21 November 2024
Surabaya, Indonesia
Konsul Kesehatan

Konsultasi Kesehatan #11: Patah Tulang, Bolehkah ke Sangkal Putung?

Ilustrasi diambil dari ulekare.cz

KLIKMU.CO

Diasuh oleh dr. Tjatur Prijambodo, MARS

Pertanyaan:
Assalamu’alikum w. w.
Pengasuh Konkes KLIKMU.CO yang baik, di pedesaan daerah saya yang tidak terlalu jauh dari perkotaan, setiap warga yang mengalami kecelakaan dan ada bagian tubuh yang diduga patah tulang, selalu dibawa ke Sangkal Putung. Sebenarnya, bisakah Sangkal Putung menyembuhkan dugaan patah tulang atau patah tulang? Bagaimanan menurut medis, mohon penjelasannya. Terima kasih.
samiun.79@gmail.com

Jawaban:
Wa’alikumussalam w. w.
Pekerjaan Dokter itu terkadang menjadi pekerjaan yang penuh dilema karena dihadapkan dengan budaya masyarakat yang beraneka ragam. Termasuk dalam hal penanganan kasus patah tulang atau masih sebatas dugaan. Banyak pikiran yang berkembang di masyarakat salah satunya adalah ketika mereka berpikiran jika menggunakan jasa dukun tulang atau sangkal putung saja biayanya lebih murah kenapa kita harus berobat pada dokter yang lebih mahal biayanya. Pikiran seperti ini tak jarang muncul dari pasien, keluarga, dari bisikan tetangga atau saudaranya agar pasien patah tulang menghindari dokter dan lebih memilih ke pengobatan alternatif atau sangkal putung. Sah saja memang berpikiran semacam itu, tapi sebagai dokter yang tahu akan resiko cacat yang kemungkinan dapat terjadi, maka kita harus menjelaskan hal ini secara gamblang.

Perlu kita ketahui bahwa tulang yang patah, sebenarnya secara alami dapat menyambung sendiri tanpa harus dimanipulasi, asalkan tidak ada penyulit lain, seperti infeksi akibat luka yang terbuka. Hal inilah yang sebenarnya digunakan oleh oknum dukun patah tulang/sangkal putung yang kurang kompeten untuk mengobati pasien, karena sebenarnya mereka tahu betul bahwa pada saat terjadi patah tulang proses penyambungan tulang merupakan proses alami tubuh, sehingga mereka pun melakukan manipulasi untuk menyambung tulang hanya berdasar pengalaman tanpa adanya pelatihan khusus, di mana pada akhirnya juga nanti tulang pasti akan menyambung dengan sendirinya. Namun, penyambungan tulang seperti apa yang diharapkan pasien? Tentu mengharapkan tulang menyambung seperti sedia kala dengan posisi normal sesuai posisi asli sebelum patah (posisi anatomis). Manipulasi yang tidak tepat pada akhirnya memang tetap menyebabkan tulang menyambung, namun tidak dalam posisi normal atau posisi anatomisnya yang berakibat deformitas/kelainan bentuk pada anggota tubuh yang mengalami trauma/patah tersebut.

Dari pengalaman pribadi saya saat bekerja pada UGD di Rumah Sakit Muhammadiyah, banyak pasien yang telah dinyatakan sembuh oleh pengobatan alternatif, tukang urut atau sangkal putung pada kenyataanya mereka datang ke Rumah Sakit karena penderita masih memiliki keluhan yang cukup bervariasi mulai dari rasa nyeri yang tak kunjung hilang, jalannya pincang, anggota badan bengkok, kelemahan anggota gerak, fungsi jari-jemari yang tidak maksimal, gerakan sendi yang tidak optimal, dan terjadi pemendekan ruas tulang yang signifikan.

Hal ini yang membuat penulis prihatin dan akhirnya mencoba sedikit berbagi pada pembaca Konsultasi Kesehatan KLIKMU.CO tentang informasi yang benar mengenai pengobatan patah tulang. Karena tulang adalah bagian yang sangat penting dari tubuh kita, sehingga jika ada kelainan di sana dapat berakibat terganggunya fungsi tubuh ini secara optimal. Terutama bagi mereka yang masih berusia muda dan produktif. Mereka yang mengalami kecacatan akibat penangan patah tulang yang tidak benar menjadi tidak produktif lagi.

Mungkin ceritanya akan menjadi lain jika sejak awal penanganan patah tulang tidak dengan sistem dan pikiran coba-coba. Apabila seorang pasien sejak awal datang ke poliklinik, rumah sakit, atau dokter bedah/orthopedi dan kemudian mendapatkan pelayanan sesuai dengan tata laksana medis yang benar, saya yakin sebagian besar kecacatan semacam ini tidak perlu terjadi.

Yang harus dipahami, bukan berarti melakukan pengobatan patah tulang di rumah sakit/ dokter itu berarti pasien harus melakukan tindakan operasi. Manipulasi patah tulang juga dapat dilakukan dengan tindakan non-operatif, seperti pemasangan gips, traksi (ditarik) atau ransel verban (figure eight) untuk kasus tertentu.
Saya tidak menyalahkan pengobatan alternatif, dukun tulang, ataupun sangkal putung, karena pada akhirnya tujuan pengobatan yang mereka lakukan juga adalah agar pasien dapat sembuh seperti sedia kala. Namun, kembali pada uraian di atas, apakah kesembuhan itu membuat pasien kembali pada kondisi normal atau justru menimbulkan kecacatan?

Masih sering penulis temui pasien yang datang dengan patah tulang, namun kemudian menolak untuk dirawat oleh dokter dan lebih memilih untuk pergi ke sangkal putung. Banyak juga yang bahkan tidak berpikir untuk memeriksakan diri terlebih dahulu ketika terjatuh atau mengalami trauma dan langsung pergi saja ke sangkal putung. Penderita dengan trauma yang pergi ke sangkal putung dan sembuh seringkali merupakan penderita yang sebenarnya tidak mengalami patah tulang. Selain itu, sebenarnya tulang kita dapat menyambung sendiri tanpa bantuan apapun.

Lalu kenapa kita perlu ke Rumah Sakit Muhammadiyah?
1. Untuk memastikan apakah terjadi patah pada tulang atau tidak, dengan atau tanpa pemeriksaan penunjang (foto rontgen, dll.)
2. Untuk pengaturan posisi penyatuan tulang. Walaupun tulang dapat menyatu sendiri, namun jika posisinya tidak diatur, maka penyatuan tulang dapat menimbulkan beberapa masalah seperti gangguan pada saraf berupa kesemutan sampai gangguan fungsi gerak dan bentuk yang tidak simetris.
3. Meminimalkan kerusakan jaringan. Memanipulasi tulang yang patah tanpa mengetahui gambaran patahnya dapat merusak jaringan sekitarnya.
4. Menghilangkan resiko infeksi. Pada patah tulang yang terbuka, resiko infeksi tulang besar, sehingga merupakan suatu keadaan yang mutlak ditangani oleh dokter. Saya sampai sekarang belum bisa memahami ketika menemui pasien yang lebih memilih pergi ke sangkal putung, padahal mereka juga membayar ke praktisi sangkal putung.

Selain itu, perlu disadari bahwa praktisi sangkal putung tidak dapat dituntut jika terjadi sesuatu terhadap diri penderita. Patah tulang, terutama yang tertutup merupakan kondisi yang sangat mudah diobati walau membutuhkan waktu yang agak lama. Jika sudah terjadi penyatuan tulang yang buruk akibat pengobatan alternatif, akan lebih susah ditangani. Jadi, tidak ada alasan yang logis bagi siapapun untuk pergi ke sangkal putung jika mengalami patah tulang. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum w. w.

dr. Tjatur Prijambodo, MARS
Pengasuh Rubrik Konsultasi Kesehatan KLIKMU.CO.

1 Comment

  • Aris Kristanto 24 Agustus 2019

    Selamat malam dokter, saya mau nanya 6 bulanan yg lalu saya di tabrak orang mengakibatkan kaki saya patah, dan setelah minta pertanggung jawaban sama sipelaku penabrak awal mampu buat biaya rongent di RS Muhammadiya Bandung, tapi ketika urusan operasi di RS sipelaku ama keluarga pelaku tidak mampu buat saya di operasi di RS apalagi saya dan keluarga saya ga mampu buat biaya operasi kaki saya yg patah di RS, singkat kata saya di bawa ke ahli tulang alias sangkal putung dan sampai sekarang menunggu proses penyembuhan kaki saya yg patah, dan yg nabrak saya sebelum bulan puasa kemarin uda tidak tanggung jawab lagi, pertanyaan saya apabila kaki sudah patah terus di bawah ke ahli tulang atau sangkal putung seperti saya ini apa bisa di proses ke operasi di rumah sakit? Terima Kasih, GOD BLESS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *