21 November 2024
Surabaya, Indonesia
Wawancara

Jangan Mudah Goyah, Kader IPM Harus Tetap Lurus dan Independen

Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Nashir Efendi. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO

Nashir Efendi resmi dinobatkan sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2020-2022 pada Muktamar Luar Biasa IPM Ahad pekan lalu (1/8/2021). Selama periode kepemimpinan ke depan, ia akan ditemani Sekretaris Jenderal Hilal Fathurrahman dan beberapa tim lain yang terbentuk dalam rapat formatur.

Banyak tantangan yang mesti dihadapi bocah asli Lamongan tapi lama tinggal di Gresik itu dalam menakhodai organisasi yang dulu bernama IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) tersebut. Tapi, tentu saja Nashir sudah punya gambaran ke depan IPM akan seperti apa. Juga bagaimana ia mesti menggebrak di tengah gelombang pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas secara fisik ini?

Berikut wawancara eksklusif editor KLIKMU.CO ACHMAD SAN bersama eks Ketua Bidang Perkaderan PW Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur itu Jumat kemarin (6/8/2021).

Nashir Efendi merupakan perwakilan dari kader IPM Jawa Timur. Ia sebelumnya menjadi ketua Bidang Perkaderan Pimpinan Wilayah IPM Jawa Timur.

Jawa Timur kembali menduduki pucuk pimpinan ortom (setelah IMM oleh Najih Prasetyo). Bagaimana tanggapan Mas Nashir Efendi? Apakah ini fenomena atau hal lumrah belaka?

Pada dasarnya IPM Jawa Timur selalu berperan dan berkontribusi untuk kebaikan dan kepentingan nasional, baik di pucuk pimpinan atau bukan. Atau bahkan tidak ada personalia satu pun dalam kepemimpinan pusat. Tentu harus diiringi dengan semangat fastabiq al khairat.

Bukan sekedar berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi juga berada di depan dalam semua kebaikan. Salah satu contohnya adalah agenda gerakan komunitas kreatif yang digelorakan PP IPM periode sebelumnya sebagai amanah Muktamar XXI Sidoarjo. IPM Jawa Timur sudah tampil terlebih dahulu menghasilkan 45 komunitas yang diinisiasi oleh teman-teman di daerah berdasarkan data Tim Materi Musywil Lamongan.

Selain itu, sudah dua Muktamar terakhir Jawa Timur tidak terpilih 9 formatur dan terpilihnya saya menjadi Ketua Umum PP IPM merupakan sejarah bagi Jawa Timur sendiri. Karena kader Jawa Timur adalah pertama yang menjadi Ketua Umum PP IPM saat Muktamar.

Lalu, ketika dihadapkan dengan Immawan Najih yang sama-sama berasal dari Jawa Timur bagi saya adalah hal yang lumrah. Karena memang kebetulan pada saat yang sama di Jawa Timur terdapat kader yang sama-sama memiliki kapasitas dan persyaratanuntuk menjadi pucuk pimpinan. Saya sebut sebagai bonus demografi kader Jawa Timur. Tentu bukan soal kuantitas yang kami banggakan, namun soal kualitas dan pencapaian yang kami tunjukkan dan terus buktikan. Tidak ada agenda primordialisme, tapi murni karena kepercayaan publik yang diberikan untuk Najih (sebagai ketua IMM hingga saat ini, Red) dan saya.

Apa visi-misi ke depan?

Pertama, merebut wacana keislaman dan keilmuan yang moderat dan berkemajuan di media sosial untuk menekan pemahaman konservatisme di dalam tubuh IPM.

Kedua, reformasi birokrasi melalui platform digital, tata kelola organisasi, dan kaderisasi akan dibuat seefisien dan seefektif mungkin.

Ketiga, pengintegrasian nilai-nilai inklusivitas dengan gerakan 3R (ramah lingkungan, ramah disabilitas, dan ramah perempuan) ke dalam sistem perkaderan, organisasi, protokoler, baik yang dilaksanakan secara virtual atau tatap muka.

Keempat, inkubasi creativepreneur, socialpreneur , dan technopreneur serta berbagai isu teknologi-bisnis seperti kecerdasan buatan, algoritma, privasi data, dan isu lainnya.

Kelima, manajemen talenta di berbagai bidang baik talenta akademis dan nonakademis yang akan diwadahi oleh sekoci-sekoci atau komunitas virtual.

Fokus apa yang Mas Nashir inginkan selama kepemimpinan ke depan?

Memastikan IPM tetap terus bergerak meski di masa pandemi, perbaikan sistem organisasi dan kaderisasi, merebut narasi di ruang publik media sosial, menyemai nilai inklusivitas ke setiap gerakan dan program.

Bagaimana bikin gebrakan awal di tengah gelombang pandemi begini?

Dengan munculnya bidang baru pasca-Muktamar XXII ini, yakni bidang kesehatan yang akan berfokus pada isu-isu kesehatan fisik dan mental, tentu menjadi daya gedor sendiri bagi PP IPM untuk membuat gebrakan di gelombang pandemi ini. Poros pelajar sudah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk melaksanakan vaksinasi untuk para pelajar. Insya Allah dalam waktu dekat segera di-launching terkait program tersebut, terutama PP IPM.

Covidiot sendiri juga menjadi isu yang harus ditekan oleh IPM. Karena pandemi tidak sekadar mendorong perubahan perilaku, tapi juga mendorong perubahan pemikiran. Ini yang lebih sulit dan harus dilakukan.

Prof Abdul Mu’ti pernah menyebut IPM sebagai ortom “paling ideologis”. Bagaimana menjaganya agar kader-kader IPM tetap berada di jalur yang benar dan kelak menjadi penerus di tataran yang lebih tinggi seperti Muhammadiyah?

Dalam kepribadian IPM sudah jelas bahwa IPM sebagai organisasi independen. Untuk menjaga independensi agar tetap lurus, harus dibentuk kader-kader yang profesional di bidangnya sehingga membentuk kader yang memiliki kemampuan spesialisasi yang mumpuni agar tidak mudah terombang-ambing oleh dinamika politik yang terjadi pada Indonesia.

Yang kedua, asupan ke-Islaman dan ke-Muhammadiyahan yang mengandung nilai moderasi harus diglorifikasi dalam berbagai platform media agar ideologi kader IPM senantiasa terjaga tanpa harus membaca buku teks yang saya yakin para kader IPM terbatas dalam mengakses buku-buku tersebut.

Ketiga, membentuk kelas-kelas virtual dalam rangka terus mempelajari ideologi-ideologi yang ada di IPM dengan cara yang asyik dan sesuai dengan kekinian.

Terakhir, seturut dengan internasionalisasi Muhammadiyah, apakah IPM juga mengarah ke sana? Adakah misalnya IPM luar biasa di luar negeri?

Iya, spirit itu tentu ada dan IPM juga mengarah ke sana melalui Bidang Hubungan Kerjasama Internasional. Langkah kultural akan kami lakukan dengan komunitas atau jejaring yang isinya adalah kader-kader IPM yang menempuh studi di luar negeri dan struktural dengan membentuk IPM istimewa tentu dengan memperhatikan konsistensi dan resiliensi para kader yang diaspora. Kedua jalan tersebut akan kami tempuh dua-duanya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *