan orang tua akan menjadi kebiasaan anaknya pula. Yang kedua : “Pendidikan”. Bahwa Pendidikan itu bagian dari proses pembentukan kepribadian seseorang.

Titisan (bakat) yang baik, dipadukan dengan proses Pendidikan yang maksimal, akan melahirkan kualitas kepribadian seseorang. Orhan Ghazi, adalah contoh sosok yang yang melalui proses seperti itu.
Subhanalloh.

*Ketua DPD PAN Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini