Kisah Perjalanan Rasulullah Hijrah dari Makkah ke Madinah hingga Mendirikan Masjid Nabawi

0
26
Wakil Ketua PDM Gresik Dr Arfan Muammar MPd memberikan ceramah Muharram pada wisata edukasi SD Almadany di GDM Gresik. (Mahfudz Efendi/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Wisata edukasi siswa kelas VI SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas Gresik di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik (GDM Gresik) mendapatkan kultum istimewa, Selasa (16/7/2024).

Adalah Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Dr Arfan Muammar MPd yang memberikan kultum tersebut. Selepas shalat takhiyatul masjid dan shalat dhuha di Masjid At Tanwir GDM Gresik, mereka menyimak dengan saksama kisah Muharram yang disampaikan oleh pria yang dosen UM Surabaya tersebut.

Arfan mengawali dengan kisah perjalanan Rasulullah Muhammad SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah.

“Ada kabar pembunuhan terhadap Nabi Muhammad sehingga Nabi berangkat terlebih dahulu menuju Madinah ditemani sahabat Abu Bakar dan dipandu oleh seorang kafir bernama Abdullah bin Uraiqith,” ungkapnya.

Dalam sejarah dikisahkan meskipun Abdullah bin Uraiqith bukan seorang muslim, Nabi percaya dan ia mengetahui jalur perjalanan yang aman, yaitu suatu jalur yang tidak biasa dilalui oleh orang-orang pada umumnya.

Saat Nabi Muhammad berangkat menuju Madinah bersama Abu Bakar tersebut, sahabat Ali bin Abi Thalib tetap berbaring di tempat tidur Nabi Muhammad SAW. Selain untuk mengelabui musuh, juga untuk menyelesaikan titipan kaum muslimin yang dititipkan kepada Nabi Muhammad saw dan setelah semua terselesaikan, sahabat Ali bin Abi Thalib juga berangkat ke Madinah.

Pria kelahiran 3 November 1984 ini meneruskan kisahnya, malam pemberangkatan Nabi menuju Madinah bukanlah perjalanan yang mudah, aman, dan nyaman, melainkan merupakan perjalanan yang penuh dengan rintangan.

“Pada awal perjalanan, Nabi harus mengatur siasat dengan terlebih dahulu menginap dalam Gua Tsur selama tiga hari (Jumat, Sabtu, dan Ahad),” ujarnya.

Gua Tsur terletak di Jabal Tsur yang berjarak lima kilometer sebelah selatan Kota Makkah. Di Gua Tsur Nabi bersama Abu Bakar merencanakan keberangkatannya ke Madinah dengan penuh strategi. Sampailah pada hari ketiga di Gua Tsur, Abdullah bin Uraiqith, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar datang ke Gua Tsur, membawa dua ekor unta.

Ketika diketahui Nabi Muhammad menghilang dari Makkah, lalu orang Quraisy mengadakan sayembara dengan hadiah seratus ekor unta bagi orang yang dapat menyerahkan Nabi Muhammad saw.

Ketika itu Suraqah mengetahui ada tiga orang sedang dalam perjalanan dan Suraqah meyakini bahwa mereka adalah rombongan nabi Muhammad saw. Lalu Suraqah menaiki kudanya dengan kecepatan tinggi dan pada akhirnya dapat mengejar rombongan Nabi Muhammad saw.

Usai menemukan bekas tapak kaki Nabi SAW dan Abu Bakar RA, ahli pencari jejak tapak kaki itu pun mengikutinya. Sesampainya di Gua Tsur, tiba-tiba bekas tapak itu berhenti dan terputus sehingga mereka pun kebingungan harus ke mana selanjutnya.

Sesudah Nabi SAW dan Abu Bakar RA masuk ke dalam Gua Tsur, seketika Allah SWT menyuruh laba-laba yang berjumlah ribuan membuat sarang di muka gua serta menyuruh burung-burung merpati liar supaya bersarang dan bertelur di tempat tersebut.

Karena itulah, di depan pintu Gua Tsur dan sekitarnya penuh dengan sarang laba-laba di atasnya serta telur merpati di bawahnya. Orang-orang pencari jejak itu pun berselisih satu sama lain.

Mereka berpikir, seandainya Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA masuk ke dalam gua itu, mestinya banyak telur burung merpati yang pecah dan pasti sarang laba-laba itu hancur. Padahal, terlihat tidak satu pun telur yang pecah dan sarang laba-laba itu masih penuh di muka gua.

Setelah jaraknya semakin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembap jatuh. Nabi Muhammad saw terus berjalan tanpa memedulikan Suraqah yang mengejarnya. Setelah berhasil mendekatinya lagi, Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi lagi-lagi kudanya terjerembap dan Nabi Muhammad saw terus berjalan.

Suraqah masih berambisi untuk mendapatkan hadiah 100 ekor unta jika dapat menangkap Nabi Muhammad saw. Setelah berhasil membebaskan kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk ketiga kalinya, kudanya terjerembap dan kali ini diikuti dengan debu yang bertaburan di udara.

Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk menangkap atau membunuh Nabi Muhammad saw, ia berhasil mendekati rombongan nabi Muhammad dan memanggilnya. Setelah berhadapan dengan Nabi SAW, ia meminta maaf dan memohon untuk tidak diapa-apakan.

Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang dibawanya, namun Nabi SAW menolaknya. Nabi Muhammad saw memaafkan Suraqah dan meminta agar Suraqah merahasiakan pertemuannya dengan nabi Muhammad saw.

Pada 22 September 622 M Rasulullah tiba di Madinah. Masyarakat Madinah menyambutnya dengan penuh sukacita. Semua orang menghendaki agar Rasulullah bersedia tinggal di rumahnya. Namun, Rasulullah menyatakan akan tinggal di rumah yang dipilih Qashwa, unta kesayangannya. 

Saat tiba di perkampungan Bani Malik bin Najjar, unta tersebut menderum di sebuah tempat pengeringan kurma. Pemiliknya adalah dua anak yatim dari Bani Najjar yang berada dalam pengasuhan Mu’adz bin Afra, yaitu bernama Sahal dan Suhail bin Amru.

Namun, tak lama kemudian unta Rasulullah SAW menderum sehingga beliau tidak turun dari punggungnya. Ternyata si unta masih berjalan lagi tak jauh dari tempat semula. Beliau pun tetap membiarkan tali kekangnya dan tidak membelokkannya.

Unta tersebut akhirnya berhenti dan berlutut di depan rumah milik Abu Ayyub al Anshari. Rumah ini kemudian dikenal sebagai tempat tinggal pertama Rasulullah SAW di Madinah.

Ketika tinggal di rumah Abu Ayyub, Rasulullah SAW kemudian bertanya tentang tempat pengeringan kurma sebelumnya, “Milik siapakah itu?”

Mu’adz bin Afra menjawab, “Wahai Rasulullah, tempat itu milik Sahal dan Suhail bin Amru. Keduanya anak yatim yang berada dalam pengasuhanku. Aku akan meminta kepada keduanya untuk merelakannya agar engkau bisa menggunakannya sebagai lokasi masjid.” Rasulullah SAW memanggil kedua anak yatim pemilik tempat pengeringan kurma.

Beliau menanyakan harganya kepada mereka untuk dibelinya dan menjadikannya sebagai masjid. Kedua anak yatim itu berkata, “Justru kami telah menghibahkannya untukmu, wahai Rasulullah.”

Akan tetapi, Rasulullah SAW menolak untuk menerima sebagai hibah mereka. Beliau memutuskan untuk membelinya dari mereka lalu membangun masjid di tanah tersebut. Selama masa pembangunan, Nabi Muhammad SAW tetap tinggal di rumah milik Abu Ayyub selama tujuh bulan.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW membeli tanah tempat pengeringan kurma tersebut seharga 10 dinar emas yang beliau bayarkan dari harta milik Abu Bakar.

Di tempat itulah Rasulullah SAW membangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Nabawi. Pada sebagian tanahnya, Nabi SAW membangun rumah pertama milik beliau serta membangun bilik untuk istri-istrinya di samping masjid.

Di ujung kultumnya, Arfan berpesan agar para siswa kelas VI SD Almadany tekun belajar, mengejar, dan meraih cita-citanya.

(Mahfudz Efendi/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini