Ingin Hidup Damai, Wakil Ketua PDM Surabaya Ingatkan Pentingnya Menjaga Ukhuwah Imaniyah

0
124
M Rofiq Munawi, MPdI menyampaikan kajian kepada jamaah Qolbun Salim di Masjid Islamic Center Surabaya. (Nashiiruddin/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Pengajian jamaah Qolbun Salim di Masjid Islamic Center Kompleks Gedung Islamic Center, Jalan Raya Dukuh Kupang No 112-124 Surabaya, menjadi agenda rutin ibu-ibu Dukuh Kupang, Ahad (16/7).

Dalam pengajian rutin setiap bulan malam hari ini, M Rofiq Munawi MPdI, wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, hadir sebagai narasumber.

Dalam materi pengajiannya, M Rofiq Munawi MPdI berharap agar selalu menjaga ukhuwwah Islamiyah supaya kita bisa hidup damai di mana pun berada.

“Alhamdulillah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT sehingga kita diberikan nikmat sehat kita bisa datang dengan teman-teman kita dan bisa bertemu untuk menjalin silaturahmi kembali,” ujarnya.

“Pada malam seperti ini seharusnya enak-enaknya kita bisa tidur-tiduran di rumah, lihat televisi dan sambil bersantai. Tapi di hati kita sudah mempunyai niat yang kuat untuk datang ke masjid yang megah ini. Mencari ilmu untuk sangunya kepada Allah SWT,” imbuhnya.

Allah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 10:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

“Tidak semua ayat di Al-Qur’an diawali dengan ungkapan innama (Adatul Hashr) yang berfungsi penekanan atau penguatan. Maksudnya orang beriman itu harus diakui benar-benar saudara kita,” jelasnya.

Rofiq menjelaskan, mungkin sebagian dari kita pernah membaca bukunya Bung Karno. Pasang surut kulit berwarna orang Eropa. Kulitnya putih mempunyai gengsi lebih (mulia) tinggi menganggap orang Ethiopia pinggiran yang kulitnya hitam dianggap tidak hebat.

Padahal hebat bukan ditentukan dengan kaitannya kulit atau warna kecantikan rupa kita. Tapi yang dimuliakan oleh Allah SWT ialah nilai ketakwaannya.

Terkadang kita ini sedikit agak gaya selalu membanggakan fisik dan bodi kita. Padahal itu semua karena bedak yang agak tebal sehingga bopeng-bopeng di wajah kita tidak nampak dan kita menjadi cantik.

“Allah menegaskan bahwa setiap diri kita orang yang beriman harus dianggap saudara. Allah juga langsung menegaskan perintah Faashlihuu Baina Akhowaikum yang artinya maka damaikanlah bila terjadi perselisihan terhadap kami,” tuturnya.

“Cepat-cepatlah kita mendamaikan ambil sebuah tindakan kalau ada orang bertengkar. Orangnya agamanya sama imannya sih beriman sama. Tapi kadang-kadang kita ini gampang konslet gampang gegeran,” imbuhnya.

Makanya, Allah langsung menegaskan maka cepat-cepatlah ambil tindakan. Selesaikan supaya tidak terlalu berbuntut panjang bertengkarannya atau tidak terlalu lama-lama. Tapi, nyatanya ketika kita kenal smartphone yang sudah serba canggih itu di Youtube dan lain sebagainya. Nyatanya teman-teman kita sulit untuk dinasehatinya terkadang ngotot-ngototan.

“Kalau ada orang yang susah diberitahu, tidak bisa disadarkan, dan selalu ngotot. Maka Allah membuat senjata atau aji-aji terakhir: Wattaqullah yang artinya bertaqwalah kamu kepada Allah,” ujarnya.

“Apa sih yang dicari di dunia kok masih sulit dinasihati. Sehingga kita  menyadarkan dalam rangkah supaya teman kita tidak terlalu ngotot karena mobil segala macam ketika kita mati tentunya ditinggal,” ujarnya.

Janganlah terlalu ngotot. Sadarlah kita harus menjaga ukhuwah imaniyah atau islamiyah untuk sesama kita. Manusia di dunia kalau kita bisa menjaga antar persaudaraan sesama karena Allah mempunyai program agar kita disayang disayang dikasihani oleh Allah SWT.

“Program bagaimana ketika kita dalam posisi hidup di dunia tidak disayang oleh Allah. Jangankan Allah kita punya atasan saja mungkin kalau kita mempunyai kesalahan terlambat dan sebagainya. Itu adalah suatu masalah,” jelasnya.

“Tentu ada kaitannya nanti kita hidup di dunia itu ada ronde berikutnya, yaitu di akhirat. Kalau bagus menuju surge, kalau jelek menuju ke neraka. Maka dari itu kita harus menjaga rasa persaudaraan ukhuwah sesama orang yang beriman,” tegasnya.

Tidak Ada Garansi bagi Keturunan Kiai/Ustadz

Menurutnya, tidak ada yang bisa menjamin atau menggaransi kalau keturunan Pak Kiai atau ustadz itu baik. Justru yang menjadi godaan Pak Kiai itu kelasnya kelas profesor. Maka, sudah tentu tidak boleh terlalu membanggakan gara-gara yang mempunyai keluarganya orang keturunan ningrat.

“Nabi juga berkata umat saya itu nanti terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Illaa millatan waahidah, artinya yang 72 itu masuk neraka hanya satu kelompok yang masuk surga,” tuturnya.

“Ini baru diterjemahkan mengenai hadis orang sudah cenderung mengklaim orang lain masuk neraka dirinya sendiri yang merasa lebih benar dan suci paling pantas masuk surga. Mengapa begitu karena terlalu peecaya dirinya terlalu benar,” jelasnya.

Kita tidak boleh terlalu mengklaim karena dianggap ahli sunnah wal jamaah. Apa yang lain tidak seperti itu kita tidak boleh terlalu gaya. Sebab, manusia mempunyai keinginan termasuk ahli sunnah. Rata-rata umat Islam seperti itu jangan terlalu rumongso merasa hebat sendiri dalam rangka supaya tidak gampang retak rasa Ukhuwah Islamiyah supaya tetap terjaga.

“Kita juga harus menganalisis hadis ini dalam rangka kita supaya selamat di dunia akhirat. Hidup di dunia kira-kira harus bersatukah. Apa kita harus seragam alam pikiran kita logikanya tidak mungkin karena apa yang kita makan tidak sama. Semangat belajarnya juga tidak sama. Anak orang becak semangat tinggi sukses menjadi sarjana. Anak orang kaya biasanya malas belajar tidak sukses atau tidak sarjanah,” jelasnya.

Jadi, urusan dunia tidak harus bersatu. Nabi bersabda: Antum a’lamu Biummurid Funyaakum.

Kita bebas berekspresi, mengembangkan kreatifitas yang penting tidak bertentangan dengan syariat. Uusan Ibadah apakah harus bersatu. Ada yang harus bersatu seperti membaca teks talbiyah dan ada yang pilihan tidak harus bersatu semacam teks bacaan shalat kita bebas memilih yang terpenting ada contoh dari nabi.

Urusan tauhid harus seragam. Allah sebagai tuhan Muhammad sebagai utusannya. Tidak boleh melanggar ketentuan tersebut.

“Ada kelompok besar di Indonesia adanya Muhammadiyah berdiri tahun 1912 dan Nahdlatul Ulama berdiri tahun 1926. Kalau kita analisis NU dan Muhammadiyah adalah sama-sama berkeyakinan Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulnya. Maka NU dan Muhammadiyah adalah masih ikatan atau dalam bingkai tauhid yang sama. Meskipun ada masalah furu’ (cabang sedikit berbeda),” tuturnya.

“Maka tidak usah terlalu bergesekan bahwa kita sama-sama tauhidnya, maka harus dianggap saudara sesama. Aqidahnya sama otomatis Islamnya sama. Ada beberapa yang agak berbeda tapi tidak sampai menyentuh ke aqidah, maka masih tetap dalam bingkai tauhid yang sama. Maka dianggap ukhuwwah imaniyah (bolo dewe),” pungkas Rofiq yang juga sebagai anggota Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Surabaya. (Nashiiruddin/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini