Jihad Digital Muhammadiyah Menuju Agenda Dakwah Abad Kedua

0
458
Dr Sholikhul Huda MFilI. (Istimewa/Klikmu.co)

Oleh: Dr Sholikhul Huda MFilI

KLIKMU.CO

Dakwah Muhammadiyah menghadapi tantangan baru di era disrupsi. Era disrupsi adalah sebuah era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru (dikutip divedigital.id). Akibatnya pemain atau lembaga (termasuk Muhammadiyah) jika masih menggunakan cara dan sistem pola dakwah lama akan kalah bersaing atau sulit berkembang.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata “disrupsi” berarti “hal tercabut dari akarnya”. Fenomena disrupsi merupakan situasi pergerakan suatu hal yang tak lagi linier. Era disrupsi memiliki beberapa ciri yang dapat dijelaskan melalui (VUCA), yaitu: Perubahan yang masif, cepat, dengan pola yang sulit tertebak (volatility). Perubahan yang cepat menyebabkan ketidakpastian (uncertainty). Kompleksitas hubungan antargaktor penyebab perubahan (complexity). Kekurangjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas (ambiguity).

Pada era ini, teknologi informasi telah menjadi basis atau basic struktur perubahan kehidupan manusia termasuk dalam bidang relasi sosial keagamaan di masyarakat. Fenomena disrupsi di wilayah kehidupan sosial keagamaan sangat tampak pada pola komunikasi dakwah. Di mana saat ini, ulama (kiai) bukanlah satu-satunya sumber otoritas orang belajar untuk mendapatkan pemahaman beragama, tetapi mereka dapat belajar dan mengambil sumber beragama melalui situs-situs media online di internet secara langsung dan sangat bebas, yang terkadang tidak jelas sumber maraji’ keagamaannya.

Dampak perubahan teknologi informasi (disrupsi) menyasar pula kepada pola komunikasi dakwah Muhammadiyah. Selama hampir satu abad lebih pola komunikasi dakwah Muhammadiyah cenderung menggunakan pola dakwah konvensional (tatap muka ceramah, pengajian, khutbah dll). Serta dakwah pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi). Bergerak ke pengembangan pola dakwah digital.

Secara umum, pola dakwah yang selama ini dikembangkan oleh Muhammadiyah telah mencapai hasil luar biasa dalam memberikan asas manfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia internasional. Sehingga dakwah Muhammadiyah diapresiasi oleh semua kalangan, baik masyarakat Indonesia maupun internasional. Capaian dakwah tersebut tidak kemudian membuat Muhammadiyah jemawa, berhenti atau terlena. Namun, dakwah Muhammadiyah terus melakukan inovasi “ijtihad” terutama dalam menghadapi era masyarakat disrupsi dengan mengembangkan pola dakwah digital.

Dakwah digital adalah model pengajaran Islam melalui media. Model dakwah ini dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Hal itu sesuai dengan karakteristik masyarakat milenial yang sangat akrab dengan gawai (gadget). Mereka mengakses internet hampir setiap saat.

Pengembangan pola dakwah digital Muhammadiyah menunjukkan tren positif. Perkembangan tersebut mungkin merupakan bagian dari dorongan mewujudkan agenda dakwah Muhammadiyah abad kedua, yaitu: internasionalisasi gerakan, digitalisasi dakwah, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Digitalisasi dakwah ditandai dengan penandatanganan prasasti Universitas Siber Muhammadiyah (SiberMu). Kehadiran SiberMu membuktikan Muhammadiyah sangat mengerti akan kondisi kekinian yang mana setiap generasi muda membutuhkan kecakapan digital termasuk penguasaan media sosial (sumber, muhammadiyah.or.id).

Selain itu, berdasarkan hasil riset saya yang dibiayai oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah tahun 2021 dalam program RISETMU, tampak pula tren positif perkembangan digitalisasi dakwah Muhammadiyah. Dakwah digital Muhammadiyah mulai menggeliat tumbuh subur dengan semakin marak situs-situs media dakwah digital yang dibuat oleh jejaring komunitas Muhammadiyah dan menghiasi di media sosial (online) internet (situs Google).

Situs-situs media dakwah digital tersebut ada yang dibuat secara resmi oleh Persyarikatan Muhammadiyah dan dibuat secara mandiri (freelance) oleh komunitas mantan aktivis AMM, di mana secara struktur tidak terkait dengan struktur Muhammadiyah, tetapi ketemu pada aras ideologi dan agenda dakwah Muhammadiyah.

Situs-situs media dakwah digital yang resmi dibuat oleh Persyarikatan Muhammadiyah di antaranya: suaramuhammadiyah.id, muhammadiyah.or.id, menara62.com (milik PP Muhammadiyah), pwmu.co, majalahmatan.com (milik PWM Jatim), klikmu.co (milik PDM Surabaya), khittah.co (milik PWM Sulawesi Selatan), suaraaisyiyah.id (milik PP Aisyiah), kalimahsawa.id (milik UM Surakarta), tarjih.or.id dan fatwatarjih.or.id (milik Majelis Tarjih PP Muhammadiyah), lamongan.muhammadiyah.or.id (milik PDM Lamongan), lazismu.org (milik Lazismu PP Muhammadiyah), ipm.or.id (milik PP IPM), pwmjateng.com (milik PWM Jawa Tengah), pemudamuhammadiyah.org (milik PP Pemuda Muhammadiyah), lazismujatim.org (milik Lazismu Jawa Timur), nasyiah.or.id (milik PP NA), tanyajawabagama.com, tabligh.or.id (milik Majelis Tabligh PP Muhammadiyah), suryaKata.id (milik IMM Bandung) sangpencerah.id (milik AMM), dan lainya.

Adapun situs-situs media dakwah digital yang berafiliasi dengan Muhammadiyah di antaranya: jibpost.id, ibtimes.ID, santricendikia.com, anakpanah.sch.id, tanwir.id, insid.ID, madrasahdigital.co, rahma.id, Pucukmera.ID, tajdid.id, mahanpedia.id, schmu.id, koranmu.com, genial.id, milenialis.id, mediamu.id, kuliahislam.com, gagas.id, santrishabran.net, dan lainnya.

Media dakwah digital Muhammadiyah secara dasar mengusung narasi moderasi keislaman berkemajuan dan jurnalisme sehat. Moderasi keislaman berkemajuan merupakan ideologi paham sosial keagamaan mazhab Muhammadiyah.

Moderasi keislaman berkemajuan merupakan sebuah ideologi Muhammadiyah yang menegaskan pada gerakan Islam berwatak tengahan “wasathiyah”, artinya tidak berorientasi pada gerakan ekstrem kanan (radikal) dan ekstrem kiri (liberal) dan adaptif dengan ilmu pengetahuan dan berwatak inovatif.

Adapun narasi jurnalisme sehat yang diusung oleh media dakwah digital Muhammadiyah merupakan sebuah komitmen untuk menghadirkan sebuah informasi berita dan opini yang bebas bertanggungjawab, damai, santun, antihoax, anti kekerasan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadaban publik yang bersumber dari etika Islam.

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa secara kuantitatif dakwah digital Muhammadiyah mengalami tren positif dan sedang berkembang. Namun, dari aspek kualitas dakwah digital masih kalah dan belum semasif dengan kelompok Islam yang lain semisal dari saudara NU dan kelompok Salafi.
Indikator tersebut dapat teramati berdasarkan penilaian dari lembaga internasional pengindeks situs media online www.alexa.com yang menunjukkan situs-situs milik ataupun yang berafiliasi dengan Muhammadiyah berada di urutan sekitar ribuan hingga jutaan.

Berdasarkan data alexa.com per tanggal 21/10/2021 situs milik Muhammadiyah di urutan tertinggi adalah muhammadiyah.or.id peringkat 1.124, adapun situs yang berafiliasi dengan Muhammadiyah tertinggi adalah ibtimes.ID peringkat 3.615, yang lain di urutan puluhan ribu hingga jutaan. (https://ibtimes.id/peringkat-40-situs-muhammadiyah/).

Sementara untuk situs Islam di Indonesia peringkat pertama adalah milik NU yaitu nu.or.id peringkat 122. (https://ibtimes.id/100-situs-islam-indonesia-nu-online-peringkat-pertama/)

Dari data tersebut, dapat dijadikan pelecut semangat dan terus untuk melakukan inovasi gerakan dakwah digital Muhammadiyah dikalangan jamaah Muhammadiyah. Dan ke depan dakwah digital harus segera dirumuskan secara strategis oleh para stekeholder persyarikatan Muhammadiyah sebagai bagian dari “jihad digital” Muhammadiyah menuju abad kedua.

Mungkin ini ada beberapa masukan aaya untuk membangun strategi dakwah digital Muhammadiyah menghadapi di era disrupsi:
Pertama, peningkatan kualitas SDM mubaligh dan AMM. Dengan pesatnya perubahan lini kehidupan menjadi serbadigital, SDM mubaligh dan AMM Muhammadiyah sebaiknya didorong untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi informasi.

Kedua, melakukan inovasi. Kader AMM dan pimpinan Muhammadiyah harus memiliki cara berpikir yang berbeda atau out of the box, sehingga mampu membuat terobosan-terobosan baru atau penyesuaian pada dakwah Muhammadiyah agar lebih sesuai dengan era disrupsi.

Ketiga, adopsi teknologi digital. Penggerak Muhammadiyah harus mampu menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Ini sebagai perwujudan dari tiga solusi pintar dalam menghadapi revolusi industri 4.0, smart foundation, smart process, dan smart connectivity.

Keempat, bersiap menghadapi perubahan. Mengubah pola pikir dan memiliki kesadaran untuk lebih cepat dalam mengadaptasi perubahan. Seluruh pengurus Muhammadiyah, terutama Majelis Tabligh dan AMM, harus cepat beradaptasi dengan perubahan, karena efek disrupsi dapat mengubah segala hal, termasuk budaya organisasi dalam melakukan komunikasi dakwah. Demikian, semoga bermanfaat, fastabiqul khoirot.

Dr Sholikhul Huda MFilI,
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini