17 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Khutbah Gerhana Bulan 1442 H : Tanda Tanda Kekuasaan Allah swt

KLIKMU CO-

Oleh: DEWAN MASJID DIGITAL INDONESIA (DMDI)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: ﴿وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ﴾
(QS Fushilat [41]: 37)
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ،صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!

Hadirin jamaah shalat Gerhana yang dimuliakan Allah!
Saat ini, sekali lagi Allah tunjukkan kebesaran-Nya kepada kita, dengan terjadinya gerhana bulan, yang terjadi tak lama setelah gerhana bulan sebelumnya. Pertanda apakah ini? Tahukah kita, bahwa di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanya terjadi gerhana sekali.

Aisyah radhiya-Llahu anha menuturkan, bahwa pada zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanya terjadi gerhana sekali. Itu terjadi, persis setelah wafatnya putra Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Sayyidina Ibrahim. Orang kemudian menghubung-hubungkan wafatnya putra baginda shallallahu alaihi wa sallam dengan gerhana itu, padahal tidak ada kaitannya. Karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أَحَدٍ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبَّرُوْا وَصَلُّوْا وَتَصَدَّقُوْا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah. (HR. Bukhari)

Memang benar, gerhana adalah tanda-tanda kebesaran Allah, yang ditunjukkan kepada umat manusia, agar manusia menyadari siapa dirinya, bahwa sehebat apapun dia, dengan segala kekuasaan dan apapun yang dimilikinya, dia tetaplah manusia. Hanya kepada Allah, hendaknya manusia menyembah, dan mengabdikan dirinya. Bukan kepada yang lain, baik kepada sesama manusia, maupun kepada matahari dan bulan. Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah terjadinya malam dan siang, terbitnya matahari dan bulan. Maka, janganlah kalian sujud kepada matahari dan bulan, tetapi sujudlah kepada Allah, Dzat yang Menciptakan semuanya itu, jika kalian benar-benar hanya beribadah kepada-Nya. (TQS Fushilat [41]: 37).

Matahari dan bulan mempunyai orbitnya sendiri, dan berputar, seolah alami. Padahal, semuanya itu atas kehendak Allah. Allah subhanahu wa taala berfirman:
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
“Matahari [juga bulan] itu berjalan mengikuti tempat orbitnya. Itu merupakan ketentuan Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Tahu.” (TQS Yasin [36]: 38).

Karena itu, terjadinya gerhana matahari dan bulan, sekali lagi adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengan kata lain, jika Allah berkehendak, kapan saja Allah subhanahu wa taala bisa membolak-balik peredaran matahari dan bulan, dan bahkan menghentikannya.

Hadirin jamaah shalat Gerhana yang dimuliakan Allah!
Gerhana matahari dan bulan bukan hanya tanda-tanda kekuasaan Allah biasa, tetapi juga merupakan tanda-tanda Hari Kiamat. Allah subhanahu wa taala berfirman:
يَسْـَٔلُ اَيَّانَ يَوْمُ الْقِيٰمَةِۗ, فَاِذَا بَرِقَ الْبَصَرُۙ, وَخَسَفَ الْقَمَرُۙ, وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ, يَقُوْلُ الْاِنْسَانُ يَوْمَىِٕذٍ اَيْنَ الْمَفَرُّۚ, كَلَّا لَا وَزَرَۗ, اِلٰى رَبِّكَ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْمُسْتَقَرُّۗ
“Ia berkata, “Bilakah hari kiamat itu?”, maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya [mengalami gerhana], ketika matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata, Ke manakah tempat berlari? Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (TQS al-Qiyamah [75]: 6-12).

Itulah mengapa, saat terjadinya gerhana, sikap yang ditunjukkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah takut, gemetar, dan bergegas, sambil mengangkat jubahnya, menuju ke rumah Allah. Seolah-olah, langit dan bumi akan digulung, dan kiamat pun tiba. Dalam riwayat Bukhari, dari Abu Musa al-Asy’ari, dinyatakan:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
“Jika kalian melihat hal itu, maka bersegeralah dengan gemetar [penuh rasa takut] untuk mengingat-Nya, berdoa kepada-Nya dan meminta ampun kepada-Nya.” (HR. Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz IV/184).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
“Demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditunjukkan oleh Allah subhanahu wa taala betapa dahsyatnya huru-hara Hari Kiamat, karena itu baginda shallallahu alaihi wa sallam pun banyak menangis. Meski Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah diampuni segala kesalahannya, baik yang telah, sedang maupun yang akan datang, tetapi baginda shallallahu alaihi wa sallam tetap memohon ampunan tak kurang dari 100 kali dalam sehari semalam. Air mata baginda shallallahu alaihi wa sallam pun tumpah, hingga membasahi lantai, untuk meminta ampunan dari Rabb-nya.

Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengemban risalah-Nya dengan sempurna, menunaikan amanah, memberikan nasihat kepada umatnya, berdakwah dan berjihad sepanjang hayatnya. Lalu kita? Apa yang sudah kita lakukan? Apakah kita sudah mengemban dakwah, yang merupakan risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah kita juga sudah memberi nasihat kepada umat, termasuk para pemimpinnya? Apakah kita juga sudah berjihad, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Alangkah naifnya kita, karena kita selama ini tak peduli terhadap dakwahnya, yang merupakan risalahnya. Kita juga tak pernah memberi nasihat kepada umat, termasuk para pemimpinnya. Apatah lagi berjihad, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Malah, tak jarang di antara kita, ikut menyerang Islam. Menyerang syariahnya. Menyerang kaum Muslim. Menyerang pengemban dakwah. Padahal, semuanya ini akan menghalangi kita masuk surga-Nya, dan menyeret kita ke neraka-Nya. Betapa berat hisab kita kelak di hadapan-Nya.

Pun begitu, kita merasa tak bersalah. Karenanya, tidak pernah sungguh-sungguh memohon ampunan dari-Nya. Menginsafi dan menyesali kesalahan dan dosa kita. Berkomitmen untuk tak mengulanginya. Tapi, nyatanya tidak.

Wahai kaum Muslim, inilah saatnya!
Bersegaralah untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu, dan menggapai surga-Nya, yang luasnya seluas langit dan bumi. Segera tolonglah Allah dan Rasul-Nya. Tolonglah agama-Nya. Tolonglah para pejuang yang memperjuangkan tegaknya agama-Nya agar tegak di muka bumi ini dengan kaffah. Termasuk para pejuang yang memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah.

Dengan cara seperti itulah, Allah subhanahu wa ta’ala benar-benar akan memberikan ampunan kepada kita. Itulah yang akan meringankan hisab kita di hadapan-Nya. Ketika anak, harta dan jabatan tak lagi berguna bagi kita. Fafirru ila-Llah! Berlarilah, segeralah menemui Allah!

Mari kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala:
بِسْـمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ، اَلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ، وَيُـدَافِعُ نِقَمَهُ وَيُكَافِئ مَزِيْدَهُ يَارَبَّـنَا لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُـلْطَانِك
اللَّهُمَّ يَارَبِّ، زَلَّتْ بِنَا الأَقْدَامُ، وَغَرِقْنَا فِي لُجَجِ الْمَعَاصِي وَالآثامِ، وَإِنّا مُقِرُّونَ بِالإِسَاءَةِ عَلَى أَنْفُسِنَا، نَرْجُو عَظِيمَ عَفْوِكَ الّذِي عَفَوْتَ بِهِ عَنْ الْخَاطِئِينَ، وَها نَحْنُ بِبابِكَ وَاقِفُونَ، وَمِنْ عَذَابِكَ خَائِفُونَ، وَلِثَوابِكَ مُؤَمِّلُونَ.. قَدْ تَعَرَّضْناَ لِعَفْوِكَ وَثَوابِكَ، فَارْحَمْ خُضُوعَنا، وَاجْبُرْ قُلُوبَنا، وَاغْفِرْ ذُنُوبَنا، وَتُبْ عَلَيْنا

اللَّهُمَّ اخْتِمْ بِالصّالِحاتِ أَعْمالَنا، وَعافِنا وَاعْفُ عَنّا وَسامِحْنا، وَتَجاوَزْ عَنْ سَيّئاتِنا، وَأَبْدِلْ سَيِّئاتِنا حَسَناتٍ، فَأَنْتَ وَلِّي ذَلِكَ وَالقَّادِرُ عَلَيْهِ، وَأَنْتَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ. اللَّهُمَّ قَدْ دَعَوْناكَ طالِبِينَ، وَرَجَوْناكَ رَاغِبِينَ فَلاَ تَرُدَّنا خَائِبِينَ وَلاَ مَحْرُومِينَ يا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْياءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَالِحَ الأَعْمَالِ وَاجْعَلهَا خَالِصةً لِوَجْهِكَ الكَرِيمِ

وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيِنِ، وَالحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِيِنَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *