8 April 2025
Surabaya, Indonesia
Opini Politik, Sosial & Ekonomi

Kalian Pengantar Hidayah Untukku

Ilustrasi diambil dari Hipwee.com

KLIKMU.CO

Oleh Rhadiesty Megha Putri*)

“Hidayah adalah petunjuk Allah yang mengarahkan hamba pada hakikat kebenaran. Sifat hidayah ada dua. Satu, diberikan kepada siapa pun atas kehendak Allah tanpa batas. Dari pernyataan ini sesungguhnya tidak ada orang yang tidak mendapat hidayah. Dua, bila sudah diberikan cepat diambil.” Demikian penjelasan Ustadz Adi Hidayat, salah satu dai kondang dari Indonesia dalam ceramahnya di Youtube yang berjudul perbedaan hidayah dengan taufiq.

Dari penjelasan Ustadz Adi Hidayat tersebut, meyakinkan kepada kita bahwa hidayah adalah hadiah yang paling berharga yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-NYA. Betapa Maha Baiknya Allah SWT. Semua hamba-Nya tanpa terkecuali telah diberi hidayah. Padahal hamba-Nya banyak melakukan salah dan khilaf yang tak ada habisnya. Namun, sungguh benar-benar merugi jika kita sebagai hamba-Nya tidak peka dalam menyadari datangnya hidayah tersebut.

Hidayah dapat hadir dari ucapan orang lain kepada kita. Ucapan termasuk peristiwa yang sering kita alami dan tak ada bosan-bosannya untuk di lakukan. Ucapanlah yang menunjukkan siapa diri kita. Ucapanlah yang menunjukkan siapa sahabat kita. Ucapan pulalah yang menunjukkan bagaimana keadaan kita di kemudian hari.

Ucapan yang dipenuhi dengan perkataan baik, akan menarik orang-orang yang baik untuk mendekat. Sebagaimana magnet yang menarik benda-benda yang kuat ditarik magnet atau istilah fisikanya adalah feromagnetik. Sedangkan, ucapan yang buruk, akan menarik orang-orang yang buruk untuk mendekat. Sebagaimana lalat yang menghinggapi sampah.

Ucapan buruk orang lain bukan berarti menunjukkan bahwa diri mereka lebih rendah daripada kita. Melainkan bisa jadi mereka adalah penghantar hidayah untuk kita. Begitu pula dengan ucapan baik dari kita, bukan berarti kita lebih unggul dari mereka. Bisa jadi, kita adalah penghantar hidayah untuk mereka.

Hal itulah yang seharusnya kita renungkan. Atas dasar apa kita merasa unggul dari orang lain? Bukankah semua yang terjadi atas ijin Allah SWT. Bahkan, kita berbuat baik pun itu karena Allah SWT sedang menitipkan kebaikan kepada kita untuk orang lain dan menutupi keburukan kita dari orang lain. Sungguh Allah SWT Maha Baik.

Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya’: 87)

Begitulah kita. Tanpa disadari, kita termasuk orang-orang yang zalim. Terkadang kita merasa benar dengan apa yang telah kita kerjakan. Terkadang kita merasa bangga dengan apa yang kita ucapkan. Walaupun mulut tak mengiyakan kesombongan kita, bukan berarti hati kita sudah luput dari segala penyakit hati.

Teruslah bermuhasabah diri. Menjadi orang yang sensitif itu bukanlah kesalahan. Sensitif untuk mengkoreksi diri sendiri. Sensitif yang tidak berlebihan tentunya. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan kita untuk terus bermuhasabah diri. Muhasabah diri mendekatkan kita pada hidayah Allah SWT. Semoga. [*]

*) Penulis adalah Kontributor KLIKMU.CO, tinggal di Kediri, Jatim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *