KLIKMU.CO
Oleh: Kyai Nurbani Yusuf*
Apakah Muhammadiyah itu sebuah proses atau sebuah model yang bersifat final .. .. ? Pertanyaan ini layak diajukan kepada para pewaris Kyai Dahlan sebagai bentuk tanggungjawab sosial dan teologis kepada umat.
*^^*
Paradigma kembali kepada Al Quran dan as sunah yang dibangun sejak awal pergerakan telah melahirkan Islam simple. Formal dan cenderung kaku. Dalam berbagai kasus cenderung rasionalis dan menafikkan apapun yang berlawanan dengan logika.
Kalam yang dibangun MUHAMADIYAH lebih kental nuansa ra’yu dan menghilangkan unsur substantif yang bersifat mistis karena dianggap bid’ah, maka apapun yang dipandang tidak rasional atau melawan logika akan di anggap bid’ah. Dan dalam beberapa hal lebih cenderung pada bangunan teologi Muhammad bin Abdul Wahab seorang tokoh reformasi dari Nejd di akhir abad 18. Jadi tidak bersandar pada Asy’ary atau Al Maturydy atau Samarakandy sejerti lazimnya dianut umat Islam kebanyakan.
Pun dalam hal Fiqh MUHAMADIYAH membentuk bangunan sendiri yang berbeda dari kelaziman dengan tidak mengikuti pada salah satu mazhab besar dan membentuk mainstream Tarjih dengan segala kekurangan dan kelebihan.
*^^*
Yang paling revolusioner dari yang di atas, MUHAMADIYAH justru meninggalkan tarekat bahkan menyebutnya sebagai sarang takhayul, bid’ah dan khurafat. Seakan MUHAMADIYAH talak tujuh terhadap tarekat dan tasawuf-nya. Meski Buya HAMKA buru-buru merevisi dengan mengenalkan tasawuf modern, tapi tak cukup membuat warga MUHAMADIYAH ramah dengan tarekat atau tasawuf.
Implikasinya adalah model pemikiran dan ke-beragama-an warga muhammadiyah kehilangan ke-sakral an. Bahkan maaf … dalam beberapa kasus cenderung hanya mengambil pokok ajaran (great-tradition) menghilangkan yang spiritualitas. De-mitologi dan de-sakralisasi berlangsung di semua lapis ke-beragama-an. Warga MUHAMADIYAH kehilangan keindahan kurang eksotik.
*^^*
MUHAMMADIYAH memang sedang membangun mainstream sendiri yang berbeda. Itulah konsep ke-baharuan dan tajdid yang ditawar kan. Meski Kyai Dahlan juga tak pernah memberi kata final terhadap gagasan pembaharuan yang beliau tawarkan. Apakah Muhammadiyah sebagai sebuah proses atau model yang bersifat final. Pertanyaan dasarnya adalah apakah pembaharuan itu otomatis berhenti ketika amal usaha sudah menggurita … .. Wallahu a’lam
*Ketua Majelis Ulama Indonesia dan pegiat Komunitas Padhang Makhsyar