Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang

Kehidupan manusia di zaman digital sering kali terjebak dalam ilusi kemudahan. Hanya dengan satu sentuhan jari, dosa bisa terjadi: menyebarkan fitnah, membuka aurat, menonton maksiat, atau menulis kata-kata yang melukai hati orang lain. Padahal, ajal tidak pernah menunggu kita untuk bertobat. Maka jangan biarkan satu klik yang salah menjadi penyebab buruknya akhir hidup kita.
Kadang kita terlalu sibuk mengejar kesenangan sesaat, padahal bisa jadi itu adalah detik terakhir kita hidup di dunia. Bayangkan jika ajal datang ketika kita sedang sibuk dalam maksiat: membuka sesuatu yang haram di layar, menuliskan ujaran kebencian, atau sekadar mengklik hal yang melalaikan. Bukankah itu keadaan yang paling kita tidak inginkan? Na’udzubillahi min dzalik.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
«إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ»
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada penutupnya.” (HR. Bukhari no. 6607 dan Muslim no. 112)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa penentu dari seluruh perjalanan amal manusia adalah akhir hidupnya. Bisa saja seseorang lama beribadah, tetapi menutup hidup dengan maksiat, atau sebaliknya, seseorang yang banyak berbuat dosa, lalu menutup hidupnya dengan tobat dan amal saleh. Karena itu, setiap detik kehidupan harus dijaga agar akhir hidup kita berada dalam keridhaan Allah.


Menjaga Setiap Detik dari Kelalaian
Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَالْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ayat ini mengajarkan agar kita tidak lalai, sebab segala perbuatan kecil sekalipun akan dimintai pertanggungjawaban. Apalagi di era digital, dosa dan pahala dapat mengalir begitu cepat tanpa kita sadari. Satu unggahan bisa menyelamatkan banyak orang, tetapi satu unggahan pula bisa menjerumuskan diri sendiri dan orang lain ke dalam kebinasaan.
Abu Hazim Salamah bin Dinar rahimahullah pernah mengatakan:
اتْرُكْ كُلَّ عَمَلٍ لَا تُحِبُّ أَنْ تَمُوتَ وَأَنْتَ عَلَيْهِ
“Tinggalkan semua perbuatan yang engkau tidak ingin mati dalam keadaan melakukannya.” (Tanbih al-Ghafilin, hlm. 380)
Ucapan ini seakan menampar kesadaran kita. Apakah kita tenang jika kematian datang saat sedang membuka aurat orang lain di media sosial? Apakah kita rela jika malaikat maut menjemput saat lidah kita sedang menebar fitnah? Semua itu menunjukkan betapa gentingnya menjaga setiap aktivitas, bahkan yang tampak kecil, agar tidak menjerumuskan kita pada su’ul khatimah (akhir yang buruk).
Husnul Khatimah, Cita-Cita Setiap Mukmin
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Barang siapa yang akhir ucapannya adalah ‘Laa ilaaha illallaah’ maka dia masuk surga.” (HR. Abu Dawud no. 3116, dinyatakan sahih oleh Al-Albani)
Hadis ini menegaskan bahwa husnul khatimah adalah cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun bagaimana mungkin seseorang bisa mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayat jika sepanjang hidupnya dipenuhi kelalaian dan dosa? Karena itu, membiasakan diri dalam ketaatan sejak sekarang adalah cara terbaik agar akhir hidup kita dimudahkan dengan husnul khatimah.
Kematian adalah kepastian yang tak mengenal usia, tempat, atau keadaan. Allah berfirman:
﴿وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ﴾
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 34)
Ayat ini menekankan betapa misteriusnya ajal. Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana kematian datang. Karena itu, menunda taubat adalah sebuah kesalahan besar. Imam Hasan al-Bashri pernah menasihati: “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka berkuranglah sebagian dari dirimu.”
Gunakan Teknologi untuk Kebaikan
Maka, bijaklah menggunakan teknologi. Jika satu klik bisa menjerumuskan ke neraka, maka gunakan satu klik itu untuk kebaikan: berbagi ilmu, menyebarkan doa, menolong sesama, atau mengingatkan orang lain agar kembali kepada Allah. Sungguh, kebaikan kecil yang kita sebarkan di dunia maya bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir meski kita sudah tiada.
Allah berfirman:
﴿مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ﴾
“Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-An’am: 160)
Kita hidup hanya sekali, dan kesempatan itu tidak akan pernah kembali. Jangan sampai hidup yang singkat ini diisi dengan perbuatan yang hanya akan menambah penyesalan di akhirat. Mari kita jadikan setiap klik, ucapan, dan langkah sebagai ladang amal yang bisa menyelamatkan kita di hadapan Allah.
Akhirnya, marilah kita resapi pesan Rasulullah ﷺ dalam hadisnya:
«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ»
“Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara: kefakiran yang melalaikan, kekayaan yang membuat lupa, sakit yang merusak, usia tua yang melemahkan, kematian yang memutus, atau Dajjal (fitnah terbesar), atau Kiamat, maka Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (HR. Tirmidzi no. 2306, dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Semoga Allah ﷻ menjaga kita dari su’ul khatimah, memudahkan kita menutup hidup dengan husnul khatimah, dan memberi taufik agar setiap detik kehidupan ini dipenuhi dengan kebaikan yang mendekatkan kita kepada-Nya. (*)