7 April 2025
Surabaya, Indonesia
Berita

Kelola Uang Lebaran secara Efektif dengan Prinsip 50-30-20

Ilustrasi THR (Getty Images/iStockphoto/Fendi Riandika)

KLIKMU.CO – Setiap Lebaran, ada satu momen yang selalu ditunggu-tunggu, yaitu Tunjangan Hari Raya (THR). Lebaran identik dengan bagi-bagi THR, yang telah menjadi tradisi sejak tahun 1950-an di Indonesia. Pemberian THR bagi pekerja Muslim bukan sekadar “uang tambahan” menjelang Idul Fitri, tetapi juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional.

THR mendorong daya beli secara signifikan, mempercepat perputaran uang, dan meningkatkan omzet UMKM, terutama di sektor ritel, makanan, dan jasa. Pemberian THR memicu lonjakan transaksi perbankan dan konsumsi, khususnya pada sektor informal. Namun di sisi lain, peningkatan permintaan barang dan jasa di pasar juga berisiko menyebabkan inflasi musiman. Momen ini bisa menjadi berkah, tetapi juga tantangan dalam pengelolaan keuangan, baik individu maupun perusahaan.

Selaras dengan hal itu, Muhammad Sri Wahyudi SE ME, Dosen sekaligus Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menyatakan bahwa meski THR bisa menjadi angin segar, pengelolaannya harus dilakukan secara cerdas agar tidak menguras kantong pasca-Lebaran. Salah satu cara efektif adalah dengan merencanakan anggaran secara bijak, misalnya menerapkan prinsip 50-30-20: 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi. Dengan cara ini, masyarakat dapat menikmati Lebaran tanpa kekhawatiran kehabisan uang.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk menghindari belanja impulsif. Dengan memanfaatkan diskon yang tersedia, pengeluaran dapat sedikit ditekan, serta sebisa mungkin menghindari penggunaan kartu kredit secara berlebihan. “Untuk mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan THR, diperlukan pendekatan melalui literasi keuangan, seperti kampanye edukasi tentang alokasi anggaran dengan prinsip 50-30-20, serta promosi kebiasaan menabung sejak dini,” ujarnya, Sabtu (5/4/2025).

Lebih lanjut, selama Lebaran, pengeluaran masyarakat mengalami lonjakan yang luar biasa. Mulai dari transportasi, akomodasi, hingga transaksi digital, semuanya meningkat pesat. Ini menjadi bukti bahwa THR memang menjadi pemicu perputaran uang yang besar. Namun, fenomena inflasi musiman juga perlu diwaspadai. Banyak masyarakat tergoda membeli lebih banyak barang dan jasa dengan uang THR, sehingga harga-harga melonjak dan daya beli menurun.

Meskipun demikian, peningkatan konsumsi tetap memberikan dampak positif bagi sektor UMKM dan transaksi lokal. Efek positifnya bahkan lebih dominan karena mendorong pertumbuhan ekonomi sementara, menciptakan lapangan kerja tambahan, serta memperkuat daya beli masyarakat dalam jangka pendek.

Menurut Yudi, dari perspektif ekonomi, THR jelas menjadi stimulus yang mempercepat perputaran uang dan mendorong konsumsi, terutama pada sektor UMKM. Sayangnya, tidak semua perusahaan bisa dengan mudah membayar THR, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang masih fluktuatif. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami pentingnya literasi keuangan, agar THR tidak hanya habis untuk konsumsi sesaat, tetapi juga berkontribusi terhadap kesejahteraan jangka panjang.

Dengan strategi pengelolaan yang tepat, THR bisa menjadi kunci untuk meraih kebahagiaan finansial selama Lebaran tanpa penyesalan di kemudian hari. “Hal yang tak kalah penting adalah tidak abai menyisihkan dana darurat pasca-Lebaran. Setelah euforia berbelanja, stabilitas keuangan tetap harus dijaga,” tuturnya.

(Wildan/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *