Malang, KLIKMU.CO – Tim dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM kembali menunjukkan komitmen dalam memajukan kualitas sekolah di Malang Raya. Kali ini, para dosen ini melaksanakan kegiatan pengabdian.
Acara pengabdian Blockgrant FKIP UMM dengan skim penerapan IPTEKs bagi Masyarakat (PIbM) ini bertema pendampingan penyusunan asesmen HOTS di SMP Muhammadiyah 1 Malang (Muhasa), Kamis (19/10). Ada 15 peserta guru yang berpartisipasi.
Prof Dr Yuni Pantiwati MM MPd menyampaikan materi konsep dasar dan hakikat soal HOTS. Menurut dia, asesmen HOTS bisa dikuasai siswa jika pembelajaran yang dirancang guru bisa memfasilitasi HOTS.
“Bagaimana guru mengajar itulah bagaimana guru menilai. Jika pembelajaran yang dirancang lebih fokus pada guru –di mana guru menjadi sumber utama pengetahuan/informasi– kemampuan HOTS siswa tidak akan terfasilitasi. Siswa tidak akan bisa menyelesaikan soal HOTS,” tuturnya.
“Maka, kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk bisa memfasilitasi kemampuan HOTS siswa dengan siswa yang menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran,” terang guru besar bidang pendidikan itu.
Prof Yuni melanjutkan bahwa siswa berkegiatan aktif, sedangkan guru menjadi fasilitator yang bertugas mendampingi siswa.
Menurut dia, HOTS bukan mata pelajaran, HOTS bukan soal. Namun, HOTS merupakan tujuan akhir dari proses pembelajaran (capaian pembelajaran).
“Soal HOTS bukan berarti soal yang sulit. Namun, harus mengakomodasi keterampilan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif,” tegasnya.
Sementara itu, anggota pengabdian Ahmad Fauzi MPd menjelaskan terkait contoh-contoh soal HOTS. Menurut dia, untuk membuat soal HOTS harus bisa mengarahkan siswa membuat alasan (argumen). Soal HOTS dapat diawali dengan narasi, gambar, ilustrasi, grafik, atau gambar.
“Namun, perlu digarisbawahi soal esai tidak selalu HOTS dan soal yang menggunakan kata kerja operasional C4-C6 belum tentu HOTS,” terangnya.
Dia melanjutkan, soal HOTS bisa disusun berbasis pada permasalahan yang kontekstual di sekitar siswa. Sehingga selain diasah HOTS-nya, siswa juga akan menjadi problem solver dari masalah-masalah yang muncul di lingkungan mereka.
Ahmad Fauzi juga menjelaskan bahwa soal HOTS bersifat open-ended sehingga lebih baik dibuat dalam bentuk soal esai dengan jawaban bervariasi.
“Soal HOTS dapat dikuasai oleh siswa jika mereka terbiasa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Maka, pembelajaran yang dirancang harus bisa memfasilitasi siswa berpikir tingkat tinggi, misalnya memecahkan masalah pada pembelajaran berbasis masalah,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMP Muhasa Malang Yanur Setyaningrum MPd mengapresiasi kegiatan ini. Dia berharap dari kegiatan pengabdian ini para guru di SMP Muhammadiyah 1 Malang bisa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dalam menyusun asesmen HOTS untuk siswa.
“Tentunya ini juga berkaitan dengan perancangan pembelajaran yang mampu mengakomodasi HOTS siswa,” harap Yanur.
(Husamah/AS)