Kali Pertama sejak Didirikan, KMM Gelar Studi dan Napak Tilas ke Kota Kelahiran Muhammadiyah

0
75
Sebanyak 45 anggota KMM menjalani Studi dan Napak Tilas ke Yogyakarta. (Juni Muslimin/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Majelis Tabligh (MT) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jombang mengadakan Studi dan Napak Tilas ke kota kelahiran Muhammadiyah, yaitu Yogyakarta.

Sejak didirikan tahun 2019, baru kali ini KMM dapat mengumpulkan mubaligh muda dengan mubaligh lama dalam misi Studi dan Napak Tilas ke Yogyakarta. Mereka bersatu di Gedung PDM jalan Dr. Sutomo yang merupakan titik kumpul para rombongan, Selasa (3/9/2022). Tepat pukul 14.10 WIB, bus berangkat dengan jumlah peserta 45 anggota KMM.

Tiba di masjid Jogokariyan disambut suasana jamaah usai melaksanakan shalat berjamaah isyak, hilir mudik para jamaah, cahaya terang benderang di setiap sudut masjid, berbagai aktivitas terlihat ada yang membaca Al Quran, bercengkrama dalam kelompok kecil, ada panitia yang sedang mempersiapkan kajian bakda isyak dan ada pula yang berfoto di depan nama masjid Jogokariyan.

Pengurus takmir bagian penginapan telah mempersiapkan 11 kamar dan homestay untuk menampung 45 peserta KMM. Selesai beristirahat sejenak dan makan malam, acara dilanjutkan dengan koordinasi internal di teras masjid lantai 2. Agenda Koordinasi Internal adalah penguatan dari bapak Abdul Malik, taushiyah dari ustadz Fatkhurrohman, penyampaian program KMM hasil studi banding oleh ustadz Juni Muslimin dan ditutup dengan tanya jawab dengan para peserta.

Pada keesokan harinya, Rabu (14 September 2023), tepat sekitar pukul 03.00 WIB para peserta terlihat menunaikan shalat tahajud, ada yang melaksanakan di ruang utama lantai 1 dan ada yang menyendiri di lantai 2. Semakin mendekat waktu subuh area masjid semakin dipenuhi oleh jamaah. Ternyata bukan hanya cerita kosong, jumlah jamaah shalat subuh sama dengan shalat magrib dan isyak, seluruh area masjid dipenuhi oleh jamaah.

Pada hari Rabu itu, materi 1 tentang Manajemen Memakmurkan Masjid disampaikan langsung oleh Takmir Masjid Jogokariyan yaitu bapak Agus Abadi, seorang dokter hewan yang dipilih secara langsung oleh warga Jogokariyan sebagai Takmir Masjid selama 4 tahun.

Ia mengatakan Masjid Jogokariyan didirikan pada tahun 1966 dengan gerakan utama yaitu gerakan menshalatkan orang hidup dengan cara mendatangi sampai ke rumah dan gerakan shalat subuh berjamaah dan makan bersama dengan cara menyampaikan undangan secara tertulis ke seluruh warga.

“Alhamdulillah dengan beristiqamah pada akhirnya warga dapat menerima dakwah ajakan untuk shalat berjamaah,” ujarnya.

Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan menuju kantor PP Muhammadiyah jalan K.H. Ahmad Dahlan, karena kendaraan bus tidak dapat parkir di lokasi maka peserta berjalan kaki sejauh 800 meter. Rombongan ini disambut oleh ustadz Ghofar Ismail, beliau adalah anggota MTT PPM (Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah) sekaligus sebagai narasumber untuk materi yang ke 2.

Di awal materi, beliau mengatakan tentang hubungan antara Majelis Tabligh dengan Majelis Tarjih. Majelis Tabligh adalah Rasulnya, substansi wahyunya adalah Majelis Tarjih. Selama durasi 2 jam beliau menyampaikan tentang 5 komponen yang membentuk Manhaj Tarjih, yaitu Ad-Din, Ad-Dunya, Al-Ibadah, Sabilullah dan Al-Qiyas. “Sangat beruntung untuk mubaligh Muhammadiyah yang berkesempatan mendengarkan materi langsung dari MTT PPM,” kata Ustad Ghofar.

Masuk materi ke 3, peserta kembali berjalan kaki kurang lebih 800 meter menuju Masjid Gede Kauman untuk melaksanakan shalat berjamaah duhur kemudian perjalanan dilanjutkan ke Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan. Rombongan ini disambut oleh bapak Effendi Rimawan yang masih kerabat K.H. Ahmad Dahlan dan bapak Ahmad Naf’an yang merupakan cicit K.H. Ahmad Dahlan.

Secara bergantian bapak Effendi dan bapak Nafi’an menjelaskan sejarah perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah.

“Ahmad Dahlan berubah secara pemikiran setelah pulang dua kali dari Makkah. Kepulangannya membawa misi purifikasi dan pembaharuan ajaran Islam (terinspirasi dari Jamaluddin Al Afghani). Pembaharuan pertama adalah pembenaran arah kiblat masjid Gedhe dan yang kedua adalah kombinasi ilmu umum dan ilmu agama dengan mendirikan ruang belajar atau sekolah (Sekolah Pawiyatan untuk putri dan Sekolah Suronatan untuk putra dan putri),” kata Bapak Nafi’an.

Di tempat tersebut, terdapat peninggalan K.H. Ahmad Dahlan yang berdekatan dan masih terjaga dengan baik, yaitu ada ruang kelas atau sekolah pertama kali beliau dirikan yaitu Langgar Kidoel yang dulu pernah dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, dan ada rumah kediaman beliau yang saat ini sudah diwariskan ke anak dan cucu beliau. Melihat bangunan dan peninggalan sejarah dan penjelasan langsung dari cicit beliau menggugah semangat untuk melanjutkan perjuangan beliau dalam memajukan Muhammadiyah di daerah dan ranting.

Selanjutnya, rombongan ini berjalan kaki dari Langgar Kidoel menuju lokasi parkir bus kurang lebih 500 meter. Walaupun cuaca cukup panas tetapi tetap bersemangat untuk mengikuti seluruh rangkaian acara. Sesuai dengan tema acara yaitu Napak Tilas dan saat itulah benar-benar merasakan perjalanan yang panjang dan melelahkan, namun tetap tidak sebanding dengan perjuangan K.H. Ahmad Dahlan yang telah berkorban segalanya demi syiar Islam bersinar berdasarkan Al Quran dan As Sunnah.

Pada sore hari pukul 14.50 WIB, rombongan ini berada di lokasi terakhir Studi dan Napak Tilas yaitu Padepokan ASA Wedomartani. Di tempat tersebut, rombongan ini disambut langsung oleh pemilik padepokan yaitu bapak Atmaji Sapto Anggoro yang biasa dipanggil Sapto.

Beliau adalah mantan pemilik Detik.com dan Tirto.id yang saat ini berkosentrasi di Padepokan ASA yang berarti singkatan nama beliau atau juga berarti harapan. Lokasi padepokan itu sangat nyaman dan asri sebagai tempat belajar.

“Tujuan padepokan ini adalah memperbanyak orang pintar agar mengurangi tingkat ketergantungan dengan orang lain dan membuat pendidikan alternatif yang banyak orang belum melakukan,” katanya.

Sesi diskusi sangat seru, peserta sangat aktif bertanya tentang perkembangan teknologi informasi kaitannya dalam dakwah Islam dan kiat-kiat menghindari pelanggaran undangan-undangan ITE. Menurutnya, Mubaligh itu harus menguasai teknologi agar dapat memasuki medan dakwah yang luas ke semua kalangan. “Mubaligh harus terampil membaca situasi dengan strategi yang tepat agar dapat dipahami oleh jamaah,” ujarnya.

Selanjutnya, acara penutup dilakukan oleh Ketua PDM Jombang Bapak Assoc. Prof. DR. Ir. Abdul Malik, MP., IPU. Saat itu, beliau berpesan tentang 3 hal. Pertama, banyak orang pintar tidak dapat mengerjakan pekerjaan hebat, tetapi banyak pekerjaan hebat dapat dilakukan oleh pekerja keras.

“Kedua, bisnisman yang sukses harus diikuti sikap konsistensi. Ketiga, buat prestasi dengan membuat karya yang dapat dinikmati oleh orang banyak,” pungkasnya. (Juni Muslimin/RF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini