18 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Kajian

Kajian Kristologi #7: Tentang Trinitas

Scandinavia Church: Salah satu gereja berarsitektural Swedia di Negeri Scandinavia. (Foto diambil dari Pixabay)

KLIKMU.CO

Oleh K.H. Abdullah Wasi’an*)

Dogma terbesar dalam Agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik adalah tentang Trinitas. Yang dimaksud dengan Trinitas ialah suatu kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu dalam tiga pribadi, yakni Allah Bapa, Allah Putra (anak) yaitu Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Bagi orang Kristen, dogma ini merupakan doktrin dasar Kitab Suci dan juga merupakan kenyataan yang amat dalam dari pengalaman universal dan pemahaman kosmos secara ilmiah.

Tanpa Trinitas, seorang Kristen tidak mempunyai arti sama sekali sebagai seorang Kristen. Ajaran Trinitas, yaitu bahwa Allah Bapa, Allah (Simbol Trinitas) Putra, dan Allah Roh Kudus masing-masing adalah Tuhan yang sama dan satu, merupakan dasar utama dari kepercayaan Kristen.

Ajaran tersebut mereka ringkas sebagai berikut: “Allah adalah Tiga-dalam- satu, dengan tiap Pribadi Tuhan adalah Allah yang sama dan selalu dan sepenuhnya. Masing-masing diperlukan, dan masing-masing berbeda, terapi semuanya adalah satu. Ketiga pribadi muncul dalam urutan yang bersifat sebab-akibat dan legis. Bapa adalah yang tak nampak, Sumber dari segala sesuatu, dinyatakan dalam dan oleh Putra, diejawantahkan dalam dan oleh Roh Kudus. Putra bermula dari Bapa, dan Roh dari Putra.

Mengacu pada penciptaan Tuhan, Bapa adalah Pemikiran di atas semua itu, Putra adalah Sabda yang memanggilnya keluar, dan Roh adalah perbuatan yang menyebabkannya menjadi kenyataan. Kita “melihat” Tuhan dan penyelamatan agung-Nya dalam Putra, Tuhan Yesus Kristus, kemudian “mengalami” kenyataan mereka dalam iman, melalui kehadiran Roh Kudus-Nya.”

Dogma itu didasarkan pada Yohanes 15:7-8 yang berbunyi: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam surga) Bapak, Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi. Roh, Air dan darah, ketiganya adalah satu.” Juga didasarkan pada ucapan Yesus Kristus sendiri dalam Injil Matius 28:19 “Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

Dogma Trinitas ini sebenamya baru dirumuskan pada abad ke-4 dalam suatu Konsili di Nicea. Konsili itu diikuti oleh para uskup, theolog kenamaan dan banyak sarjana Gereja. Keputusan Konsili itu dirumuskan dalam 12 “Sahadat para Rasul”, di mana dirumuskan bahwa ketiga pribadi dalam Allah yang satu itu adalah sejajar, walaupun digunakan istilah Bapa dan Anak; Dalam doa litani umat Katolik, sebutan Trinitas dirumuskan dengan kara-kata: “Allah Tritunggal Kudus Tuhan Yang Maha Esa.”

Namun sangat ironis, banyak orang di kalangan Kristen sendiri yang meragukan dogma tersebut, bahkan mereka menentangnya. Menurut mereka, dogma itu sangat paradoks. Secara matematika merupakan suatu ketidakmungkinan. Jadi sulit untuk diterima. Seperti D. Salm Hill menyatakan keluar dari Kristen karena tidak bisa menerima dogma tersebut.

“The story of my becoming a muslim. I have been asked by several non-Muslims why, if believe to the existence of Jesus Christ, and that also preached Gods message, why then did I turn from Christianity to Islam? My one answer is that I could not believe in the Trinity, I could not believe in the Resurrection, I could not feel sure that Christ died on the cross for the sins of humanity. (Kisah tenrang penyebab aku menjadi seorang Islam berawal dari pertanyaan beberapa tokoh orang non-Islam yang dilontarkan kepadaku. Jika saya percaya kepada Yesus Kristus mengenai pesan Tuhan, mengapa saya meninggalkan agama Kristen beralih ke Islam? Satu-satunya jawaban saya: Aku tidak dapat mempercayai Trinitas, aku tidak mempercayai kebangkitan Yesus, aku tidak bisa menerima kepercayaan bahwa Yesus mati di tiang salib untuk menebus dosa).”

Demikian pula Dr. Ali Selmen Benoit menolak dogma Trinitas. Dalam sebuah buku berjudul “Why I Embraced Islam (Mengapa Aku Memeluk Islam)”. Ia memberikan pengakuan sebagai berikut:

“As a doctor of medicine, and descendat of French Catholic family, the very choice of my profession has given me a solid scientific culture which had prepared me very litle for mystic life. Not that I did not believe in God, but that dogmas and rites of Christianity in general and of Catholicism in particular never permitted me to feel His presence, thus my unitary sentiment for God forbade me accepting the dogma of Trinity, and cunsequenty of the Divinity of Jesus Christ. (Aku adalah seorang dokter dalam ilmu kesehatan berasal dari keluarga Prancis Katolik. Pekerjaan yang aku pilih ini telah menyebabkan aku terpengaruh oleh corak kebudayaan ilmiah yang tidak banyak memberikan kesempatan dalam bidang kerohanian, Ini tidak berarti bahwa aku tidak percaya kepada Tuhan. Yang aku maksud ialah karena dogma-dogma dan peribadatan Kristen, khususnya Katolik, tidak membangkitkan pengertian dalam jiwaku atas adanya Tuhan. Karena itulah maka naluriku atas Esa-Nya Tuhan telah menjadi penghalang antara aku dan kepercayaan Trinitas dan dengan sendirinya juga atas ke-Tuhanan Yesus Kristus).”

Juga seorang biarawati bemama Karen Armstrong melalui bukunya yang berjudul “Sejarah Tuhan” pada halaman 18-19 menyatakan ketidaksetujuannya dengan dogma Trinitas. Ia mengatakan “Apakah Perjanjian Baru benar-benar doktrin Trinitas yang rumit dan sangat kontradiktif itu, atau, sebagaimana banyak aspek keimanan lainnya, merupakan hasil perbuatan para teolog berabad-abad setelah wafatnya Yesus di Yerussalem?

Dan yang lebih penting, doktrin Trinitas itu bukan ajaran Yesus, melainkan pendapat Yohanes sendiri yang tertuang dalam Surat Kirimannya yang pertama 5:7-8 yang bunyinya seperti di atas. Karena ayat ini bukan sabda Yesus, maka tidak bisa diterima keabsahannya sebagai dasar doktrin Trinitas. Apalagi tokoh-tokoh Kristen sendiri sudah menyatakan bahwa ayat yang dikurung itu ‘(di dalam surga)’ adalah palsu atau sengaja disisipkan oleh para penerjemahnya.” [*]

K.H. Abdullah Wasi’an sosok ulama yang intelek dan Kristolog ulung jago dialog.

1 Comment

  • Taghulihi 1 Desember 2019

    Iman kami tidak pernah goya, karena Karya Allah Dalam Kristus Yesus tidak mungkin bagi manusia tapi sangat mungkin bagi ALLAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *