10 November 2024
Surabaya, Indonesia
Kesehatan Opini

Lautku Biru, Lautku Haru

(Sumber foto: Tim Mossholder https://unsplash.com/photos/qq-8dpdlBsY)

Oleh: Husamah

KLIKMU.CO

Laut biru adalah sesuatu yang indah memesona. Laut adalah anugerah dari Tuhan dan harus digunakan secara adil dan berkelanjutan. Laut memiliki peran yang sangat berarti. Apabila dilihat dari luar angkasa, bumi didominasi oleh warna biru karena sebagian besar dari bumi adalah lautan. Ternyata lautan itu menyelimuti 70% permukaan bumi dan hampir 97% air disimpan di dalam bumi.

Meskipun dikelilingi oleh lautan, kita hanya mengetahui sedikit tentang lautan di bumi. Dilansir dari laman How Stuff Works, ada sekitar 85% apa yang ada di lautan belum dapat diketahui.

Gloria Pallares (2019) dalam artikelnya, “The most important facts we don’t know about the ocean”, mengutip pandangan tokoh terkemuka dunia. “Ancaman terbesar kita terhadap lautan adalah ketidaktahuan kita tentangnya,” kata Margaret Leinen, salah satu ilmuwan kelautan terkemuka dunia dan direktur Institut Oseanografi Scripps.

Dengan hampir 3 miliar orang yang bergantung pada keanekaragaman hayati untuk kebutuhan mereka, lautan adalah rumah bagi lebih dari 200.000 spesies yang dikenal serta penggerak utama iklim global. Namun, negara-negara hanya mencurahkan hingga 4% dari anggaran penelitian dan pengembangan mereka untuk ilmu kelautan.

Lautku Haru

Lautan adalah salah satu sumber daya manusia yang paling berharga –rumah bagi 80% dari semua kehidupan di bumi dan menyediakan makanan bagi lebih dari 3 miliar orang, dan merupakan media perdagangan global. Namun, itu dalam bahaya dari pemanasan global, praktik yang tidak berkelanjutan, penangkapan ikan ilegal, polusi yang sembrono, dan hilangnya habitat laut.

Perubahan iklim akibat ulah manusia memanaskan planet kita, mengganggu pola cuaca dan arus laut, serta mengubah ekosistem laut dan spesies yang hidup di sana. Keanekaragaman hayati laut diserang oleh penangkapan ikan berlebihan, eksploitasi berlebihan, dan pengasaman laut. Lebih dari sepertiga persediaan ikan dipanen pada tingkat yang tidak berkelanjutan. Dan kita mencemari perairan pesisir kita dengan bahan kimia (dari industri dan pertanian), plastik, dan sampah domestik (kotoran manusia). Penambangan laut dalam dan penambangan pasir juga menjadi perusak lingkungan.

Situs indonesiabaik.id merilis bahwa Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik yang cukup banyak di dunia. Berada di urutan ke-5, Indonesia menyumbang sebanyak 56.333 ton sampah plastik laut. Laporan tersebut berdasarkan Lourens J.J. Meijer tahun 2021 dari The Ocean Cleanup, organisasi nirlaba yang berfokus untuk membersihkan lautan dari plastik.

Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menjelaskan bahwa penyumbang jenis sampah laut tertinggi didominasi jenis kantong plastik buram/bening. Pulau besar dengan berat sampah laut terbesar didominasi oleh Kalimantan dan Sulawesi.

Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Tanggal 8 Juni adalah Hari Laut Sedunia atau World Oceans Day, dan tema tahun ini adalah “Planet Ocean: Tides is Changing.” Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan Hari Laut Sedunia pada tahun 2008. Dengan hari istimewa ini, PBB berharap dapat meningkatkan kesadaran tentang peran laut dalam membantu manusia bertahan hidup dan perlunya kita memprioritaskan perlindungan laut. Mari kita jadikan ini sebagai penyemangat untuk menjaga laut.

Sustainable development goals (SDGs) pada tujuan ke-14 pun dengan tegas mengamanatkan “Life below water”, yang berarti melestarikan dan menggunakan samudra, laut, dan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan. Lautan yang sehat sangat penting bagi keberadaan kita. Lautan dan samudra menutupi 70% planet kita dan kita mengandalkannya untuk makanan, energi, dan air.

Namun, kita “telah berhasil” melakukan kerusakan luar biasa pada sumber daya yang berharga ini. Kita harus melindungi mereka dengan menghilangkan polusi dan penangkapan ikan berlebihan dan segera mulai mengelola dan melindungi semua kehidupan laut di seluruh dunia secara bertanggung jawab.

Melansir situs The Global Goals, setiap orang dapat membantu memastikan bahwa kita memenuhi tujuan global. Kita dapat menggunakan sepuluh target ini untuk membuat tindakan guna melestarikan dan memanfaatkan lautan secara berkelanjutan.

Target 14.1 mengurangi polusi laut. Pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi semua jenis polusi laut, khususnya dari aktivitas berbasis darat, termasuk sampah laut dan polusi nutrisi.

Target 14.2 melindungi dan memulihkan ekosistem. Pada tahun 2020, kelola dan lindungi ekosistem laut dan pesisir secara berkelanjutan untuk menghindari dampak merugikan yang signifikan, termasuk dengan memperkuat ketahanannya, dan melakukan tindakan restorasi untuk mencapai lautan yang sehat dan produktif.

Target 14.3 mengurangi pengasaman laut. Kita harus meminimalkan dan mengatasi dampak pengasaman laut, termasuk melalui peningkatan kerja sama ilmiah di semua tingkatan.

Target 14.4 perikanan berkelanjutan. Pada tahun 2020, secara efektif mengatur pemanenan dan mengakhiri penangkapan ikan berlebihan, penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur, dan praktik penangkapan ikan yang merusak dan menerapkan rencana pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan, untuk memulihkan stok ikan dalam waktu sesingkat mungkin, setidaknya ke tingkat yang dapat menghasilkan hasil maksimal yang berkelanjutan ditentukan oleh karakteristik biologisnya.

Target 14.5 melindungi wilayah pesisir dan laut. Pada tahun 2020, lestarikan setidaknya 10 persen wilayah pesisir dan laut, sesuai dengan hukum nasional dan internasional dan berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia.

Target 14.6 mengakhiri subsidi yang berkontribusi terhadap penangkapan ikan berlebihan. Pada tahun 2020, melarang bentuk subsidi perikanan tertentu yang berkontribusi terhadap kelebihan kapasitas dan penangkapan ikan berlebihan, menghapus subsidi yang berkontribusi pada penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur dan menahan diri untuk memperkenalkan subsidi baru semacam itu, mengakui bahwa perlakuan khusus dan berbeda yang tepat dan efektif untuk negara berkembang dan negara kurang berkembang harus menjadi bagian integral dari negosiasi subsidi perikanan Organisasi Perdagangan Dunia.

Target 14.7 meningkatkan manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan. Pada tahun 2030, meningkatkan manfaat ekonomi bagi negara berkembang kepulauan kecil dan negara kurang berkembang dari pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan, termasuk melalui pengelolaan perikanan, akuakultur, dan pariwisata yang berkelanjutan.

Target 14.8 meningkatkan pengetahuan ilmiah, riset dan teknologi untuk kesehatan laut. Meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan kapasitas penelitian dan transfer teknologi kelautan, dengan mempertimbangkan Kriteria dan Pedoman Komisi Oseanografi Antarpemerintah tentang Transfer Teknologi Kelautan, untuk meningkatkan kesehatan laut dan untuk meningkatkan kontribusi keanekaragaman hayati laut bagi pembangunan negara-negara berkembang, khususnya negara-negara berkembang kepulauan kecil dan negara-negara kurang berkembang.

Target 14.9 dukung nelayan skala kecil. Menyediakan akses bagi nelayan artisanal skala kecil ke sumber daya laut dan pasar.

Targer 14.10 menerapkan dan menegakkan hukum laut internasional. Meningkatkan konservasi dan pemanfaatan laut secara berkelanjutan dan sumber dayanya dengan menerapkan hukum internasional sebagaimana tecermin dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, yang memberikan kerangka hukum untuk konservasi dan pemanfaatan laut dan sumber dayanya secara berkelanjutan, sebagaimana disebutkan dalam paragraf 158 dari “Masa depan yang kita inginkan”.

Akhirnya, mari kita jaga laut dan kita implementasikan SDGs. Jangan sampai kita menjadi perusak laut.  Mari kita renungkan peringatan Allah SWT tentang perusakan yang dilakukan oleh manusia dalam Q.S. Ar Rum ayat 41: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (*)

Husamah, Pengajar Ilmu Lingkungan di Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *