14 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Khutbah Jum’at: Enam Konsekuensi Iman

Ilustrasi Isra Mikraj. (Pixabay/OpenClipart-Vectors)

KLIKMU CO-
OLEH : MOH.HELMAN SUEB*

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوصِيْكُمْ بِنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Hadirin yang berbahagia !

Alhamdulillah, Dialah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, mengatur alam semesta, dan Dialh Dzat yang patut kita beribadah ndan mengabdi kepada-Nya. Siang ini kita dapat berkumpul di majlis yang berbahagia ini, untuk memenuhi panggilan shalat Jum’at, Dialah yang memberikan kekuatan kepada kita , sehingga dapat datang di majlis ini. Oleh karena itu, marilah kita memanjatkan rasa syukur kepada-Nya, yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepada kita, pasti semua kebaikan kita,, Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan membalas kesyukuran kita. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpah kepada junjungan kita, idola kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alayhi was Sallam, yang telah membimbing kita menuju jalan yang diridhoi-Nya.

Hadirin yang berbahagia !

Berbahagialah kita, setelah kita menyatakan beriman, maka dituntutlah kita untuk membuktikan keimanan yang telah kita ikrarkan, Tentu, jika kita dapat membuktikan keimanan kita akan merasakan kemanisan iman yang telah kita ikrarkan. Sebagai orang yang beriman  ada beberapa lonsekwensi atau  tanggungjawab yang harus kira lakukan :

Konsekwensi yang pertama : Keyakinan yang mantap terhadap Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Keraguan akan membawa pada penyimpangan yang terselip di dalam hati. Sebabnya kurang yakin dalam beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, dapat dikatakan belum total dalam mencintai-Nya. Oleh karena itulah keyakinan keyakinan kepada-Nya akan mewujudkan kecintaan dan pengorbanan., Sebagaimana terdapat dalam Qs : Al Hujurat 15.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِه ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“ Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.


Orang-orang yang tidak ragu beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta berjuang dengan harta dan jiwa mereka, adalah orang-orang yang mendapat predikat jujur. Perjuangan yang mereka lakukan berdasarkan keimanan yang kuat yang telah tertanam dalam dada. Begitulah bila keyakinan dan kenyataan menjadi satu, akan menjadi bukti kebenaran yang mereka lakukan.

Hadirin yang berbahagia !

Setelah kita memiliki keyakinan yang kuat kepada Alla Subhaanahu wa Ta’ala, maka konsekuensi yang kedua adalah Berserah diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta;ala Sebagaimana firman –Nya : Qs Ali Imron :83
اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٓ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?
Allah Subhaanahu wa Ta”ala membuat pertanyaan ingkari, yang mafhumnya tidak ada Tuhan yang patut kita berserah diri, kecuali kepada-Nya. Sebab semua makhluk di langit dan di bumi hanya tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Inilah kewajiban kita orang yang beriman dituntut, agar iman kita selalu terjaga dan semakin terbukti dalam kehidupan.

Hadirin yang berbahagia !

Konsekwensi iman yang ketiga adalah mendengar dan Taat. Sebagai orang yang beriman, yang selalu diseru Allah Subhaanahu wa Ta’ala, dan seruan itu pasti untuk kebaikan kita, Maka sangat masuk akal bila kita harus mendengar dan taat kepada-Nya . Sebagaimana firman-Nya QS. An Nur : 51
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِه لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
:anya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Bagi orang yang beriman mendengar dan taat adalah suatu keharusan, sebab di sinilah letak kesesuaian antara hati dan ikrar yang telah diucapkan. Mereka mendengar dan melakukan ketaatan terhadap keputusan Allah dan rasul-Nya. Ketaatan orang-orang yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya, akan membawa keberuntungan bagi mereka sendiri.

Hadirin yang berbahagia !

Konsekuensi iman yang keempat , adalah mengikuti Syariat . Setiap agama memikili tata cara peribadatan masing-masing , dan perbedaan ini tidak boleh dicampuradukkan sebagai alasan beragama secara moderasi , tetapi harus mengikuti syariat yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya Sebagaimana terdapat dalam QS Al Jatsiyah 18

ثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.
Pada ayat ini ditekankan pada orang yang beriman hendaklah mengikuti syariat dan tidak mengikuti hawa nafsunya, dalam beragama. Oleh sebab itulah, setiap langkah dalam menjalankan agama harus berdasarkan syariat ,agar terselamat dari penyimpangan.

Hadirin yang berbahagia !

Konsekuensi iman yang kelima : Tidak merasa berat. Keimanan para sahabat patut dijadikan contoh, mereka merasakan betapa beratnya menjadi orang yang beriman, tetapi mereka kerasakan kemanisan iman, sehingga seberat apapun yang dirasakan, mereka tetap berada dalam keimanan mereka dan menjadikan Nabi Muhammad Shalallahu alayhi was Sallam sebagai hakim atau pemutus perkara . Allah berfirman dalam QS. An Nisa’ : 65

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.


Menerima keputusan yang telah ditetapkan Rasulullah Shalaahu’Alayhi was Sallam, sebagaimana para sahabat merupakan bentuk ketaatan kepada beliau, sehingga apa saja yang diputuskan beliau, tidak ada rasa berat.Di samping itu, dengan kecintaan kepada Rasulullah Saw.rasa berat akan hilang dari diri mereka.

Hadirin yang berbahagia !

Konsekuensi iman yang keenam adalah Tidak memilih-milih. Tidak memilih-milih atas ketetapan Rasul Saw. termasuk bentuk ketaatan sama halnya dengan tidak merasa berat. Mereka tunduk terhadap apa saja yang telah diptuskan Rasulullah Saw. , sehingga tidak ada pilihan yang lain.
Sebagaimana terdapat dalam firman Allah : Qs; Al Ahzab : 36.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
“’ Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.

Hadirin yang berbahagia !

Akidah merupakan pondasi untuk berdirinya sesuatu, jika pondasi itu rapuh, tentu apa saja yang akan didirikan di atasnya akan mudah roboh.Di dalam Aqidah , itulah membahas masalah keimanan yang hubungannya sangat erat sekali. Berpikir yang benar merupakan kunci untuk mendapatkan kebenaran,termasuk dapat menjaga keimanan itu sendiri, Dengan keimanan yang mantap, maka akan menjadikan diri sebagai orang yang bertanggung .
بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمَِا فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ ا لحَكِيْمِ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْم

Khutbah Kedua :

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد
Hadirin yang berbahagia !

Alhamdulillah. Sangatlah bagus kita, memiliki komitmen atau konsekuen, pada imannya adalah suatu yang sangat penting bagi generasi Islam. Keimana yang kuat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala , akan melahirkan kecintaan, selanjutnya rela berkurban karena-Nya. Dengan demikian kita akan selalu meningkatkan keimanan kita, dan membangun kebersamaan sesama menuju ridha Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Marilah khutbah ini kita akhiri dengan berdo’a kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، ٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

Identitas Penulis :
Moh. Helman Sueb ,M.A. Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat,
dan Anggota Majlis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *