Khutbah Idul Adha 1445 H: Madrasah Cinta Keluarga Nabi Ibrahim AS

0
74
Umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat (28/6/2023). (Detik.com)

Oleh: Ahmad Mujaddid RA SH

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا إِلَـى اْلإِيْمَانِ وَ اْلإِسْلاَمِ، وَ أَمَرَناَ بِشَرِيْعَةِ نُسُكِ الْحَجِّ إِلَـى الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الْهَـادِي إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَي النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ – مُحَمَّدٍ – وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ الْمُتَمَسِّكِيْنَ بِالدِّيْنِ الْقَوِيْـمِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ وَ الْمُسْلِمَاتُ رَحِمَكُمُ اللهِ، أُوْصِي بِنَفْسِي وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لِتَـفُوْزُوْا بِالْجَنَّةِ النَّـعِيْمِ، وَ السَّلاَمَةِ مِنَ الْعَذَابِ اْلأَلِيْـمِ. قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (*) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ (*) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ).

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لـِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَ هَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Alhamdulillah, di pagi yang cerah ini kita dapat melangkahkan kaki ke tanah lapang ini dengan suasana hati yang bahagia tiada bertepi. Puja dan puji syukur tak habis dipanjatkan untuk Ilahi Rabbi.

Hari ini Senin, 17 Juni 2024, umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Adha 1445 H. Hari raya yang mengingatkan kita semua tentang ekspresi kecintaan kepada Allah SWTdari keluarga Nabi Ibrahim alaihi as-salam, yang lengkap dengan nilai-nilai kehidupan penuh kemuliaan. 

Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sang penyampai agama Islam dengan risalah rahmatan lil’alamin. Sang pembebas yang membebaskan umat manusia dari gelap menuju cahaya. Pun, ia adalah anak keturunan dari garis Ismail AS, putra Ibrahim AS.

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Tiada Kisah Tanpa Makna

Sebelum jauh membahas materi khutbah, khatib mengawali dengan mengutip satu ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kisah di dalam Al-Qur’an bukan kisah yang tiada makna, akan tetapi dikisahkan agar manusia dapat mengambil ibrah dari setiap cuplikan kisah di dalamnya. Di antaranya adalah surah Yunus ayat 57;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Ayat ini diawali Allah SWT menyeru dengan panggilan يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ sehingga seolah berkata “Wahai seluruh manusia di atas bumiku, baik adanya Iman dan tidak adanya iman di dalam hatimu. Telah Aku tetapkan Al-Qur’an (di dalamnya Allah SWT kisahkan) sebagai pelajaran bagimu,….” Karena memang sejatinya Al-Qur’an ditetapkan oleh Allah SWT sebagai pedoman untuk seluruh manusia.

Pelajaran hidup itu berupa perintah, larangan, berita, serta kisah-kisah para nabi dan rasul yang dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa kisah-kisah tersebut lebih banyak termuat dalam Al-Qur’an. Kisah dalam Al-Qur’an merupakan kisah yang sangat istimewa, berkualitas tinggi, dan pastinya memiliki nilai dan kandungannya teramat mulia.

Manna al-Khalil al-Qaththan, pakar Qishosul Qur’an menyampaikan bahwa kisah-kisah adalah tentang hal Ihwal umat-umat terdahulu dan para nabi, serta peristiwa yang terjadi secara empiris. Ahmad Khalafullah pun dalam disertasinya menemukan beberapa teori seni bercerita di dalam al-Qur’an.

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman tepatnya Qur’an surah Hud ayat 120:

وَكُلّٗا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَۚ وَجَآءَكَ فِي هَٰذِهِ ٱلۡحَقُّ وَمَوۡعِظَةٞ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ

Artinya; “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Termasuk di dalamnya adalah kisah keluarga Rasul Ibrahim AS yeng telah banyhak dikaji tentang banyak pesan kehidupan didalamnya. Puncak pesan spiritual didalam kisah keluarga Ibrahim AS adalah ekspresi kecintaan kepada Allah SWT melebihi kecintaan-kecintaan yang lain dan tiada tara juga tandingannya.

Maka dalam kajian fiqih sering kali istilah hari raya idul adha juga disebut hari raya qurban. Diambil dari bahasa Arab, Qaruba-yaqribu-qurban-qurbaanan yang berarti mendekatkan atau pendekatan. Landasan historis muncul istilah Qurban ialah momentum Kholilulah (kekasih Allah SWT) mengekspresikan kecintaannya kepada Allah SWT Rabbul ‘Alamiin.

Nabi Ibrahim AS juga satu di antara lima nabi bergelar ulul azmi di samping Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW. Apa pula sebab gelar ulul azmi itu disematkan? Adalah karena mereka diuji dengan ujian yang berat namun tetap tegar, tabah, kuat, sabar, dan istiqamah untuk menjalankan perintah Yang Maha Rahmah dan menghadapi umat dengan ragam tabiat. Pengorbanan yang amat besar itu, bagi mereka kecil belaka, karena tak ada yang patut “dibesar-besarkan” kecuali Yang Maha Besar.

فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسۡتَعۡجِل لَّهُمۡۚ كَأَنَّهُمۡ يَوۡمَ يَرَوۡنَ مَا يُوعَدُونَ لَمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةٗ مِّن نَّهَارِۢۚ بَلَٰغٞۚ فَهَلۡ يُهۡلَكُ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ

Artinya ; “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (Al-Ahqaf: 35)

Sebagaimana rasul ulul azmi lainnya, karakter Nabi Ibrahim AS tidaklah didapat begitu saja, namun ia mesti melalui ujian kehidupan yang panjang. Dari situ, Ibrahim tampil sebagai sosok Ibrahim yang kita kenal. Ibrahim yang sabar namun pantang surut ke belakang dan terus melangkah ke depan berdasarkan petunjuk Tuhan. Dengan karakter yang kuat itu, ia membangun keluarga yang berkarakter juga. Istri yang salehah, setia, dan sabar. Anak yang saleh, berbakti, dan haliim.

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Kedekatan Batin Ibrahim AS dengan Allah SWT

Ibrahim AS telah memberikan sebuah aksi nyata bahwa tidak ada yang lebih indah dari Cintanya kepada Allah SWT.Taqorrub Ilallah menjadi tujuan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Bukan cinta biasa yang dimiliki Ibrahim AS, akan tetapi cinta tulus dari hati yang terlahir dari keimanan yang hakiki.

Sejarah mencatat di antara wujud ekspresi kecintaan tersebut adalah;

  1. Kesabaran dan kesetiaan dalam berdakwah
  2. Penantian momongan di waktu yang lama
  3. Kesadaran seorang istri terhadap Ibrahim AS sebagai seorang Rasul
  4. Memisahkan diri dengan istri dan putra yang dinanti
  5. Mengurbankan anak tercinta untuk disembelih atas perintah Allah SWT.

Teringat dengan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq yang membahas tentang keharusan adanya cinta dalam diri agar bisa merasakan kenikmatan dalam beribadah. Ada 3 pilar pokok dalam beribadah:

  1. Al Khauf (Takut)

Dua makna takut. Pertama, takut atas ancaman siksa atau adzab Allah SWT. sehingga mampu menjaga ketaatan kepada Allah. Kedua, takut tidak diterima, sehingga menghadirkan keseriusan dan kekhusyu’an dalam beribadah kepada Allah SWT.

  • Roja’ (Mengharap)

Seseorang yang beriman kepada Allah SWT sejatinya berkhusnudzon kepada ketetapan Allah. Roja’ yang dimaksudkan adalah harapan akan diterimanya amal kebaikan kita, dan harapan dimasukkan ke dalam surgaNya Allah SWT. Roja’ menghadirkan tawakkal dan ketundukan.

  • Hubb (Cinta)

Cinta adalah orientasi tertinggi dalam ibadah. Bukan lagi karena takut adzab atau ingin masuk surge, akan tetapi Cinta menghadirkan keikhlasan dalam beribadah karena Cinta berorientasi pada Ridho Allah SWT. kelak seseorang yang melaksanakan ibadah atas dasar cinta maka, ketika kembali pulang kepada Allah SWT akan dipanggil dengan penuh cinta. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surah Al Fajr ayat 27–30:

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي

Artinya : 27. “Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam surga-Ku.”

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Ayat-Ayat Bersejarah

Sebagaimana ayat-ayat yang menceritakan tentang kisah perjalan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.

 رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡ‍ِٔدَةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim ayat 37)

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS. Ash Shaffat ayat 102)

هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰمٗاۖ قَالَ سَلَٰمٞ قَوۡمٞ مُّنكَرُونَ فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجۡلٖ سَمِينٖ فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيۡهِمۡ قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ فَأَوۡجَسَ مِنۡهُمۡ خِيفَةٗۖ قَالُواْ لَا تَخَفۡۖ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٖ فَأَقۡبَلَتِ ٱمۡرَأَتُهُۥ فِي صَرَّةٖ فَصَكَّتۡ وَجۡهَهَا وَقَالَتۡ عَجُوزٌ عَقِيمٞ قَالُواْ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡعَلِيمُ

Artinya : 24. “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” 25. (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”. 26. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. 27. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan”. 28. (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). 29. Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”. 30. Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Adz Dzariyat ayat 24 – 30).

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Akan Indah pada Waktunya

Beberapa kajian tafsir menelaah hikmah dibalik setiap ujian yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS dan keluargnya. Di antaranya:

  1. Memisahkan Hajar dan Islam di lembah tandus (tidak ada kehidupan dan sumber pangan) adalah bagian cara Allah SWT menjaga kebaikan hati Sarah terhadap potensi kecemburuan, hasad, dan penyakit hati lainnya. Maka Allah perintahkan untuk memisahkan keduanya.
  2. Maha Pencemburunya Allah SWT disaat mencintai seorang Hamba, maka tidak seorangpun diperkenankan ikut campur untuk membahagiakannya. Dibuktikan dengan disaat banyak orang ragu dengan tempat yang tandus, gersang, tidak ada sumber pangan, tidak ada kehidupan. Fakta membuktikan saat itu dan seterusnya menjadi tempat pusat perhatian seluruh ummat di dunia.
  3. Jika Nabi Ibrahim AS diuji kecintaannya dengan Ismail AS putra tercinta. Konteks kita hari ini atau ismail-ismail kita hari ini bisa berwujud jabatan, kedudukan, harta benda, harga diri, maupun profesi, termasuk di dalamnya mental korupsi, kolusi dan nepotisme serta serakah yang menguasai manusia!

Apa yang menjadi kiasan sebagai ‘Ismail’ sesungguhnya adalah tiap sesuatu yang membuat manusia hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, dan tiap sesuatu yang dapat membutakan mata hati dan menulikan telinga manusia dari hidayah Allah SWT.

Kiranya apa dan siapa pun ‘Ismail-Ismail’ itu maka harus diqurbankan di bumi yang fana ini, sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Inilah sejatinya makna terpenting ‘Idul Qurban, yakni tumbuhnya sikap kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT pada konsep kehidupan yang lebih luas.

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Madrasah Keluarga

Seringkali terlupakan, Hari Raya Idul Adha tidak terbatas pada pembahasan bagaimana menyiapkan hewan qurban dan lain-lain. Idul Adha atau Hari Raya Qurban adalah momentum yang tepat untuk bermadrasah tentang kekeluargaan. Dua diantaranya adalah satu frekuensi dalam kebaikan, dan menjadi keluarga yang harmonis.

  1. Satu Frekuensi: ketegaran Sarah meminta kepada nabi Ibrahim AS untuk menikah lagi serta dapat memiliki keturunan atas dasar menyadari bahwa Ibrahim AS adalah seorang Rasul. Dan keridhoan Hajar saat ditinggalkan di tempat yang tandus (tidak ada kehidupan dan sumber pangan) atas dasar perintah Allah SWT.
  2. Keluarga Harmonis: terjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga, suami kepada istri, istri kepada suami, orangtua kepada anak, anak kepada orangtua. Sehingga akan lahir kepekaan sosial diantara anggota keluarga.

Allah SWT mencontohkan kisah Ibrahim As dan Ismail As saat membangun pondasi Ka’bah. Qur’an surah Al Baqarah ayat 127:

وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Wallahu a’lam Bishshowab

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Jamaah shalat Id rahimakumullah

Di akhir khutbah ini mari kita sama-sama berdo’a kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan untuk selalu berusaha meghadirkan cinta dan keistiqomahan di dalam hati.

أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيْنَ

Ahmad Mujaddid RA SH
Wakil ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini