12 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Opini

Komunitas Padhang Makhsyar 248: Jika Agama, Ideologi dan Politik Menjadi Sumber Petaka

KLIKMU.CO

Oleh: Kyai Nurbani Yusuf*

Jokowi dan Prabowo sebelumnya bersaudara sebelum keduanya masuk partai politik. Menjadi capres, punya identitas dan para pendukung yang berbeda, lantas keduanya saling mencela, berkompetisi dan saling mengalahkan.

Kita semua juga sama: Manusia. Saat itu kita bersaudara. Tapi Ideologi memisahkan kita. Membuat jarak dan pasak antar sesama. Lantas kita saling curiga. Membangun prasangka. Dan saling bermusuhan. Qabil dan Habil sebelumnya juga rukun, sebelum Ikrimah dijadikan simbol dan status sosial.

Ada ribuan manusia bernama Jokowi. Apa ada yang salah. Lantas kenapa Bahar bin Smith begitu marah kepada Jokowi satu ini, yang diikuti ribuan pendukungnya. Jokowi dicela, dihinakan dianggap sebagai sumber petaka, kezaliman dan ketidak adilan.

*^^*
Kenapa manusia saling membenci. Padahal sebelumnya saling bersaudara. Kenapa Jokowi yang satu ini begitu dibenci dan dimusuhi. Karena Jokowi ini menjadi capres, masuk salah satu partai dan menganut ideologi tertentu. Kebencian itu berawal dari ideologi, politik dan agama. Sebab manusia gagal menyikapi. Lantas menjadikan agama, ideologi dan politik urap menjadi satu.

Ketiganya berkelindan dan menjadi pangkal segala selisih. Atas nama ketiganya manusia saling bermusuhan, perang dan membunuh. Konflik Syuriah karena ideologi, padahal keduanya dalam satu agama yang sama. Genosida di Rohingyae karena agama. Kejahatan kemanusian di Yaman karena ideologi Bouty yang dianggap radikal dan mengganggu stabilitas Jazirah. Konflik
d Uyghur karena agaam dan ideologi yang saling curiga. Pun dengan seteru Prabowo dan Jokowi karena politik yang tidak kunjung kompromi.

Agamaku cinta, kata Ibnu Araby yang bosan dengan tengkar dan konflik yang tak berkesudahan. Bertrand Russel lain lagi, manusia tak butuh agama, tapi ia buat ideologi baru yang juga menjadi sumber konflik yang dengan susah payah ia hindari.

*^^*
Mungkin Gandhi agak beringsut takut lantas berkata: “Tidak ada yang lebih menghabiskan waktu daripada kekhawatiran, dan orang-orang yang mengaku percaya pada Tuhan patut malu apabila mereka khawatir mengenai sesuatu hal.”

Pada akhirnya konflik antar agama hanya terjadi karena para penganut tak pandai menjadi pengikut. Tidak percaya pada Tuhan. Lantas banyak mengerjakan pekerjaan Tuhan. Ia menilai amal, membuat takaran baik dan buruk, dan saling mendiskualifikasi iman atas maunya sendiri yang dijadikan maunya Tuhan .. ..
Wallahu taala a’lam

*Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Batu dan pegiat Komunitas Padhang Makhsyar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *