Surabaya, KLIKMU.CO – Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) PDM Surabaya mengadakan studi banding selama dua hari ke Sragen (Jawa Tengah) dan Yogyakarta, Sabtu-Ahad (30/9-1/10). Tepatnya ke Masjid Al Falah dan Masjid Jogokariyan.
Menggunakan empat bus, rombongan kurang lebih 200 peserta melakukan rute terakhir dengan tujuan Masjid Raya Al Falah Sragen. Rombongan takmir masjid Muhammadiyah se-Surabaya sampai tujuan langsung melaksanakan bersih diri dan shalat jamaah Magrib dan Isya. Selanjutnya, peserta sudah disiapkan makanan malam jamuan dari pengurus Masjid Raya Al Falah.
Sengaja mempercepat agenda dari Kota Lampung, takmir masjid Kusnadi yang semula dijadwalkan dua hari menjadi satu hari. Saat itu juga meninggalkan 800 takmir masjid se-Kota Bandar Lampung demi menemui rombongan dari LPCR-PM Surabaya.
Kontributor KLIKMU.CO yang bertugas saat itu mengamati terlihat begitu serius perbincangan dengan Wakil Ketua PDM Kota Surabaya Bidang Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) Drs Mohammad Lutfi, Ketua LPCR-PM PDM Kota Surabaya M. Jahja Sholahuddin SPd, Sekretaris LPCR-PM Muhammad Syafi’i SSos, Wakil Ketua LPCR-PM Dr Izza Anshory ST MT, dan Wakil Ketua LPCR-PM Ah. Zaini MPd.
Mohammad Lutfi juga dalam sambutannya memberikan pemantik awal untuk para peserta. “Alhamdulillah ini rute terakhir kita. Datang jauh-jauh ke sini tujuannya untuk membuat perubahan di setiap masjid kita. Kami ucapkan terima kasih kepada Pak Kusnadi yang sudah meluangkan waktunya demi kita semuanya,” tuturnya.
“Selanjutnya bisa dijelaskan bagaimana caranya Masjid Raya Sragen ini ketika pengajian menghadirkan ribuan jamaah dan infak yang diperoleh begitu banyak. Sehingga penting bagi kami untuk belajar studi banding ke sini,” ujarnya.
Selanjutnya, takmir Masjid Raya Sragen Kusnadi Ikhwani MM memberikan kisah awalnya ketika mendapatkan amanah menjadi takmir hingga kiat suksesnya.
Dia menjelaskan, sebelumnya masjid ini dikelola oleh pemda, tetapi sejak tahun 1953 pengelolaan diserahkan kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sragen. Saat itu masjid ini tidak ada bedanya dengan masjid yang lain. Artinya, takmirnya banyak, tapi jarang ketemu.
“Jarang datang rapatnya hanya satu tahun dua kali menjelang bulan Ramadan dan menjelang Idul Adha. Akhirnya masjidnya tidak terurus, akhirnya pemuda-pemuda PDM merancang mengusulkan untuk merevolusi takmir Masjid Raya Al Falah karena bupatinya adalah Pemuda Muhammadiyah Pak Agus Faturrahman. Maka masjid ini terjadi revolusi secara besar-besaran pada tahun 2016,” paparnya.
Akhirnya, PDM Kabupaten Sragen sebagai penasihat dan dirinya ditunjuk langsung untuk diamanahi menjadi takmir masjid oleh Bupati Sragen pada tahun 2016. Dia mengaku ditunjuk karena mempunyai pengalaman perubahan kepada Lazismu Sragen.
“Sebelumnya, saat Lazismu Sragen pendapatan dananya hanya 15 juta per tahun. Artinya hanya 1 juta per bulan. Saat itu saya kelola secara serius tembus di angka 25 miliar. Sehingga menjadi Lazismu nasional untuk Kabupaten dan Jawa Tengah,” ujarnya.
“Tidak hanya Jawa Tengah, tetapi Jawa Timur juga tumbuh untuk menjadi Lazismu terbaik nasional. Pada tahun 2016 saya membuat perubahan, langsung saya umumkan rekrutmen Imam dengan gaji 3 kali UMR. Banyak yang beranggapan imam masjid kok digaji. Awal-awal banyak yang menentang, tetapi terus saya lanjutkan. Akhirnya saya diminta oleh PDM. Pokoknya bagus bisa membuat perubahan untuk lebih makmur lakukan saja,” kisahnya.
Setelah itu, masjid dibuka 24 jam. Saat ini infak yang diperoleh satu bulan sekitar 200 sampai 600 juta sehingga mengalami lompatan ketika diurus dengan serius.
“Akhirnya setelah Masjid Raya Sragen viral pada tahun 2019, saya memutuskan untuk berhenti menjadi direktur ayam geprek yang mempunyai 50 cabang dan meninggalkan 500 karyawan. Totalitas menjadi marbot Masjid Raya Al Falah saya teringat ucapan guru saya. Ngurus masjid itu tidak hanya berbisnis tentang dunia mencari materi. Tetapi ngurusi masjid itu adalah berbisnis dengan Allah,” bebernya.
“Itulah yang menyebabkan kenapa saya berani mundur dari dunia bisnis. Saya juga mempelajari tentang marbot takmir masjid. Pertama, masjid adalah pusat peradaban Rasulullah membawa peradaban dari masjid. Kedua, perguruan tinggi di seluruh dunia pertama kali lahir dari masjid. Ketiga, kalau Bapak mendengar di Al-Azhar juga sama tadi, masjid sekarang menjadi perguruan tinggi dan banyak mencetak alumni-alumni seluruh dunia,” imbuhnya.
“Maka, saya punya keyakinan masjid adalah pusat peradaban sehingga harus diurus dengan serius,” tandas Kusnadi yang langsung mendapatkan aplaus dari ratusan jamaah LPCR-PM yang hadir.
(Nashiiruddin/AS)
1 Comment