7 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Kerjakan Tugas-Tugas Negara, Muhammadiyah Organisasi yang “Gila”

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur M. Khoirul Abduh. (Aan Hariyanto/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur M. Khoirul Abduh menyatakan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang penuh dengan “kegilaan”. Pasalnya, banyak tugas dan tanggung jawab negara yang dikerjakan oleh organisasi berlogo matahari tersebut.

“Ini kan Persyarikatan Muhammadiyah kemlete namanya. Masak Muhammadiyah mengerjakan tugas-tugas negara,” ujarnya dalam Rapat Kerja Bersama Majelis-Lembaga PWM Jatim di Aula Taman Sekaling Kabupaten Malang, Senin (20/3).

Raker bersama ini diikuti oleh personalia Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP), dan Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Halalan Thoyibah PWM Jatim. Majelis-Lembaga tersebut berada di bawah naungan Wakil Ketua PWM Jatim M. Khoirul Abduh dan Nazaruddin Malik.

Pria asal Jombang itu lalu menjelaskan, salah satu di antara tugas negara yang hingga kini dikerjakan oleh Muhammadiyah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendirian lembaga pendidikan. Muhammadiyah telah mendirikan ribuan lembaga pendidikan mulai dari tingkat PAUD/ TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.

Organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini juga aktif memberdayakan dan menyejahterahkan kehidupan anak bangsa melalui pendirian panti asuhan Muhammadiyah. Padahal itu adalah tugas negara sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar.

“Muhammadiyah mempunyai 140 panti asuhan di seluruh Jatim. Ini kan sesuatu yang luar biasa. Muhammadiyah mengambil peran dan menjalankan tugas yang seharusnya dilakukan oleh negara,” paparnya.

Abduh melanjutkan, Persyarikatan Muhammadiyah juga terlibat aktif dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Muhammadiyah membantu negara senilai Rp 1 triliun. Selain itu, Muhammadiyah Jatim juga membangun hunian sementara untuk penyintas erupsi Gunung Semeru, penyintas gempa NTB, Sulawesi Tengah, dan lainnya.

“Tapi hebatnya adalah negara tidak pernah memperhatikan jasa besar Muhammadiyah. Hal itu tampak salah satunya dari postur anggaran yang dikasih oleh pemerintah provinsi ke PWM Jatim. Satu tahun hanya dikasih 1,4 miliar,” sindir Abduh.

Meski mendapatkan porsi anggaran yang tidak proporsional dari pemerintah provinsi, Abduh mengaku tetap bersyukur karena para aktivis Persyarikatan tetap mau berkhidmat dan mau berjuang untuk memajukan umat dan bangsa.

“Memang, kelemahan utama Muhammadiyah adalah tidak bisa ‘menghargai ‘ para pejuangnya. Dan, mungkin itulah yang menjadikan Muhammadiyah kuat. Padahal kita ke sini itu untuk mikir Muhammadiyah. Juga untuk memikirkan kehidupan banyak orang di luar Muhammadiyah,” ujarnya.

“Ketika orang sibuk dengan aktivitas materialistisnya, kita hadir untuk raker. Menurut saya, itu sesuatu luar biasa. Kenapa saya sebut ini kegilaan! Kalau bukan pejuang, tidak mungkin akan datang ke sini,” pungkasnya. (Aan Hariyanto/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *