Kiai Dahlan Tak Mau Muhammadiyah Disebut Organisasi, melainkan Gerakan

0
131
Menko PMK Muhadjir Effendy di Aula KH Mas Mansur Smamda Tower, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. (Tim Media SMK Muhammadiyah 1 Surabaya)

Surabaya, KLIKMU.CO – Muhadjir Effendy menyebut bahwa Muhammadiyah sejatinya bukanlah organisasi, melainkan pergerakan.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Pembangunan Bidang Manusia dan Kebudayaan tersebut saat mengisi Pengajian Ahad Pagi Pencerah di Aula KH Mas Mansur Smamda Tower, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Ahad (24/9). Pengajian itu merupakan rangkaian dari acara pengukuhan Pimpinan Cabang (PC) Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Surabaya.

“Muhammadiyah itu ketika dahulu mau dibentuk menjadi organisasi, Kiai Dahlan (Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, Red) itu keberatan. Jadi, Muhammadiyah itu gerakan, bukan hanya organisasi,” lanjut mantan rektor UMM itu.

Muhadjir lantas menceritakan percakapan antara KH Ahmad Dahlan dan KH Sudja yang merupakan muridnya.

Saat itu, Kiai Sudja bertanya kenapa beliau keberatan? Lalu, dijawab Kiai Dahlan jika Muhammadiyah menjadi organisasi, nanti sibuk ngurusi pengurus, tidak ngurusi gerakan.

Ia pun menyampaikan pengamatannya. “Saya lihat Surabaya ini bukan sekadar organisasi, tetapi juga pergerakan,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.

Lalu, ia mendorong pimpinan di basis akar rumput agar mendata jumlah anggotanya.

“Mari mengajak umat untuk bersama kita. Harus dipastikan berapa simpatisan Muhammadiyah, berapa jumlah yang aktif di Muhammadiyah di ranting. Harus dipastikan warga Muhammadiyah di setiap sayapnya atau lembaganya,” harapnya.

Ibarat lokomotif kereta cepat, Muhammadiyah yang sekarang melaju cepat, tetapi sedikit yang masuk ke gerbong.

Muhadjir mengklasifikasikan ada orang yang suka jika diajak pengajian, tetapi enggan jika diajak masuk di Muhammadiyah. “Ada semacam ketakutan kalau ikut Muhammadiyah,” ujar ketua PP Muhammadiyah itu.

Ia kemudian menjelaskan ada empat jenis sikap dalam berkomunikasi, yaitu empati, simpati, apati, dan antipati.

“Empati adalah kalau orang itu sudah mau jadi bagian dari kita. Ia bisa merasakan apa yang kita rasakan, kalau ada kecelakaan terus langsung menolong. Lalu, simpati adalah turut prihatin. Kalau ada kecelakaan, ia teriak ‘Ya Allah, ya Allah…’ gitu. Kemudian, apati yang mana ia cuma ngeliatin aja. Terakhir antipati, jika ada insiden ‘Siapa itu? Kena begal? Lah sukur…’ jangan sampai terjadi pada kita,” paparnya.

Karena itu, ia ingin memperbesar orang yang bersimpati dan berempati kepada Muhammadiyah.

“Inilah target penggerak Muhammadiyah dalam berkomunikasi. Supaya masyarakat menjadi empati pada kita atau bisa menjadi simpati, awal dari sikap empati,” harapnya.

Kemudian, Muhadjir menyebut ada empat tahapan hingga seseorang akhirnya membuat sebuah keputusan.

“Jadi, pertama harus memberikan awarness. Kemudian, orang itu mulai tertarik, interest. Kemudian, orang tesebut melakukan evaluasi. Lalu, dia memutuskan jadi simpatisan atau menjauh dari Muhammadiyah. Ini yang jadi titik kritis,” terang mantan Mendikbud tersebut. (Hamzah/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini