Israel Marah, Gaza Menjadi Korban Genosida

0
101
Israel Marah, Gaza Menjadi Korban Genosida. (Foto: REUTERS)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Jauh dari dugaaan, militan Hamas Palestina mampu menjebol Iron Dome yang dimiliki Israel. Akan tetapi, jika Sang Penguasa Alam Semesta sudah menghendaki tidak ada yang dapat menghalangi dan mengintervensinya.

Perseteruan Israel versus Palestina kembali terbakar saat setelah terjadinya serangan Badai Al Aqso yang dilakukan militan Hamas Palestina secara bertubi-tubi hingga tembus ke kota-kota di Israel. Sangat yakin, saat serangan tersebut dilakukan bukan tanpa rencana matang.

Pasti mereka dengan spirit dan motivasi kuat, seluruh daya upaya dan kekuatan yang dimiliki untuk dikerahkan mencari cara dan jalan bagaimana serangan perlawanan dapat menembus Israel yang sangat ketat dan sulit ditembus. Terlebih sejak penciptaan Iron Dome yang dijadikan tameng sebagai sensor tercanggih untuk menghalangi sekaligus merespons segala bentuk serangan dari lawan yang akan masuk ke wilayah Israel.

Namanya manusia, dengan kreatifitas berpikirnya, maka seribu akal dikerahkan untuk menemukan cara melumpuhkan teknologi tersebut. Toh karya teknologi Iron Dome yang dibuat merupakan hasil karya manusia juga.

Alhasil, pihak lawan dapat menemukan kelemahannya sehingga militan Hamas Palestina dapat melumpuhkannya tanpa harus menggunakan alutsista canggih. Terbukti dengan serangan Badai Al Aqso pada 7 Oktober 2023 mampu menembus tameng digital milik Israel hingga memporak-porandakan beberapa titik sasaran roket yang diluncurkan dari militan Hamas.

Pertanyaan berikutnya, apakah benar Iron Dome dapat ditembus alutsista roket-roket sederhana milik Hamas yang dibuat dari pipa bekas? Secara akal sehat sulit dipercaya, namun fakta menunjukkan dan membuktikannya.

Hal tersebut tampaknya sulit dipercaya senjata sesederhana itu menembus dan memporak-porandakan kota. Sependek yang dapat diyakini, jangan-jangan sistem kinerja digital Iron Dome milik Israel dihack oleh para pejuang Hamas sehingga dapat dimungkinkan mengalami error fungsi sensornya. Wallahu’alam itu hanya dugaan semata.

Terlepas dipercaya atau tidak “believe or no”, hal itu terjadi dan terbukti mereka mampu menembus area lawan dan dapat diacungi jempol untuk pejuang kebebasan Al Aqso yang mampu menunjukkan kapasitas kecerdikannya dalam melakukan serangan efektif dan efesien. Namun, di balik risiko serangan tersebut sangat memprihatinkan, seolah Israel dengan niat yang busuk selama ini untuk meluluhlantakkan Gaza mencari momentum sangat kesulitan.

Dengan alasan membalas, tanpa basa-basi langsung mengerahkan pasukan besar-besaran, khususnya pasukan udara membabi buta membombardir Gaza tanpa ampun dan belas kasihan terhadap warga sipil, khususnya anak-anak dan para wanita.

Walaupun sebenarnya apa yang dilakukan Israel sudah biasa membunuh warga sipil dari peperangan sebelumnya sesuatu yang tidak aneh. Justru saat ini ibarat kata orang sunda “mobok manggih gorowong atau manggih jalan komo mentas”. Artinya, Israel melakukan penyerangan benar-benar memiliki alasan kuat dan bebas tanpa beban. Alutsista dan armada apapun digunakan untuk melakukan pembunuhan skala besar tidak jadi soal, yang penting nafsu untuk membunuh secara masal ada ada legitimasinya.

Dari tindakan serangan udara Israel yang membabi buta, menunjukkan sikap sangat marahnya Israel karena telah dipermalukan oleh militan Hamas. Klaim hebat dan canggih alutsista yang dimiliki, reputasinya di mata dunia runtuh seketika tanpa ada kata alasan yang dapat disampaikan selain marah besar kepada militan Palestina.

Beberapa hari ini saling serang pasca-serangan Badai Al Aqso, perbandingan alutsista sangat tidak seimbang. Dengan pesawat tempur Israel, membombardir Gaza tanpa iba belas kasihan telah membuat suasana dihantui pembunuhan masal terbuka tanpa alasan, sehingga memungkinkan terjadi “Genosida Gaza” jika dunia membiarkan sikap brutal Israel terhadap warga Gaza luluh lantak tak tersisa.

Bagi pejuang militan Palestina, hal tersebut tidak ciut apalagi pengecut. Namun, harus menjadi perhatian dunia hal ihwal etika dan estetika perang tetap harus dikedepankan dalam konteks ini dunia harus menyelamatkan keberutalan Israel membunuh warga sipil tak berdosa yang indikasinya mengarah pada genosida.

Tidak ada alasan apapun, negara Palestina dengan dukungan negara-negara Arab untuk membantu kemerdekaan sebenarnya yang layak didapatkan Palestina. Targedi ke tragedi kemanusiaan yang terlihat di layar kaca televisi, media masa dan media sosial. Palestina ada dalam cengkeraman imperialis dan kolonialis Israel yang tak berujung.

Dunia hanya tutup mata, tutup telinga, tutup mulut dan hidung tak peduli apa yang benar-benar terjadi terhadap warga Palestina. Desing peluru dan dentuman roket hal biasa di telinga, bahan makanan dan bahan bakar untuk kehidupan pun sangat sulit didapat. Apalagi sesaat peperangan terjadi akses bantuan logistik dari negara selalu ditutup oleh Israel, hingga harus butuh negosiasi yang sangat alot.

Dalam hitungan hari, ribuan warga sipil meregang nyawa tanpa dosa. Jeritan warga sipil dalam tumpukan reruntuhan gedung yang ambruk karena bombardir rudal dari darat dan udara. Entah berapa jumlahnya warga yang meninggal dalam tumpukan material gedung yang ambruk akibat dihancurkan oleh pasukan Israel hingga sulit dievakuasi. Genosida di Gaza memang nyata.

Genosida sangat dilarang aturan warga dunia dan bangsa-bangsa. Kita menyaksikan bersama dengan kasat mata pembantaian warga di Gaza dari tragedi ke tragedi sangat memilukan. Anak dan orang tua banyak yang terpisah karena kematian, hukuman dan pembunuhan sistematis. Bombardir bom pesawat tempur Israel benar-benar tidak peduli warga sipil anak-anak dan wanita, tanpa basa basi langsung gempur tanpa ampun. Batu bata peluru tumpul dengan lemparan tangan dan alat ketapel melawan senjata api laras panjang dengan peluru tajam dengan milimeter yang mematikan.

Sehari-hari mereka menangkapi militan Palestina yang dituduh memprovokasi dan memberontak kebijakan Israel, padahal warga militan mempertahankan tanah air tempat tinggal selama ini dikuasainya. Tetiba Israel datang tak di undang untuk mengambil hak dengan alasan lahan yang ditinggali warga Palestina adalah milik nenek moyangnya. Saling klaim wilayah teritori akhirnya berujung perselisihan hingga menumpahkan darah kedua belah pihak. Fakta dan nyata, Israel mencaplok wilayah teritori Palestina tidak dibenarkan dalam syari’at Islam dan aturan kebangsaan di dunia. Jika diambil dengan paksa, hal tersebut tindakan penjajahan.

Israel sejak diserang militan Palestina sangat marah besar, sehingga seluruh kekuatan militernya diturunkan. Dari sekian dinamika peperangan, ada informasi beredar dan viral bahwa tentara militer Israel mengalami traumatik, depresi dan stres setiap dipaksa untuk berperang diperbatasan Gaza.

Pasalnya, saat menghadapi lawan mentalitas tentara Israel tidak memiliki karakater pejuang dan petarung handal, hingga saat perang dan pasca peperangan mengalami traumatik dan fobia. Sangat beda dengan militan pejuang Palestina yang merindukan syahid untuk membela agama dan tempat suci umat Islam yang pernah menjadi sebagai kiblat pertama beribadah umat muslim kepada Allah SWT.

Di sisi lain, Israel dengan spirit dan motivasi mencaplok dan berharap dapat menganeksasi lebih kepada ritual-ritual kapitalisme. Wilayah Palestina yang tepatnya di Gaza telah menjadi arang dan abu, termasuk manusia tak berdosa dibawah reruntuhan gedung yang dihancurkan langsung mengubur para syuhada saat tidak dapat dievakuasi. Bau amis darah tak sedap nyaris tidak tercium karena tergantikan oleh harumnya wangi minyak kasturi para syuhada. Negeri para nabi terkoyak-koyak, kiblat pertama umat muslim diganggu hingga terindikasi akan dihancurkan. Tempat tersebut menjadi saksi sejarah ajaran Ilahi Allah Ta’ala saat nabiyullah Muhammad SAW menerima berbagai pesan dan perintah dari Allah Maha Penguasa Alam semesta.

Ribuan anak yatim piatu dan janda sebagai bukti pelanggaran HAM yang terjadi berbagai tragedi di Palestina. Israel wajib diadili pada forum peradilan internasional atau mahkamah internasional untuk diberikan sanksi yang setimpal dan berkeadilan. Kemiskinan mendera warga Palestina, kedaulatan sosial politik ada dalam bayang-bayang zionis Israel karena gerak langkah kemajuannya banyak dicari-cari alasan untuk terus berusaha menganeksasi Palestina. Bila perlu dan dibutuhkan pada saat tertentu, mereka akan melakukan pemusnahan generasi.

Darah syuhada mengalir memberi ciri dan tanda simbolis  yang dapat dipahami oleh mata dunia. Bahwa kami tetap istiqamah mempertahankan tanah airku hingga tetes darah penghabisan. Apapun alasannya, saat ini dibutuhkan legitimasi bangsa-bangsa di dunia untuk kata sepakat dan mufakat memberikan rekomendasi kepada semua pihak untuk mengawal kemerdekaan Palestina agar terbangun wawasan kebangsaan yang saling ta’awanu alalbirri watqwa. Wallahu’alam. (*)

Ace Somantri
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini