IMM Ushuluddin FIAD: Lebih Baik Hidup tanpa Sepak Bola jika Harus Dibayar Nyawa

0
103
Dimas Adittya mengisi kultum di Masjid Al Khoory Universitas Muhammadiyah Surabaya. (Bayu/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10) menelan ratusan korban jiwa. Tragedi itu terjadi usai Arema FC kalah dalam pertandingan sepak bola dari Persebaya Surabaya.

Setidaknya, sebanyak 125 orang tewas (menurut data resmi polisi) dalam tragedi tersebut dan 180 lainnya mengalami luka-luka per Senin (3/10) pagi.

Dengan adanya kejadian cukup mengenaskan itu, IMM Ushuluddin FIAD UM Surabaya menggelar shalat Ghaib dan kultum di Masjid Al Khoory Universitas Muhammadiyah Surabaya yang dipimpin oleh Dimas Adittya, anggota bidang hikmah IMM Ushuluddin FIAD, Senin (3/10).

Setelah shalat Ghaib, di dalam tausiah singkatnya, Dimas berpesan bahwasanya kita tidak boleh mencintai duniawi melebihi cinta kita kepada allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam hal ini cinta kepada tim sepak bola.

“Fitrah manusia adalah mencintai dan dicintai. Manusia akan merasakan nikmat mencintai kekasihnya orang sekitarnya atau sesamanya. Namun rasa cinta itu, sesungguhnya hal yang takkan pernah terjadi kalau bukan karena rahmat Allah SWT. Karena itu barangsiapa yang mencintai Allah dan Rasul-nya dari apapun selainnya niscaya dia akan merasakan manisnya iman,” katanya.

Sementara itu, Ketua Umum IMM Ushuluddin FIAD Bayu Oktaviandy menyampaikan duka atas tragedi ini. “Kami turut berdukacita atas tragedi yang terjadi di Kanjuruhan Malang di mana sepak bola seharusnya sebuah hiburan menjadi sebuah hal yang menyebabkan trauma bagi masyarakat,” ujarnya.

“Sebagai wujud solidaritas dan duka yang mendalam, mari kita bersama-sama mendoakan korban di Stadion Kanjuruhan semoga khusnulkhotimah,” tambahnya.

Seperti diketahui, korban meninggal dunia akibat kerusuhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang merupakan tragedi kelam terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia sekaligus terbesar kedua di dunia setelah Tragedi Estadio Nacional dalam pertandingan Peru versus Argentina.

“Peristiwa ini memakan korban 328 jiwa dan 500 lainnya luka-luka. Bayu yang juga sebagai salah satu penggemar sepakbola menambahkan pesan singkat. “Lebih baik kita hidup tanpa sepak bola jika harus dibayar nyawa. Semoga peristiwa ini bisa diusut tuntas oleh pihak berwenang,” pungkasnya. (Bayu/Habibie)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini