8 April 2025
Surabaya, Indonesia
Opini

Idul Fitri sebagai Momentum Pemulihan Hubungan Keluarga

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PDM Kota Surabaya Dr Thoat Stiawan MHI. (Pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Thoat Stiawan

Idul Fitri adalah hari raya yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain menjadi hari kemenangan setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, Idul Fitri juga memiliki makna mendalam sebagai momentum pemulihan hubungan keluarga. Tradisi saling memaafkan, berkumpul bersama, dan mempererat tali silaturahmi menjadikan Idul Fitri lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang.

Dalam kehidupan sehari-hari, konflik dalam keluarga adalah hal yang wajar terjadi. Namun, tidak semua konflik dapat terselesaikan dengan baik. Ketegangan yang dibiarkan berlarut-larut dapat menciptakan jarak emosional antar anggota keluarga. Oleh karena itu, Idul Fitri menjadi momen yang tepat untuk melakukan rekonsiliasi dan memperkuat kembali ikatan keluarga.

Makna Idul Fitri dalam Konteks Hubungan Keluarga

Idul Fitri secara harfiah berarti “kembali ke fitrah,” yaitu kembali ke keadaan suci setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Dalam konteks hubungan keluarga, makna ini dapat diartikan sebagai kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, membersihkan hati, dan memulai kembali hubungan yang lebih harmonis. Islam mengajarkan pentingnya menjaga silaturahmi dan menjauhi perpecahan dalam keluarga. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa menjaga hubungan baik dalam keluarga tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial, tetapi juga membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor Penyebab Konflik dalam Keluarga

Sebelum membahas bagaimana Idul Fitri dapat menjadi solusi pemulihan hubungan keluarga, penting untuk memahami faktor-faktor yang sering menyebabkan konflik dalam keluarga. Beberapa penyebab utama antara lain:

  1. Perbedaan Pendapat dan Nilai. Setiap individu dalam keluarga memiliki latar belakang, pengalaman, dan pandangan hidup yang berbeda. Perbedaan ini sering kali memicu ketegangan, terutama dalam pengambilan keputusan penting.
  2. Kesalahpahaman dan Kurangnya Komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif sering kali menjadi akar permasalahan dalam keluarga. Ketidaksepahaman dalam menyampaikan atau menerima pesan dapat menyebabkan konflik yang berkepanjangan.
  3. Masalah Finansial. Keuangan merupakan salah satu faktor yang paling sering menyebabkan perselisihan dalam keluarga. Perbedaan pandangan dalam pengelolaan keuangan dapat menimbulkan ketegangan, terutama dalam keluarga besar yang memiliki tanggung jawab ekonomi yang kompleks.
  4. Persaingan Antaranggota Keluarga. Rasa iri dan persaingan antara saudara kandung atau anggota keluarga lainnya dapat menyebabkan perpecahan. Misalnya, perbandingan pencapaian akademik, karier, atau bahkan perhatian orang tua dapat menimbulkan konflik terselubung.
  5. Luka Lama yang Belum Terobati. Beberapa konflik dalam keluarga bersifat laten, artinya telah berlangsung lama tanpa ada upaya penyelesaian yang nyata. Luka lama ini sering kali muncul kembali dalam momen-momen tertentu, seperti pertemuan keluarga saat Idul Fitri.

Idul Fitri sebagai Ajang Rekonsiliasi

Idul Fitri menawarkan kesempatan langka untuk memperbaiki hubungan keluarga yang sempat renggang. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Tradisi Saling Memaafkan. Salah satu tradisi utama dalam perayaan Idul Fitri adalah saling bermaafan. Momen ini memberikan kesempatan bagi setiap anggota keluarga untuk mengakui kesalahan dan memulai kembali dengan hati yang bersih.  Allah SWT berfirman:

فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Maka maafkanlah dan berlapang dadalah. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 237).

Dalam ayat ini, Allah SWT mengajarkan umat Islam untuk saling memaafkan, sebagaimana kita juga mengharapkan ampunan dari-Nya.

  • Silaturahmi dan Kebersamaan. Berkumpul bersama keluarga besar dalam suasana Lebaran menciptakan atmosfer yang lebih hangat dan akrab. Makan bersama, berbagi cerita, dan mengenang kenangan masa lalu dapat membantu mencairkan ketegangan yang ada. Allah SWT berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)

Ayat ini menekankan pentingnya menjaga hubungan silaturahmi, yang menjadi bagian dari ketakwaan seorang Muslim.

  • Doa Bersama untuk Keberkahan Keluarga. Idul Fitri juga menjadi waktu yang tepat untuk berdoa bersama, memohon keberkahan dan keharmonisan dalam keluarga. Doa dapat menjadi pengikat batin antaranggota keluarga, menguatkan hubungan spiritual di antara mereka. Allah juga mengajarkan doa untuk keluarga dalam Al-Qur’an:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Ayat ini menunjukkan bahwa berdoa untuk keluarga adalah bagian dari ibadah yang dianjurkan dalam Islam.

  • Memberikan Hadiah atau Tanda Kasih. Memberikan hadiah kecil sebagai tanda kasih sayang dapat menjadi salah satu cara untuk menunjukkan perhatian dan niat baik dalam memperbaiki hubungan yang mungkin sempat merenggang. Rasulullah SAW juga mencontohkan bahwa beliau menerima dan memberi hadiah:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا

“Nabi SAW menerima hadiah dan membalasnya.” (HR. Bukhari no. 2585)

Hadis ini menunjukkan bahwa memberi hadiah adalah sunnah yang dianjurkan, bahkan Rasulullah SAW membalas hadiah yang diberikan kepadanya sebagai bentuk penghormatan.

  • Melakukan Refleksi dan Evaluasi. Idul Fitri juga dapat dimanfaatkan sebagai waktu refleksi untuk mengevaluasi hubungan keluarga. Masing-masing anggota keluarga dapat merenungkan apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana komunikasi dapat ditingkatkan di masa depan. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَالْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Ayat ini menekankan pentingnya muhasabah (evaluasi diri) agar setiap Muslim selalu memperhatikan perbuatannya dan memperbaiki hal-hal yang kurang baik dalam hidupnya, termasuk dalam hubungan keluarga.

Idul Fitri bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam kehidupan keluarga. Sebagai momentum untuk memperbaiki hubungan yang sempat renggang, Idul Fitri memberikan kesempatan untuk saling memaafkan, mempererat silaturahmi, dan membangun kembali keharmonisan dalam keluarga.

Dengan memahami penyebab konflik, serta menerapkan langkah-langkah rekonsiliasi yang tepat, setiap individu dalam keluarga dapat memanfaatkan momen Idul Fitri untuk memperkuat hubungan dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis. Dengan begitu, kebahagiaan Idul Fitri tidak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga menjadi kebahagiaan bersama dalam keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *