20 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Risalah

Ibrah Kehidupan #156 : Uwais Al-Qorny, Menggendong Ibu Berjalan Kaki dari Yaman menuju Makkah (-3)

Foto diambil dari muslimahdaily.com

KLIKMU.CO

Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*

Walaupun cacat, Uwais adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepada Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia penuhi, yaitu keinginan Ibunya menunaikan ibadah hajji ke baitullah.
Suatu hari sang Ibu berkata : “Anakku, mungkin Ibu sudah tidak akan lama lagi bersama dengan kamu, usahakanlah agar Ibu dapat mengerjakan ibadah haji,” pinta Ibunya.
Mendengar permintaan Ibudanya tersebut Uwais kaget dan tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh ratusan kilometer, melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki unta ataupun kendaraan lainnya.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak sapi (lembu).
Untuk apa membeli anak lembu itu? Apa mungkin pergi Haji naik lembu? Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang makin lama makin membesar itu tak terasa berat lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, datanglah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Tibalah saatnya Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari desanya Qoron (Yaman) ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh ratusan kilometer dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf mengelilingi Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”

Subhanallah, itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah swt pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya (belang-belang di kulitnya). Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya (Sebagian Riwayat lain menyebut, di pusarnya). apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk atau pusar? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah saw untuk mengenali Uwais di kemudian hari.

Beliau berdua (Umar Ibnul Khattab, dan Ali bin Abi Thalib) sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah saw berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia sholeh yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolonglah berdo’a untuk kamu berdua.”
Nabi Muhammad saw tidak pernah melihat Uwais. Tetapi atas pemberitahuan dari Allah swt Beliau mengetahui hal yang akan terjadi, bahwa akan ada seorang bernama Uwais dari arah Yaman, yang sangat sholeh, dan do’anya mustajabah. Subhanalloh.

IBRAH DARI KISAH INI:

Itulah Uwais Al-Qorny. Seorang tabi’in generasi sahabat, yang cukup fenomenal. Oleh Nabi Muhammad saw disebut sebagai teladan umat.
Selain kezuhudannya, dan kesederhanaannya, yang sangat istimewa ialah cinta dan homatnya kepada Ibundanya. Dengan senang hati dan kesetiaan yang tinggi serta penuh ikhlas Uwais merawat Ibunya yang sudah tua, sakit-sakitan dan lumpuh. Uwais sama sekali tidak pernah mengeluh dengan apa yang ia lakukannya itu.
Bahkan yang membikin tercengang masyarakat sekitar adalah kesiapan menggendong Ibundanya melakukan perjalanan Panjang ratusan kilometer menuju Makkah untuk menunaikan ibadah hajji. Di depan ka’bah Uwais berdo’a untuk Ibundanya agar dimaafkan segala kesalahannya dan dimasukkan ke surga.

Ibundanya kaget dan terheran-heran kenapa kamu berdo’a untuk Ibu? Lha untuk kamu sendiri bagaimana? Dengan lembut Uwais menjawab : dengan terampuninya Ibu maka Ibu akan masuk surga, dan cukup dengan keridhoan Ibu akan membawaku ke surga.
Saudaraku kader 1912, Ibu adalah sosok yang telah melahirkan kita. Dialah yang selalu berdo’a untuk anaknya. Raihlah cita-cita kalian, selalu berjihadlah di manapun kalian berada. Tetapi jangan lupa hormati kedua orang tua, utamanya lagi Ibu.
Ingatlah peringatan Nabi Muhammad saw : “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim).Amazing

*Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *