lembaran Ramadhan (-16) Menempa Besi Selagi Panas

0
10
Ilustrasi istimewa

KLIKMU.CO-

Oleh: Najib Sulhan*

Kurikulum di Indonesia boleh gonta ganti. Semua sangat tergantung pada kebutuhan dan kepentingan. Namun kurikulum dalam pola pengasuhan anak, sudah ada tahapan yang tergambar di dalam Al-Qur’an. Khususnya, di dalam surat Luqman ayat 12 sampai 19.

Siapa Luqman? Beliau bukanlah nabi dan bukan pula rasul. Namun kisahnya diabadikan begitu detail, bahkan Luqman dijadian sebagai model dan nama surat dalam Al-Qur’an. Beliau hanyalah seorang hamba yang sholih dan Ahli hikmah. Sebab di dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12 disebutkan oleh Allah bahwa Luqman memberikan hikmah.

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Luqman dipilih Allah swt sebagai model orang tua dalam pola pengasuhan. Khususnya dalam menyusun pentahapan mendidik anak. Tentu modalitas utama adalah rasa syukur. Kemampuan untuk bisa mengemban amanah atas apa yang dititipkan oleh Allah berupa buah hati (Anak). Kita lihat bahwa dalam riwayat, putra Luqman berpotensi agak susah diatur. Namun dengan kesabaran dan teknik komunikasi yang baik, Luqman berhasil mendidik anaknya.

Ada cara yang sering dilakukan Luqman kepada anaknya. Beliau mengajarkan hikmah melalu cara kontekstual, berkunjung ke rumah sakit, melayat orang meninggal dunia, juga berziarah ke makam. Untuk apa semua itu dilakukan? Untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sehebat apapun, sekaya apapun, setinggi jabatan apapun, ujungnya kelak sakit, meninggal, dan kembali ke tanah. Kekayaan, kehebatan, jabatan, tidak ada satupun yang akan dibawa. Semuanya ditinggal dan akan dimintai pertanggungjawaban.

Cara Luqman dalam mendidik anak menjadi referensi bagi orang tua. Bahkan inilah kurikulum resmi yang tiada pernah terganti oleh kepentingan kekuasaan. Justru inilah kurikulum penyelamatan bagi generasi akan datang. Baik keselamatan di dunia maupun di akhirat. Saat Luqman menasihati anaknya, tidak dalam keadaan emosi, tetapi dalam keadaan tenang dan saat itu anak siap mendengarkan. Beliau menempa besi selagi panas.

Setelah secara kontekstual anaknya diajak berkunjung dan merenung. Selanjutnya diberikan penguatan dengan nasihat yang baik dalam suasana hati yang tenang. Inilah komunikasi yang dilakukan oleh Luqman pada anaknya. Amat efektif dan mudah diterima anak.

*Ketua PCM Mulyorejo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini