Kalender Islam Global Bukan Hanya Milik Muhammadiyah

0
14
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir membuk Munas Tarjih Ke-32 di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP). (Muhammadiyah.or.id)

Pekalongan, KLIKMU.CO – Salah satu agenda Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih Ke-32 yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) ialah persiapan mengesahkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa pengesahan ini bagian dari melunasi utang peradaban. Sebab, umat Islam selama 14 abad lamanya belum memiliki kalender terpadu yang unikatif.

“Kami dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyambut baik (rencana realisasi KHGT, Red)  dan ini sebagai pelunasan utang peradaban,” kata Haedar saat membuka Munas Tarjih Ke-32 di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP), Jumat (23/2/2024).

Sebelum KHGT disahkan, Haedar memberikan beberapa pesan. Ia menginginkan adanya argumen yang tangguh di balik penulisan dan pengesahan KHGT ini.

Menurut Haedar, argumentasi ukhuwah dan solidaritas umat Islam dapat menjadi alasan kuat pemberlakukan kalender Islam berskala global.

““Ukhuwah dan solidaritas menjadi keniscayaan di era global ketika dunia semakin melintas batas. Ukhuwah menjadi idiom yang indah. Namun begitu, susah diwujudkan karena banyaknya kepentingan,” papar Haedar.

Haedar menyoroti bahwa dalam konteks ini, argumen kesatuan atau unity juga menjadi kunci penting untuk mendukung pemberlakuan KHGT. Meskipun sulit, hal itu penting untuk membangun kesatuan dalam melihat kekhawatiran terhadap perpecahan dunia Islam.

“Penerapan kalender yang bersifat pemersatu dalam skala global diharapkan dapat menjadi solusi untuk menyatukan dunia Islam yang terkadang terpecah belah,” imbuhnya.

Haedar juga menekankan pentingnya dukungan konsepsi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) dengan dasar dalil bayani dan burhani untuk menghasilkan aspek “kepastian”.

Baginya, sebuah kalender harus membawa kepastian tentang hari dan tanggal, khususnya dalam penentuan awal bulan Ramadan, Syawal/Idul Fitri, serta awal dan tanggal 9 (Hari Arafah) juga tanggal 10 (Idul Adha) bulan Zulhijah dalam satu kesatuan kalender Hijriah yang menjadi rujukan bersama seluruh dunia Islam.

“Kita iri dengan kalender miladiyah (masehi). Mereka tidak pernah berselisih tentang Natal dan hari-hari besar lainnya karena sudah ada kalender tunggal, satu hari satu tanggal di seluruh dunia,” ujar Haedar.

Pernyataannya menunjukkan keinginan untuk mencapai tingkat keseragaman yang dimiliki oleh kalender Gregorian dalam konteks hari raya dan perayaan agama. Dengan demikian, KHGT diharapkan dapat menjadi landasan yang seragam untuk seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Dalam konteks kalender, Haedar menilai bahwa adagium “perbedaan adalah rahmat” tidak berlaku dan perlu digantikan dengan pandangan bahwa “kesatuan dan kepastian dalam berkalender hijriah tunggal adalah rahmat”.

Menurutnya, perbedaan dalam penentuan tanggal-tanggal penting dalam kalender Hijriah bisa membawa dampak negatif, bahkan dalam beberapa kasus dapat berujung pada fitnah.

Karena itu, mengutamakan kesatuan dan kepastian dalam KHGT dinilai Haedar sebagai langkah bijak untuk menghindari perpecahan dan memastikan konsistensi dalam perayaan serta ibadah umat Islam di seluruh dunia.

Yang tak kalah penting, jika KHGT telah disahkan, Haedar berharap tidak hanya menjadi milik Muhammadiyah. Melainkan milik seluruh umat Islam di dunia.

“Karena itu, penting melakukan sosialisasi yang simpatik dengan pendekatan QS An-Nahl ayat 125, yaitu disampaikan dengan hikmah dan kerendahan hati. Penggunaan berbagai saluran sosialisasi digital yang menarik dan simpatik dapat dilakukan secara masif,” tandas Haedar.

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini