Islam Washatiyah Itu Cara Beragama dengan Dewasa

0
403
Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis. (Dok MUI)

KLIKMU.CO – Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, menyampaikan bahwa Islam wasathiyah adalah cara berislam dengan kedewasaan. Selain sebagai Islam jalan tengah, tidak ekstrem kiri maupun kanan, Islam wasathiyah juga bermakna sikap keagamaan yang dewasa.

“Sikap keberagamaan yang dewasa itu Islam wasathiyah. Bersikap dewasa dalam beragama,” ujarnya saat mengisi Webinar Penguatan Peran Dakwah Islam Wasathiyah Bagi DKM Masjid Se-Tasikmalaya, Kamis (2/9/2/2021) secara virtual.

Dia mengatakan, salah satu contoh kedewasaan dalam berislam adalah fokus pada tujuan setiap muslim untuk memajukan Islam. Fokus ini akan menghapus pikiran yang kerap mengkotak-kotakkan Islam sesuai organisasinya dan merasa paling benar. Menurutnya, selama perbedaannya hanya di level cabang (furu’), maka organisasi di dalam Islam layak diterima dengan baik.

Dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang, dia mengatakan, sikap kedewasaan beragama itu sangat dibutuhkan. Kedewasaan sikap beragama itu terlihat dari bagaimana merespons Covid-19 dengan mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi. Sikap kedewasaan itu juga tercermin dari keputusan tidak menggelar ibadah jamaah di dalam masjid pada wilayah Covid-19 level 4.

Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah ini menambahkan, Islam wasathiyah juga tergambar dari kedewasaan menerima kemajuan. Dalam menyikapi masjid misalnya, meskipun tidak boleh digunakan sebagai tempat berdagang (pasar), tidak berarti masjid terlarang melakukan pembicaraan wacana ekonomi di dalamnya.

“Yang tidak boleh adalah masjid digunakan untuk berdagang. Ilmu berdagang tentu boleh dan patut disampaikan. Kalau Masjid hanya dipakai untuk shalat dan mengaji saja, bisa-bisa kita menjadi sekuler,” ujarnya.

Masjid, lanjut dia, harus digunakan untuk membicarakan semua wacana. Dengan begitu, masjid bisa menjadi tempat untuk membangun kebersamaan umat Islam pada semua bidang. Semuanya dimulai dari pembicaraan di dalam masjid.

“Selain mengaji dan shalat berjamaah, dari masjid, kita ingin membangun bisnis yang berjamaah, politik yang berjamaah. Kalau itu bisa kita lakukan, pasti umat Islam akan maju, ” tuturnya. (AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini