Ibrah Kehidupan #246: KH Ahmad Dahlan.Seorang Habib yang tidak pernah dipanggil Habib(-1)

0
450

KLIKMU CO-

Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*

Nama lengkapnya: Raden Hangabehi Ngabdul Darwisj. Lebih populer dipanggil “Muhammad Darwisj” (Nurhayati, Muhammadiyah Dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, dan Sistem Nilai, Yogyakarta: Trust Media Publishing, 2018, 3). Sebagian referensi menulis “Darwisj” dan sebagian lain menulis “Darwis”.


KH Ahmad Dahlan, lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 M., dan wafat pada tanggal 23 Februari 1923, dimakamkan di pemakaman umum Karangkajen Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.


KH Ahmad Dahlan merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara, yaitu: Kyai Ketib Harun, Nyai Muhsin (Nyai Nur), Nyai Haji Saleh, Muhammad Darwis, Nyai Abdurrahman, Nyai Muhammad Fakih, dan Basir. Beliau termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.


Ketika masih kecil, Muhammad Darwisj tidak mendapat pendidikan dari sekolah formal. Keterampilan sastra dasarnya ia dapat dari Ayahnya, teman, serta saudara iparnya. Pada usia 8 tahun, Muhammad Darwisj sudah mampu membaca dan menyelesaikan bacaan (khatam) Al-Qur’an. Selain itu, sejak kecil Muhammad Darwisy juga sudah menunjukkan talenta jiwa kepemimpinannya. Ia pun mulai mendalami ilmu Islam saat sudah beranjak remaja.


Saat Muhammad Darwis baru berusia 15 tahun, ia pergi naik haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun. Pada masa ini, Muhammad Darwis mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran baru dalam Islam. Beliau sangat interest terhadap pemikiran para tokoh pembaharu Islam lewat tulisan-tulisan mereka, seperti Ibnu Taimiyyah, Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani.

Sepulang dari haji yang pertama ini Beliau berganti nama Ahmad Dahlan, sehingga lengkaplah sebagai seorang ‘alim bernama lengkap “ KH Ahmad Dahlan”.


Silsilah KH Ahmad Dahlan, oleh beberapa sumber (Wikipedia) adalah sebagai berikut : Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) bin Kyai Haji Abu Bakar, bin Kyai Ilyas, bin Kyai Sulaiman, bin Demang Jurang Juru Kapindo, bin Demang Jurang Juru Sapisan, bin Maulana Sulaiman (Ki Ageng Gribik), bin Maulana Ishaq, bin Maulana Malik Ibrahim, bin Maulana Husein Jamaluddin Akbar, bin Maulana Ahmad Syah Jalaluddin, bin Amir Abdullah Azmatkhan, bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi ‘Ammil Faqih, bin Muhammad Shohib Mirbath, bin Ali Khali’ Qasam, bin Alwi Shohib Baiti Jubair/’Alwi Ats Tsani, bin Muhammad Shohibus Saumah, bin Alawi, bin Ubaidillah, bin Ahmad Al-Muhajir, bin Isa, bin Muhammad An-Naqib, bin Ali, bin Imam Ja’far Ash-Shadiq, bin Imam Muhammad Al-Baqir, bin Imam Ali, bin Husain, bin Imam Husain Asy-Syahid, bin Ali Bin Abi Thalib.


Dari data silsilah tersebut jelas bahwa KH Ahmad Dahlan mempunyai garis keturunan sampai kepada Ali bin Abi Thalib, berarti sampai kepada Nabi Muhammad saw.


Warga Arab pada umumnya (di Indonesia dalam kasus Jami’atul Khair) terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu pertama “Arab Mawali” yakni bangsa atau ras Arab yang masih mempunyai garis keturunan dari Nabi Muhammad saw. Kelompok arab Mawali ini juga dikenal dengan sebutan “Habaib” (bentuk jamak dari habib). Sedangkan kelompok bangsa Arab yang tidak memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad saw (oleh ahli sejarah Deliar Noer) disebut dengan istilah “Arab Ajam”.


Meskipun KH Ahmad Dahlan sejatinya adalah “Habib” tetapi selama masa kecil sampai dewasa bahkan sampai wafat, beliau tidak pernah menggunakan sebutan Habib baik secara resmi dalam surat-menyurat maupun dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pun para keluarga, masyarakat dan umat Islam juga tidak pernah memanggil beliau dengan gelar “Habib”. Ustadz Adi Hidayat menyebutnya bahwa KH Ahmad Dahlan adalah seorang Habib yang tidak pernah dipanggil Habib.

IBRAH DARI KISAH INI :

Raden Hangabehi Ngabdul Darwisy, yang lebih dikenal sebagai Muhammad Darwisy, dan kemudian dikenal sebagai KH Ahmad Dahlan, dalam banyak referensi disebut sebagai seorang ulama besar pada zamannya.


Muhammad Darwisy, sejak kecil sudah menunjukkan talenta kecerdasan dan keulamaannya. Pada saat haji yang pertama pada usia yang masih belia 15 tahun, tinggal di Makkah selama lima tahun, pun juga kepiawaiannya berinteraksi dengan faham pembaharuan Islam lewat tulisan para mujaddid terkenal saat itu seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Muhammad Abduh, dan Jamaluddin al-Afghani.
Ketika pulang dari haji berubah namanya menjadi “KH Ahmad Dahlan”. Dari sinilah perjuangan pembaharuan Islam dimulai. Rupanya pemikiran para tokoh pembaharu telah masuk ke dalam pikiran KH Ahmad Dahlan dan menginspirasi pentingnya memperbaharui cara pemahaman agama Islam serta mengaplikasikannya.


Satu hal yang tidak banyak orang tahu, bahwa KH Ahmad Dahlan adalah seorang “piantun Jawa” yang sejatinya adalah keluarga “Habaib” karena memiliki silsilah keluarganya sampai kepada Ali Bin Abi Thalib. Namun demikian Beliau tidak pernah menggunakan titel Habib, dan masyarakat-pun tidak memanggilnya dengan sebutan Habib.

*Ketua DPD PAN Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini