Inilah Empat Komponen Takwa bagi Orang-Orang Beriman

0
203
Ustadz Suhadi M Sahli memberi materi di pengajian rutin Ahad Petang Masjid Attaqwa Pogot. (Habibie/Klikmu.co)

KLIKMU.CO – “Ketika kebenaran tidak lagi dikembalikan pada validitas wahyu melainkan justru disandarkan kepada nalar manusia, sangat diperlukan kecerdasan mental spiritual, intelektual, dan emosional untuk memilah antara hak dan yang batil.”

Demikian disampaikan Ketua Majelis Tabligh (MT) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Ustadz Drs H Suhadi M Sahli, MAg dalam pengajian rutin Ahad Petang Masjid Attaqwa Pogot di ruang LT 1 Masjid Attaqwa Pogot Jl Pogot 1-3 Kenjeran Surabaya, Ahad (4/9/2022).

Suhadi M Sahli mengatakan, akhlak kepada Allah adalah kita melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. “Akhlak manusia kepada Allah diwujudkan melalui takwa. Takwa merupakan konsep konkret hubungan antara Sang Pencipta yakni Allah dengan manusia sebagai hambanya,” katanya.

“Takwa sebagai upaya manusia dalam menanamkan rasa takut terhadap hal-hal yang dimurkai Allah. Takwa juga berfungsi sebagai benteng penjagaan atau proteksi diri dari azab Allah,” tuturnya.

Menurut Ketua PCM Gubeng itu, ada empat komponen takwa yang wajib dimiliki oleh orang-orang beriman. Pertama, mengimani adanya Allah, hari kiamat, malaikat, dan para nabinya sebagai bentuk hubungan vertikal manusia kepada Allah.

Kedua, berinfak atau bersedekah kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta dan hamba sahaya sebagai bentuk hubungan horizontal manusia terhadap sesama.

Ketiga, kata dia, bentuk religiusitas seorang hamba yang diwujudkan dengan ibadah melaksanakan shalat, menunaikan zakat serta amanah dalam menepati janji.

Keempat, bersikap sabar dalam kemelaratan dan penderitaan sebagai bentuk mentalitas seseorang yang bertakwa.

“Maka kemudian dapat dipahami bahwa takwa suatu bentuk perilaku yang melampaui dimensi ruang dan waktu, dengan kata lain bukan parsial atau setengah-tengah. Wujudnya bisa furqon, pembeda antar yang hak dengan yang batil,” ujarnya.

“Di era globalisasi ini ketika kebenaran tidak lagi dikembalikan pada validitas wahyu melainkan justru disandarkan kepada nalar manusia. Sangat diperlukan kecerdasan mental spiritual, intelektual, dan emosional untuk memilah antara hak dan yang batil. Dengan kata lain, orang bertakwa dengan kemampuan furqannya akan mampu mengambil posisi yang tepat dari berbagai persoalan ambigu,” jelasnya.

Dia menjelaskan, takwa memunculkan keberkahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan. “Ketika takwa sudah terinstal atau tertanam pada diri manusia, maka akan selalu didapati kemudahan, solusi dalam kehidupan dan tentunya ampunan terhadap dosa-dosa yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, puncak keimanan kepada Allah melalui ketakwaan,” tambahnya. (Habibie/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini