IPM Mudiga Sowan Hasan Cholis, Anggota Baru PDM Surabaya yang Juga Senior Mereka

0
175
Hasan Cholis, anggota baru PDM Kota Surabaya 2022-2027, bersama perwakilan IPM SMP Mudiga Surabaya. (Humas Mudiga/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Mendengar info ada anggota baru Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya mantan ketua IPM SMP Muhammadiyah 3 Surabaya (Mudiga) periode 1987-1988, segera pengurus IPM Mudiga 2022-2023 memberikan ucapan selamat dengan mendatanginya.

Perwakilan IPM Mudiga pada Kamis siang (9/3) menyambangi kantor PT Panglima Mitra Logistik, Jalan Ikan Mujaer No 48 Perak Barat, Surabaya, untuk menemui direkturnya yang tak lain adalah Hasan Cholis.

Hasan Cholis adalah anggota baru PDM Kota Surabaya periode 2022-2027, yang terpilih pada urutan ke-13 dengan meraih 167 suara dalam Musyawarah Daerah (Musyda) PDM kota Surabaya pada Ahad (26/2).

“Mendengar Bapak Hasan Cholis dalam profilnya tertulis pernah menjadi ketua IPM Mudiga tahun 1987-1988, kami pengurus IPM Mudiga sangat senang dan bangga mendengarnya, sekaligus ingin sekali menemui beliau,” ungkap Kharisma Female Indah Adani, ketua IPM SMP Muhammadiyah 3 Surabaya periode 2022-2023.

Keinginan Risma dkk akhirnya dikabulkan sekolah dengan mengantarkan mereka menemui seniornya.

“Setelah mendapat nomor kontak dan membuat janji, akhirnya kami mengantarkan anak-anak menemui Bapak Hasan Cholis di kantornya,” terang Kepala SMP Muhammadiyah 3 Surabaya  Maria Elen Veronica MPd.

Bahkan, Ustadzah Elen mendampingi langsung siswanya saat berbincang dengan Hasan Cholis.

“IPM Mudiga yang hadir terdiri atas ketua IPM periode saat ini, Risma kelas 8, dan ketua periode sebelumnya, Zahrani kelas 9, serta dua anggota baru IPM kelas 7, Vania dan Alin,”  terang Ustadzah Elen.

Rombongan IPM Mudiga diterima di ruang direktur kantor PT Panglima Mitra Logistik. Mereka disambut langsung oleh Hasan Cholis, lalu ngobrol santai.

“Kami IPM Mudiga mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak Hasan Cholis sebagai anggota baru PDM Kota Surabaya. Semoga mampu memajukan Muhammadiyah Kota Surabaya sekaligus mengharumkan nama Mudiga,” ucap Risma membuka pembicaraan sambil memperkenalkan rombongan.

Spontan, perwakilan IPM Mudiga antusias mendengarkan wejangan dari seniornya, Hasan Cholis, yang bercerita kilas perjalanan hidupnya dari masa remaja (SMP) hingga mampu meraih kesuksesan seperti saat ini yang memiliki tiga perusahaan PT sendiri.

“Saya anak ke-8 dari 9 bersaudara. Kelas 3 SD ayah saya meninggal sehingga selama bersekolah SD hingga SMA tahun 1983-1993 saya hidup susah, tapi saya tidak pernah mengeluh dan selalu patuh pada ibu,” kata Hasan Cholis berbagi kisah dan prinsip hidupnya.

Demi menuruti nasihat ibunya, Hasan Cholis mengaku rela melepas cita-citanya dan menjalani hidup mengikuti takdirnya.

“Saya menempuh pendidikan pelayaran, di tahun kedua saya sudah menjadi calon nakhoda atau calon kapten kapal. Namun, ibu saya mewanti-wanti jangan ikut dan kerja layar karena khawatir nasib Masjid Al Falah Simo,” tutur Hasan Cholis menceritakan kisah hidupnya.

Masjid Al Falah Simo dikelola ayah Hasan Cholis, Mochammad Sjafe’i. Sejak kecil hingga dewasa sebagian waktu Hasan Cholis dihabiskan mengurusi kegiatan di masjid ini.

“Minimal saat shalat 5 waktu saya wajib hadir di Masjid Al Falah Simo. Bahkan, saat kecil dulu saya tidak bisa main bola atau layangan karena saat Ashar dan Magrib harus ada di masjid. Kalau saya tidak kelihatan, di rumah saya dihajar habis-habisan oleh ayah,” kenang Hasan Cholis sambil berkali-kali mengambil tisu untuk mengusap air matanya.

Begitu keluar dari sekolah pelayaran, Hasan Cholis fokus mengelola masjid sambil mencoba kerja seadanya, mulai jadi tukang sablon, jadi tukang las, hingga merantau kerja di PLTU Paiton Probolinggo dari tahun 1998 hingga 2014.

“Dengan selalu bersyukur, tidak mengeluh dan mengikuti nasihat ibu. Akhirnya, saya mengalami titik balik ekonomi, diawali dipercaya mengelola perusahaan milik teman bidang kelautan dan pelabuhan,” kata Hasan Cholis dengan saksama.

Begitu tahu pada akhirnya cita-citanya kerja di laut pun bisa kesampaian, namun dengan bentuk dan proses berbeda, akhirnya Hasan Cholis memiliki nazar atau keinginan besar.

“Sejak saat itu saya bernazar, apa pun ucapan ibu saya, saya berusaha mewujudkannya. Dan, hasilnya saya diberi banyak kemudahan dan barokah,” tutup Hasan Cholis. (Zuhri/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini