KLIKMU CO-
Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*
Muhammad Anwar el-Sadat, adalah seorang politikus Mesir yang menjabat sebagai presiden Mesir ketiga, dari 15 Oktober 1970 hingga pembunuhannya oleh perwira tentara yang berhaluan fundamentalis radikal pada 6 Oktober 1981. Anwar Sadat adalah seorang senior anggota Perwira Bebas yang menggulingkan Raja Farouk dalam Revolusi Mesir 1952, dan orang kepercayaan dekat Presiden Gamal Abdel Nasser, di mana dia menjabat sebagai Wakil Presiden dua kali dan dia menggantikannya sebagai presiden pada tahun 1970.Pada tahun 1978, Anwar Sadat dan Menachem Begin (Perdana Menteri Israel), sepakat menandatangani perjanjian damai bekerja sama dengan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter, di mana mereka diakui dunia dengan hadiah Nobel Perdamaian. Pakta perdamaian itu dikenal dengan “Camp David”.
Menurut salah satu sumber (Wikipedia), Dalam sebelas tahun sebagai presiden, Anwar Sadat telah mengubah lintasan kebijakan politik Mesir, berangkat dari beberapa prinsip politik dan ekonomi Nasserisme (sisa kebijakan presiden Gamal Abdul Nasser), melembagakan kembali sistem multi-partai, dan meluncurkan kebijakan ekonomi Infitah (sistem ekonomi pasar/ terbuka).
Sebagai Presiden, Anwar Sadat memimpin Mesir dalam Perang “Yom Kippur” tahun 1973 untuk merebut kembali Semenanjung Sinai Mesir, yang telah diduduki Israel sejak Perang enam hari (pada tahun 1967), yang menjadikannya pahlawan di Mesir dan untuk dunia Arab yang lebih luas pada umumnya. Setelah itu, Anwar Sadat terlibat dalam negosiasi dengan Israel, yang berpuncak pada Perjanjian Perdamaian Mesir-Israel; ini mengantarkan Anwar Sadat dan Menachem Begin mendapat hadiah Nobel Perdamaian.
Anwar Sadat tercatat sebagai pemenang Nobel Muslim pertama.Meskipun reaksi terhadap perjanjian (yang mengakibatkan kembalinya Sinai ke Mesir) umumnya menguntungkan di kalangan orang Mesir. Namun perjanjian itu ditolak oleh Ikhwanul Muslimin dan kaum kiri, yang merasa Anwar Sadat telah mengabaikan upaya untuk memastikan berdirinya negara Palestina.Dengan pengecualian Sudan, dunia Arab dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sangat menentang upaya Anwar Sadat untuk membuat perdamaian terpisah dengan Israel tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan negara-negara Arab. Penolakannya untuk berdamai dengan mereka (Anwar Sadat, Menachin Begin, Jimmi Carter) atas masalah Palestina mengakibatkan Mesir diskors dari Liga Arab 1979-1989.
Pengalaman masa lalu sebelum menjadi presiden Mesir, Pada Perang Dunia II Anwar Sadat dipenjara oleh penguasa Britania atas usaha-usahanya untuk mendapatkan bantuan dari Kekuatan Poros dalam mengusir pasukan-pasukan pendudukan Britania. Anwar Sadat ikut serta dalam kudeta 1952 yang menggulingkan Raja Farouk-II. Ketika revolusi meletus, ia diperintahkan mengambil alih jaringan radio dan mengumumkan pecahnya revolusi kepada rakyat Mesir.Pada 1964, setelah memegang berbagai jabatan dalam pemerintahan Mesir, ia dipilih oleh Presiden Gamal Abdel Nasser untuk menjabat sebagai Wakil Presiden.
Ia menduduki jabatan itu hingga 1966, dan sekali lagi dari 1969 hingga 1970. Setelah Nasser meninggal, Anwar Sadat dilantik menjadi Presiden.IBRAH DARI KISAH INI :Muhammad Anwar El-Sadat (Anwar Sadat), seorang prajurit yang kemudian meniti karir di bidang politik sehingga mencapai puncaknya yakni menjadi presiden Mesir menggantikan Gamal Abdul Nasser.Tidak dipungkiri bahwa Anwar Sadat pernah menjadi tokoh fenomenal di kawasan Timur tengah lantaran keberaniannya mengambil langkah-langkah kebijakan pemerintahnya yang penuh resiko, misalnya menghilangkan sisa-sisa “Nasserisme”, membuat kebijakan “Ekonomi Infitah” atau ekonomi terbuka, serta kebijakan-kebijakan politik lainnya secara radikal.
Puncak kebijakan politiknya adalah bersepakat dengan Menachin Begin (perdana Menteri Israel) atas prakarsa presiden Amerika serikat Jimmi Carter menggalang terobosan baru menuju perdamaian dunia khususnya di kawasan timur tengah (perdamaian antara Israel dan Palestina), menghasilkan “Perjanjian Camp David”.Bagi Anwar Sadat langkah yang ditempuhnya adalah upaya memecah kebekuan terkait pertikaian antara Israel dengan Palestina termasuk dengan negara-negara Islam di kawasan timur tengah. Baginya persetruan tersebut kesannya jalan di tempat, sehingga perlu terobosan baru yang lebih elegan. Tetapi kebijakannya itu penuh resiko. Dan, Anwar Sadat akhirnya menerima resiko tersebut.
*Ketua DPD PAN Kota Surabaya