Ketauhidan, Jati Diri Islami Muhammadiyah

0
54
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Manusia diciptakan untuk beribadah atas dasar keyakinan akan ketauhidan kepada Allah Ta’ala, tanpa harus ada hal lain yang membersamai-Nya. Konsekuensinya sebagai makhluk yang beriman, tidak cukup hanya ada dalam ungkapan dan penyataan tetang ketaatan atas ajaran ketuhanan yang Maha Tauhid.

Adapun ajarannya selalu mengedepankan kekuatan yang berdasar pada tuntutan dari kalam Allah SWT sebagai hudan (petunjuk) segala hal kehidupan manusia di manapun berada, bayan (penjelas) dari setiap petunjuk yang telah disampaikan, dan furqon (pembeda) diantara bathil dan haq. Rumusan-rumusan dalam Al-Qur’an yang diperjelas dalam kata uangkapan, perbuantan nyata, dan ketetapan Rasulullah Muhammad SAW. Itu semua menjadi patokan dan kerangka acuan perbuatan dan tindakan selama manusia hidup di dunia.

Ketauhidan menjadi syarat mutlak setiap perbuatan dan tindakan manusia, khususnya umat Islam yang meyakini Islam sebagai agama dan ajarannya. Ketauhidan bukan sekadar dalam kalimat laailaha illallah, melainkan menjelma dalam tataran praktis, baik dalam ritualitas vertikal berwujud ibadah formal yang berdimensi hubungan langsung dengan Sang Pencipta dengan tata cara yang telah ditentukan kaidahnya maupun horizontal yang memiliki dimensi hubungan antarmanusia dan mahluk lainnya. Dengan tata cara serta sistem yang dikembangkan sesuai tempat, waktu, dan kondisi serta situasi yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi dalam dinamika kehidupan manusia dengan tidak menyimpang dari sandaran pada petunjuk, bayan dan fuqon pada nash.

Sistem islami warga Muhammadiyah rumusannya termaktub dalam pedoman hidup islami warga Muhammadiyah, namun strategi praktisnya harus diselaraskan dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber teks nash yang masih literal hanya sebagai sandaran rujukan untuk dibuat rumus algoritma yang tepat dan akurat dalam sistem aplikasi yang akan dijadikan petunjuk pelaksanaan dan teknisnya.

Pun sama ketika juklak dan juknis aplikasi, dalam penggunaannya tidak sekadar menjalankan sebatas memenuhi syarat formal, melainkan mencerminkan diri dalam budi pekerti dan sikap moralitas yang dirasakan oleh semua pihak dan mampu diteladani. Keteladanan yang menginspirasi dan memotivasi agar setiap orang dapat dipengaruhi hingga mengikuti dan berpartisipasi menjadi bagian dari organisasi.

Ketauhidan menjadi jati diri umat Islam dan juga warga Muhammadiyah, karena Islam diturunkan lengkap dengan kaidah tata aturan yang menyelamatkan dunia akhirat. Setiap manusia berpendidikan dengan kemampuan nalar dan intelektual yang cerdas harus mampu mencerahkan peradaban tanpa merusak habitat dan ekosistem makhluk hidup apapun.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagian kecil sunnatullah, alam semesta menghampar bak permadani penuh warna warni menghiasi negeri. Disediakan bagi umat manusia tanpa sekat batas agama, bangsa dan negara. Siapapun mereka mahluk hidup berhak menikmatinya, hanya perlu dicatat janganlah berbuat rusak di muka bumi! Jikalau tetap angkuh dan sombong, silakan terima konsekuensinya baik di dunia maupun di akhirat.

Ketauhidan pun tidak hanya dalam wacana narasi dan risalah yang berhenti dalam kalimat verbal, sifat ketuhanan penjelmaan akan tauhid dalam jiwa dan raga menjadi dasar foundamental setiap tindakan dan perbuatan. Menjadi warga Muhammadiyah, apalagi menjadi kader dan pimpinan lebih sekadar menjaga marwah, melainkan memiliki kewajiban mengenalkan kepada para warga baru Muhammadiyah hal ihwal visi, misi, dan tujuannya.

Tidak ketinggalan bagi kader berbagai lapisan harus memperdalam wawasan dibarengi tindak-tanduk yang Islami hingga diteladani generasi. Lebih hebat lagi kader dan pimpinan tidak berhenti mengispirasi, juga harus mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas amal harokah yang berkemajuan, sehingga berkontribusi menyelesaikan persoalan kehidupan manusia yang kian hari semakin paradoks dan kompleks.

Muhammadiyah lahir, maju, dan berkembang menyinari memberi inspirasi, energi, kontruksi, dan memproduksi instrumen hidup manusia sebagai problem solver di manapun Muhammadiyah hadir. Ketauhidan islami warga Muhammadiyah ditunjukan dengan sikap dan keteladanan yang memiliki jati diri lebih sekadar sebagai warga persyarikatan, melainkan sebagai sosok manusia mujaddid (pembaru) segala hal ihwal kemajuan kualitas hidup. Wallahu ‘alam. (*)

Bandung, Oktober 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini