Laporan Langsung dari Makkah: Ibadah Haji, Antara Panggilan dan Harapan

0
439
Foto diambil dari dokumen KLIKMU CO-

KLIKMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur Dikky Syadqomullah menyampaikan pemikirannya tentang ibadah haji yang masa tunggunya sangat lama. Pemikiran itu disampaikan ketika dia sedang menjalankan ibadah haji, yang ternyata keberangkatannya itu atas kuasa dan panggilan dari Allah SWT.

Dikky menjelaskan bahwa dalam rukun Islam yang kelima, yakni haji, ada sebuah kondisi yang harus dipahami bersama-sama. Menurutnya, ibadah haji itu merupakan sebuah panggilan yang tidak tahu kapan waktunya dipanggil oleh Allah SWT. “Namun, selama niat kita sudah kuat dan betul-betul berharap kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan jalan keluarnya,” kata dia.

Apalagi, saat ini mau berangkat haji sangat lama waktu tunggunya. Tak heran jika banyak orang pesimis untuk berangkat haji, sehingga mereka banyak yang pergi umroh untuk mengobati kegalauan tentang haji itu.

“Oleh karena itu, kita harus tetap berharap kepada Allah dengan banyak berdoa, bertafakkur, dan banyak shadakoh serta terus memperbanyak amal sholeh, sehingga Allah tunjukkan jalan keluar bagi kita,” ujarnya.

Dikky juga mengaku dan membuktikan sendiri bahwa berhaji itu adalah semata-mata panggilan dari Allah SWT. Masih segar diingatannya bahwa beberapa waktu pimpinannya meminda dia untuk berangkat haji.

“Apakah tidak banyak orang yang bagus, tentu sangat banyak, tetapi ketika keberangkatannya itu adalah panggilan Allah, maka tidak akan bisa diwakilkan, karena disitulah Allah menunjuk orang-orang untuk hadir ke baitullah,” imbuhnya.

Menurutnya, banyak contoh yang semakin menegaskan bahwa berhaji itu adalah panggilan Allah. Ada seseorang yang sudah masuk panggilan haji atau urutan berhajinya, tapi karena mungkin Allah belum memanggilnya, akhirnya dia diberi nikmat sakit, atau juga diberi nikmat pandemi Covid-19, sehingga hajinya harus diundur lagi. “Itu semua kita harus sadari bahwa semua ini sudah digerakkan oleh Allah,” katanya.

Contoh yang lain adalah seorang tambal ban yang memiliki keinginan kuat untuk pergi berhaji, padahal dia tidak punya uang untuk menunaikan ibadah haji itu. Akhirnya mukjizat pun datang. Pada suatu malam ada seorang pebisnis yang bepergian bannya meletus, pebisnis ini pun membangunkan orang tambal ban itu untuk meminta tolong menembel bannya yang meletus.

Saat itu, si tukang tambal ban pun memberikan pelayanan yang luar biasa tanpa sedikitpun dalam hatinya grundel. Karena dia sangat yakin bahwa ketika berbuat baik pada seseorang, maka Allah akan memberikan kebaikan pula.

“Nah, disitulah ada keajaiban. Jadi, ketika pebisnis itu sukses menjalankan usahanya, dia teringat bahwa kesuksesannya itu salah satunya berkat si tukang tambal ban itu, sehingga si tukang tambal ban itu diberangkatkan haji bersama keluarganya,” ujarnya.

Dikky memastikan bahwa berbagai macam bukti ini semakin mempertegas bahwa beribadah haji itu adalah panggilan Allah dan semuanya berdasarkan kekuasaan Allah. Makanya, di dalam haji itu selalu diingatkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi Allah, dan Allah itu kuasa atas segala sesuatu.
“Berbagai bukti ini menjadi penting bagi kita dan menjadi contoh bagi kita semua untuk selalu menjalankan perintah Allah dengan sekuat tenaga kita dan seikhlas-ikhlasnya, sehingga diharapkan dapat memunculkan amal-amal sholeh yang menyebabkan kita dipanggil oleh Allah untuk melaksanakan ibadah haji,” pungkasnya. (RF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini