KLIKMU.CO
Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*
Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah ke-8 dinasti Bani Umayyah, menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang wafat pada tahun 716. Umar bin Abdul Aziz di bai’at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat.
Zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya tak kalah dengan 4 khalifah pertama (Khulafaurrasyidin). Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan, atau jika dikurs-kan ke mata uang rupiah saat ini (tahun 2020) hanya sekitar Rp 238.726.00 (duaratus tigapuluh delapan ribu, Tujuh ratus duapuluh enam ribu rupiah).
Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit.
Tercatat Raja Sriwijaya (satu kerajaan di Indonesia) Sri Indrawarman, pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:
“Dari Rajadiraja…; yang adalah keturunan seribu raja … kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan Allah. Saya mengucapkan selamat sebagai raja Arab. Dan saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan agama Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya”, (salah satu sumber, Muhammad Abdillah Asmara, Lc., M.Pd.I., CH., CHt. dalam : http//pelitasumsel). Demikian surat ucapan Raja Sriwijaya (Indonesia) kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (tidak ada keterangan dalam bahasa apa redaksi surat tersebut ditulis).
Suatu hari, Sulaiman bin Abdul Malik (sebagai khalifah sebelum Umar bin Abdul Aziz) mengajak Umar bin Abdul Aziz ke markas pasukan Bani Umayyah. Terjadilah dialog yang seru. Di antara isi dialognya :
Khalifah Sulaiman : wahai Umar, Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita dinasti Bani Umayyah ini?. Umar : Yang aku kagumi adalah Orang yang mengenali Allah tetapi mendurhakainya, dan Orang yang mengenali syetan tetapi mengikutinya. Khalifah sangat mengagumi jawaban Umar tsb. Sungguh filosofis dan logis. Sungguh berkualitas bagi orang yang cerdas menangkapnya. Umar layak menjadi pemimpin yang meneruskan aku nanti.
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau : Wahai Amirul Mukminin, di antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk umat Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?. Khalifah Sulaiman, “Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz” yang pantas menjadi khalifah.
Surat wasiatpun dibuat dan ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan dari kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafat, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah kita yang baru?. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, “Bangkitlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini”.
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya amanah ini berat, saya lebih baik mundur. Tetapi umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umarpun pulang ke rumah dengan menangis.
IBRAH DARI KISAH INI:
Umar bin Abdul Aziz, kader muda berusia 37 tahun, yang menerima amanah menjadi khalifah menggantikan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Dia faham bahwa amanah ini sungguh berat, tetapi karena umat telah sepakat sesuai isi surat wasiat Sulaiman bin Abdul malik, maka Umar bin Abdul Aziz-pun menerima dengan berat hati, takut kepada Allah, dan dengan tangisan yang amat mengharukan.
Banyak ahli sejarah menyimpulkan meskipun Umar bin Abdul Aziz memerintah hanya sekitar tiga tahun kurang sedikit, tetapi cukup membawa angin segar dengan perubahan-perubahan mendasar ke arah pemerintahan yang bersih, berwibawa dan membahagiakan rakyat.
Yang patut dicatat, ada Riwayat yang menyebutkan bahwa pasca pelantikannya sebagai Khalifah, ada ucapan selamat dari raja kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera Indonesia, kepada Khalifah, disertai kiriman “Hadiah”. Bahkan sang raja kerajaan Sriwijaya itu minta agar dikirim petugas yang bisa menjelaskan tentang agama Islam kepada dirinya.
Wahai penggiat dakwah 1912, ketahuilah bahwa kepemimpinan umat Islam sesungguhnya sudah bisa diteladani dan dipelajari pada masa lalu. Umar bin Abdul Aziz barangkali salah satu contoh “klasik yang utopis”. Sebuah model kepemimpinan yang berbartabat, berwibawa, merakyat, dan benar-benar memahami bahwa jabatan khalifah/ pemimpin adalah “amanah” yang harus dijaga dan ditunaikan dengan sungguh-sungguh.
*Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya