Khutbah Idul Adha 1445 H: Berkurban untuk Meraih Kemenangan

0
50
Khutbah Idul Adha 1445 H: Berkurban untuk Meraih Kemenangan. (Pixabay)

Oleh: Ahmad Aditiya Pratama

الله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ

Tiada kata yang pantas kita ucapkan melainkan rasa syukur kita ke hadirat Allah SWT. Dengan segala limpahan rahmat dan hidayahnya, kita dapat hadir dalam rangkaian ibadah Idul Adha ini.

Shalawat bertangkaikan salam semoga tetap kita curahkan ke pangkuan Rasulullah Muhammad saw, seorang manusia mulia yang Allah SWT utus ke muka bumi ini, dengan mengemban misi menyempurnakan akhlak manusia.

Allahu akbar 3x walillahilhamd

Pada pagi yang berbahagia ini, kaum muslimin yang memenuhi panggilan Allah SWT ke Tanah Suci sedang berkumpul untuk menunaikan salah satu rukun haji, yaitu wukuf di Arafah. Mereka menghambakan diri kepada Allah SWT untuk mendapatkan gelar haji yang mabrur. Mereka datang dari berbagai belahan dunia, datang dengan warna kulit, ras dan suku yang berbeda-beda.

Namun, datangnya mereka ke Tanah Suci itu hanya untuk tujuan yang mulia, yaitu memenuhi panggilan Allah SWT dan menjadi tamu mulia serta hanya semata-mata untuk menauhidkan rabb semesta alam.

Sedangkan bagi kaum muslimin yang belum dipanggil oleh Allah SWT ke Tanah Suci, mereka menunaikan serangkaian ibadah Idul Adha. Sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT segera memanggil kita untuk menunaikan haji ke Baitullah. Aaamiiinn…

Kaum muslimin yang berbahagia

Kaum muslimin membangun relasi dengan yang lainnya sebagai bukti gambaran betapa kuatnya ikatan yang dibangun atas ukhuwah islamiyah antara saudara yang berada di baitullah dan saudara yang berada di kediaman masing-masing. Hal ini mengingatkan kita atas kesadaran bahwa melaksanakan shalat Idul Adha dan menyembelih kurban merupakan perintah dari Allah SWT.

Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah yang penting dalam Islam. Dalam praktiknya, ibadah ini telah dilaksanakan oleh para Anbiya’. Sebagaimana terlukis dalam Al-Qur’an ibadah kurban pertama kali dilaksanakan oleh Nabiyullah Ibrahim dan putranya Nabiyullah Ismail Alaihimassalam.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ 

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (As-Saffat: 102)

Dari ayat di atas, kita dapat mengambil ibrah yang pertama, bahwa keteladanan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim kepada putranya menjadikan mereka tercatat sebagai hamba yang bersabar. Bagaimana bisa seorang anak kecil yang akan dikurbankan oleh bapaknya dan ditanya pendapat mengenai hal itu, dengan lantang putranya menjawab ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ. Hal ini membuktikan kekuatan iman yang melekat dalam hati Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Alaihimassalam.

Kedua, keikhlasan yang menjadikan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya dalam peristiwa yang mendebarkan ini. Tidak bisa dibayangkan, seorang putra yang paling disayang dan ditunggu-tunggu tumbuh besarnya sebagai pewaris orang tuanya.

Akan tetapi, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah SWT ini semata-mata yakin bahwa skenario Allah SWT lebih indah. Maka dapat diimplementasikan pada zaman ini, bahwa kehidupan dunia ini akan diuji dengan pengorbanan demi melaksanakan perintah Allah SWT.

Kaum muslimin yang berbahagia

Ibadah kurban ini selain untuk ber-taqarrub kepada Allah SWT, tapi juga untuk saling menguatkan ukhuwah islamiyah, yaitu dengan berbagi hewan kurban kepada orang lain. Esensi yang terkandung berupa ketulusan dalam hati yang akan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Bukan hewan kurbannya yang dinilai, melainkan ketakwaan yang dinilai oleh Allah SWT.

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Hajj: 37)

Imam Abu Fida Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini turun karena pada zaman jahiliyah dahulu orang-orang menyembelih hewan ternak dengan memuncratkan darah hewan dan daging hewan kurban ke dinding Ka’bah.

Kemudian para sahabat berkata “kami lebih berhak melakukan hal itu”. Maka Allah SWT menurunkan ayat ini sebagai tanbih bahwa hewan kurban baik darah maupun dagingnya tidak akan diterima oleh Allah SWT, kecuali ketakwaan yang kalian yang diterima Allah SWT.

Sebagaimana yang tertera dalam hadis dalam sahih Muslim, Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan rupa kalian, tapi melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.”

Maka, dengan demikian menunjukkan bahwa Allah SWT menilai ketakwaan dan keikhlasan seorang hamba dalam menunaikan ibadah kurban. Allah SWT tidak melihat dari seberapa besar hewan kurban, tidak melihat seberapa mahal hewan kurban. Akan tetapi, yang Allah SWT nilai adalah ketakwaan disertai keikhlasan yang tinggi dari seorang hamba.

Allahu Akbar 3x Wa Lillahil Hamd

Maka, marilah kita memetik pelajaran di hari Idul Adha ini. Untuk selalu menjaga keikhlasan kepada Allah SWT, karena tidak sembarangan seorang hamba yang dapat menghadirkan rasa ikhlas dalam dirinya. Tidak cukup dengan keikhlasan saja, melainkan harus disertai dengan rasa takwa kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT mengumpulkan kita bersama orang-orang yang bertakwa di sisi-Nya. Aaamiiin…

Ahmad Aditiya Pratama
Thalabah PUTM PP Muhammadiyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini