Ingin Ulang Kesuksesan Sang Pencerah, Sutradara Hanung dan Muhammadiyah Kolaborasi Bikin Film Pancasila

0
20
Sutradara Hanung Bramantyo bersama Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah dalam acara Pembacaan Naskah Film “Pancasila” di ruang Aula Gedung At Tanwir, Pusat Dakwah Muhammadiyah Jln Menteng Raya No 62, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2024). (Istimewa)

KLIKMU.CO – Sutradara film Sang Pencerah, Hanung Bramantyo, ingin mengulang kesuksesan film tersebut. Karena itu, dia mengajak kolaborasi Muhammadiyah dalam film baru yang berjudul Pancasila.

Hal itu disampaikan Hanung dalam acara Pembacaan Naskah Film “Pancasila” bersama Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di ruang Aula Gedung At Tanwir, Pusat Dakwah Muhammadiyah Jln Menteng Raya No 62, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2024).

Menurut Hanung, Muhammadiyah harus menguasai medium audio visual sebagai sarana edukasi anak muda. Khususnya melalui tayangan film.

Dia memandang saat ini kanal-kanal atau konten-konten yang diakses anak muda lebih banyak non-edukatif, terutama pada film.

“Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah harus mengambil peran audio visual. Saya memiliki pengalaman ketika membuat film Sang Pencerah, bagaimana sambutan film Sang Pencerah menandai munculnya kembali film-film sejarah di Indonesia,” terang pria yang telah menyutradarai puluhan film itu.

Hanung lantas mengenang kisah kesuksesan film biopik Sang Pencerah. Padahal, sebelumnya banyak pelaku perfilman Indonesia menganggap film sejarah tidak laku dan sepi peminat.

Namun, munculnya film Sang Pencerah pada 2009 menjadi anomali bagi dunia perfilman di Indonesia.

“Sebelumnya tidak ada yang namanya film Indonesia sejarah dimulai dari pertama kali kemunculan. Film nasional kembali bangkit ditandai dengan tiga film. Film remaja dengan Ada Apa Dengan Cinta, film anak-anak dengan Petualangan Sherina, dan film horor dengan Jelangkung. Tidak ada film sejarah di situ, tidak ada film religius,” jelasnya.

Film religi mulai bergeliat pasca munculnya Ayat-Ayat Cinta pada 2007. Kesuksesan Ayat-Ayat Cinta lantas berdampak bagi sinetron religi yang awalnya hanya setahun sekali muncul pada bulan Ramadan. Kini hampir tiap bulan ada sinetron religi.

“Kemudian pada tahun 2009 itu baru kemudian kembali muncul genre baru yang disebut genre biopik alias biografi picture, yaitu Sang Pencerah KH Ahmad Dahlan pada saat itu. Saya pertama kali menawarkan film ini ke Muhammadiyah,” tuturnya.

Sayang, kata Hanung, tawaran tersebut ditolak oleh Muhammadiyah. Namun diterima oleh Raam Punjabi untuk membiayai film sebesar Rp 15 miliar.

Tak disangka, film Sang Pencerah meledak di pasaran. Salah satunya karena di-endorse oleh PP Muhammadiyah dan masifnya promosi yang dilakukan tim Hanung.

“Setelah itu baru kemudian muncul Sang Kiai, baru kemudian muncul film Habibie Ainun, muncul film Soekarno, dan banyak para produser kemudian berlomba-lomba membuat,” imbuhnya.

Untuk film Pancasila, imbuhnya, dia dan Muhammadiyah kini harus memproduseri sendiri. Hanung beralasan dibuatnya film Pancasila untuk merekatkan lintas golongan.

“Karena dalam sejarahnya terdapat diskusi antargolongan itu dengan tokoh utama Ki Bagus Hadikusumo,” tandasnya.

(*/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini