Kemajuan Kaum Perempuan: Pendidikan dan Organisasi

1
38
Sejarah Aisyiyah. (Dok Aisyiyah.or.id)

Oleh: Adam Satria Nugraha

KLIKMU.CO

Dalam kemajuan kaum hawa/perempuan, harus ditekankan bahwa pendidikan ialah sarana yang begitu penting. Seperti penjelasan dalam tulisan sebelumnya, berjudul Kemajuan Kaum Perempuan Berawal dari Sebuah Kesadaran, terdapat pengertian bahwa pendidikan bagi kaum perempuan harus dipahami secara luas.

Peran keluarga juga menentukan, di mana kaum perempuan tepatnya ibu dalam suatu keluarga menjadi dasar bagi pembentukan karakter yang nantinya membawa pengaruh di lingkup masyarakat, bahkan negara dan agama. Jika demikian, tingkat pendidikan bagi perempuan perannya sangat menentukan.

Perlu diketahui bahwa pergerakan kaum perempuan demi cita kemajuannya berjalan beriringan dengan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Gerakan-gerakan ini mempunyai visi yang relatif sama, yakni merumuskan pemikiran Islam yang sejalan dengan tuntutan modernitas.

Hal ini dapat dilihat dengan hadirnya gerakan perempuan Islam yang menjadi bagian dari organisasi pembaharuan Islam. Aisyiyah ialah salah satu contohnya sebagai bagian kewanitaan Muhammadiyah. Pemikiran dan gerakan Aisyiyah untuk memajukan kaum perempuan menjadi hal penting dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.

Penting diketahui juga bahwa pada awal abad ke-20, kebijakan etis yang diperkenalkan oleh kolonial Belanda telah menghasilkan masyarakat muslim baru, khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan. Masyarakat ini sangat akrab dengan norma sosial dan budaya serta pemikiran modern. Figur masyarakat muslim inilah yang menjadi penggerak utama gerakan pembaharuan islam.

Perlu ditekankan, hadirnya gerakan pembaharuan Islam seperti Muhammadiyah yang mempunyai sebuah misi untuk berupaya merumuskan kembali ajaran Islam-Qur’an dan hadits. Misi ini didasarkan sebagai respons terhadap fenomena perubahan pranata sosial akibat proses modernitas oleh pemetintah kolonial (Amelia Fauzia dkk., 2004).

Mengamati dari kondisi perubahan sosial pada saat itu, hadirnya organisasi memiliki peran sangat penting. Salah satu bentuk utama gerakan nasional Indonesia adalah organisasi.

Indonesia memilih untuk mendirikan organisasi sebagai cara untuk menyampaikan perjuangan mereka, sejak Budi Utomo berdiri pada tahun 1908, yang kemudian menjadi tonggak utama kebangkitan nasional. Pun demikian dengan gerakan perempuan, organisasi-organisasi perempuan lahir terbentuk cukup banyak, seperti Aisyiyah, Persistri, dan Muslimat NU (Amelia Fauzia dkk., 2004).

Dari organisasi-organisasi inilah ruang pendidikan terbuka, termasuk pendidikan untuk kaum perempuan. Pendirian lembaga pendidikan yang modernis menjadi misi utama bagi organisasi pembaharuan Islam. Organisasi Aisyiyah yang diketuai oleh Nyai Dahlan, istri pendiri Muhammadiyah Ahmad Dahlan, beliau menjadikan pendidikan sebagai wadah perjuangan guna mengangkat derajat kaum perempuan.

Nyai Dahlan juga berpendapat bahwasanya ajaran Islam mengenai perempuan yang pada saat itu diajarkan telah mengalami distorsi-terkontaminasi pengaruh budaya non-Islam sehingga apa yang dipahami masyarakat sebenarnya bukan ajaran Islam atau berada di luar ajaran Islam. Maka dari itu, hadirnya organisasi Aisyiyah ingin meluruskan bahkan mencerahkan atas kesalahpahaman masyarakat, khususnya dalam pembahasan perempuan.

Demikianlah, Muhammadiyah-Aisyiyah dan organisasi Islam modernis lainnya, yang lebih memilih sekolah gaya Barat sebagai model pendidikan seperti universitas daripada mendirikan pesantren, mereka lebih cenderung menggali ajaran Islam dari Qur’an dan sunah daripada mempelajari kitab kuning di bawah bimbingan ulama pesantren, dan mereka lebih giat menerbitkan jurnal, majalah, dan koran sebagai cara untuk menyebarkan paham keagamaan mereka di lingkungan kota (Amelia Fauzia dkk., 2004).

Pada saat ini, organisasi perempuan Islam terus berkembang menuju kemajuan seperti halnya Aisyiyah organisasi underbow Muhammadiyah. Seperti visi organisasi-organisasi yang lain, Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam turut mencitakan generasi emas Indonesia pada tahun 2045, genap usia negara ini 100 tahun. Dengan peran kontribusi nyata yang sangat berdampak positif pada negara.

Diberitakan pada pekan lalu, Aisyiyah juga mendukung misi menurunkan angka stunting. Dukungan tersebut direpresentasikan dalam programnya, yakni Program Inklusi Aisyiyah. Penurunan angka stunting di Indonesia menjadi PR bersama.

Aisyiyah dalam misi mewujudkan generasi emas siap berkolaborasi dengan perguruan tinggi seperti kerja sama yang telah dilakukan dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Tidak hanya bergandeng tangan di wilayah internal (Organisasi Otonom Muhammadiyah), Aisyiyah juga ingin memperkuat kerja sama dengan pemerintah, kalangan akademisi, komunitas, perguruan tinggi, dan elemen lainnya (Aanardianto, 2023).

Adam Satria Nugraha
Kaur Administrasi Panti Asuhan Muhammadiyah Pakis,
Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama UM Surabaya

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini