KLIKMU CO-
Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*
Nyai Ahmad Dahlan bukan sarjana pendidikan, bukan lulusan perguruan tinggi ternama, bahkan sejatinya tidak pernah sekolah di sekolah formal. Tetapi kenyataan sejarah membuktikan kegigihannya dalam menggerakkan masyarakat khususnya kaum perempuan agar menjadi menusia yang berkualitas dan berdaya, bisa dibuktikan. Beliau sangat konsen di bidang pendidikan Islam, dan ini sejalan dengan KH Ahmad Dahlan dengan persyarikatan Muhammadiyah-nya.
Nyai Ahmad Dahlan menyepakati dan mempelopori sebuah formula “Catur Pusat” dalam dunia pendidikan. Catur Pusat yang dimaksud adalah : Pendidikan di dalam lingkungan keluarga, pendidikan di dalam lingkungan sekolah, pendidikan di dalam lingkungan masyarakat, dan pendidikan di dalam lingkungan tempat Ibadah.
Pertama, Pendidikan di dalam lingkungan keluarga, maksudnya bahwa keluarga adalah madrasah pertama bagi seorang murid atau anak. Pengenalan pertama tentang makna kehidupan, unggah ungguh serta cara berinteraksi dengan manusia dimulai dari lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat penting dalam mengenalkan tentang yang baik dan yang buruk, dan terutama pengenalan ajaran agama Islam.
Kedua, Pendidikan di dalam lingkungan sekolah, maksudnya bahwa selain lingkungan keluarga, pendidikan juga melalui lembaga pendidikan formal. Lembaga pendidikan tentunya merupakan lingkungan yang baik terstruktur, dan terukur yakni sarpras yang memenuhi syarat serta kurikulum yang terstandar. Meskipun lembaga pendidikan pada dasarnya ada dua kategori yakni “sekolah umum” dan “sekolah berbasis agama” yakni yang dikelola secara islami. Tetapi ke dua jenis lembaga pendidikan ini tetap mewajibkan adanya “pendidikan agama” baik Islam atau agama lainnya.
Ketiga, Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat, maksudnya bahwa anak didik bisa memperoleh pendidikan melalui interaksi dengan masyarakat. Bahwa hidup bermasyarakat tentu mensyaratkan pentingnya etika/ moral, kebersamaan, tolong menolong, bekerjasama, aturan hidup bermasyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis dan disepakati bersama. Itu semua merupakan nilai-nilai kehidupan secara praktis yang perlu dimiliki oleh anak didik.
Keempat, Pendidikan di dalam lingkungan tempat ibadah, maksudnya bahwa pendidikan juga bisa dilakukan di tempat ibadah. Hal ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw di awal perkembangan Islam pasca Hijrah di Madinah. Masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw memiliki multi fungsi, yakni sebagai senter kegiatan keummatan, pengumpulan zakat, diskusi, membicarakan strategi perang, dan tak kalah pentingnya bahwa masjid sebagai pusat pendidikan pertama dalam sejarah umat Islam.
Mungkin teori “Catur Pusat” yang dipelopori oleh Nyai Ahmad Dahlan ini oleh beberapa ahli pendidikan dinilai tidak terlalu penting bahkan ada yang menganggap terlalu berlebihan dan mengada-ada. Tetapi Nyai Ahmad Dahlan menganggapnya itu sesuatu yang penting dan bisa dilakukan. Catur Pusat menurut Nyai Ahmad Dahlan merupakan satu kesatuan organik yang apabila dilakukan secara konsisten akan membentuk kepribadian yang utuh.
Nyai Ahmad Dahlan bukan hanya berteori, tetapi mampu merealisasikan dalam kerja nyata, dan berhasil dengan baik.
IBRAH DARI KISAH INI :
Nyai Ahmad Dahlan, termasuk tokoh yang fenomenal. Berangkat dari basis keagamaan yakni sebagai seorang isteri pendamping setia KH Ahmad Dahlan, sejalan dengan visi misi yang sedang diperjuangakan oleh sang Suami, ikut berkiprah dalam bingkai dakwah amar makruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat, kemudian menyeruak menjadi tokoh pergerakan secara nasional sehingga nyata dirasakan kontribusinya dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya bagi para wanita Indonesia.
Nyai Ahmad Dahlan berkipran salah satunya lewat dunia pendidikan, dengan teorinya yang terkenal “Catur Pusat” yakni pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, pendidikan dalam masyarakat, dan pendidikan di tempat ibadah.
Nyai Ahmad Dahlan yakin bahwa “Catur Pusat” sebagai formula pendidikan Islam merupakan satu kesatuan organik yang apabila dilakukan secara konsisten akan membentuk kepribadian yang utuh. Beliau telah membuktikannya, bukan hanya berteori, tetapi mampu merealisasikan dalam kerja nyata, dan berhasil dengan baik.(redaksi)