Ketua PWM Jatim: Timses Fanatik Berpotensi Alami Stres Pasca Pemilu

0
37
Ketua PWM Jawa Timur Sukadiono menjadi narasumber pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema “Konsolidasi Dakwah Muhammadiyah pasca Pemilu 2024”, Jumat (23/2/2024). (Radius/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Pasca pemilu, pendukung pasangan calon (paslon) atau tim sukses (timses) yang cenderung fanatik rentan mengalami post election stress disorder (PEST). Hal tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Sukadiono saat mengisi pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema “Konsolidasi Dakwah Muhammadiyah pasca Pemilu 2024”, Jumat (23/2/2024).

Sukadiono yang juga merupakan seorang dokter menjelaskan, post election stress disorder (PEST) atau stres pasca pemilu adalah kondisi gangguan kesehatan mental yang tidak hanya bisa menyerang para politikus yang berkontestasi, tapi juga para pendukungnya.

“PEST melibatkan kecemasan yang ditandai dengan perasaan putus asa atau ketakutan setelah berakhirnya pemilu politik yang kritis,” ujar Suko, sapaan karibnya.

Menurut dia, PEST bukan penyakit mental yang didefinisikan dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM-5-TR). Ia menjelaskan, post election stress disorder sering kali terjadi setelah pemilu presiden atau legislatif. Tapi bisa juga terjadi pada pemilu lainnya yang membuat seseorang merasa terikat secara emosional.

Suko menjelaskan, ada beberapa gejala post election stress disorder. Di antaranya, meningkatnya kecemasan, serangan panik, ketakutan akan masa depan, kemarahan yang tidak terkendali, dan pikiran negatif yang terus berputar tanpa henti.

Post election stress disorder juga membuat seseorang mengalami kabut otak, sulit konsentrasi, terjaga di malam hari, dan menyebabkan masalah hubungan,” terang rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.

Karena itu, Suko mengajak seluruh warga persyarikatan untuk menjadi warga negara yang cerdas, bijak, dan proporsional dalam bersikap atas hasil Pemilu 2024 beserta efeknya. Salah satu contohnya adalah menahan diri untuk tidak mudah menyebar informasi yang belum jelas asal muasalnya. Artinya, saring sebelum sharing.

“Pasca pemilu ini saatnya semua pihak harus segera beranjak dari kondisi keterbelahan atau move on dari situasi politik yang cenderung destruktif. Usai pemilu ini, sebagai warga persyarikatan Muhammadiyah kita semua memiliki tugas, yaitu menjadi agen kontrol pemerintah dalam mengawal janji politik dan program-program yang berorientasi untuk kesejahteraan rakyat,” tegas Suko.

Terkhir, Suko berpesan, inti dari sebuah organisasi adalah manajemen. Adapun inti dari manajemen adalah kepemimpinan atau leadership. Lalu, inti dari kepemimpinan adalah komunikasi.

Pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga turut menghadirkan Syafiq A. Mughni (Ketua PP Muhammadiyah), Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum PP Muhammadiyah), dan Salmah Orbayinah (Ketua Umum PP Aisyiyah). Pengajian yang dilakukan secara daring ini diikuti oleh ribuan warga persyarikatan Muhammadiyah, baik melalui Zoom maupun live YouTube.

(Uswatun/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini