17 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita Pilihan Editor

Inilah Perbedaan Negarawan dan Politisi Menurut Ketua PP Muhammadiyah

Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni menjelaskan perbedaan antara negarawan dan politisi. (Muhammadiyah.or.id)

Yogyakarta, KLIKMU.CO – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni menjelaskan perbedaan antara negarawan dan politisi. Menurut dia, negarawan adalah mereka yang berpikir generasi yang akan datang, sedangkan politisi berpikir pemilu yang akan datang.  

Syafiq juga menyebutkan bahwa banyak kritik yang disampaikan para ahli terhadap dunia politik. Termasuk pakar politik yang mengatakan bahwa sesungguhnya politisi itu tidak percaya apa yang ia katakan. Justru ia terkejut dengan orang lain yang percaya kepadanya.

“Jadi, ini adalah sebuah kritik yang cukup tajam bagi politisi. Tetapi, bagi Muhammadiyah, yang penting adalah bagaimana berpolitik itu dengan landasan etika dan di dalam Muhammadiyah itu berpolitik merupakan bagian dari dakwah,” tutur Syafiq dalam Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah pada Jumat (23/2/2024) dengan tema “Konsolidasi Dakwah Muhammadiyah Pasca Pemilu 2024”.

Syafiq lantas menjelaskan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan yang tidak hanya berkhidmat untuk umat. Tetapi juga berkhidmat untuk bangsa dan kemanusiaan universal. 

“Karena itulah, supaya tidak mengalami disorientasi, kita harus benar-benar memahami peran Muhammadiyah yang menganggap bahwa politik itu penting. Karena itu, harus ada landasan moral, ada landasan etika di dalamnya. Sebab, kalau tidak, itu akan berlawanan dengan tujuan dakwah Muhammadiyah,” bebernya.

Syafiq juga menjelaskan perbedaan antara politik dan dakwah. Menurut dia, politik berusaha untuk memperoleh kekuasaan, sedangkan dakwah itu berusaha untuk mencerahkan masyarakat.

“Maka, janganlah sampai keterlibatan kita di dalam politik, baik politik praktis maupun nonpraktis, kemudian mengabaikan tujuan dari dakwah,” jelas Syafiq.

Pasca Pemilu 2024, lanjut Syafiq, Muhammadiyah mencoba untuk melakukan konsolidasi. Jangan sampai organisasi ini kehilangan arah.

“Jangan sampai warga Muhammadiyah melupakan tugas-tugas dakwah setelah pemilu kemarin. Karena pada dasarnya pemilu itu tidak hanya pesta demokrasi, tetapi juga harus dijadikan pendidikan politik,” tuturnya.

“Jadi, kalau kita hanya bersenang-senang dengan pemilu, kemudian kita melupakan pemilu itu sebagai momentum untuk melakukan pendidikan politik, di situlah tujuan-tujuan dakwah itu akan mengalami kendala,” tandas Syafiq.

(AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *