Oleh: Andi Hariyadi
Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya, Pemred KLIKMU.CO
Liburan sekolah sudah sepekan dilalui. Biasanya digunakan para siswa dan guru untuk bercengkerama dengan anggota keluarga dan famili. Sejenak memanfaatkan waktu untuk rileks seperti refreshing berupa wisata dan shopping serta menikmati beragam menu kuliner dengan bersilaturahmi ke keluarga membangun komunikasi berbagi pengalaman yang selama ini dilakukan.
Liburan sekolah memang sangat ditunggu-tunggu, setelah disibukkan dengan rutinitas belajar di sekolah sejak pagi sudah berangkat hingga sore baru tiba di rumah.
Maka, ketika liburan, sejatinya masih tetap belajar, bukan lagi dalam ruang kelas terbatas, tetapi dibuka dengan beragam komunitas yang lebih luas. Bukan lagi membaca teks-teks buku pelajaran, tetapi tertantang untuk mampu membaca dinamika kehidupan, mempelajari dan memahami berbagai corak interaksi yang konstruktif dengan tema-tema aktual.
Tidak Berhenti Belajar
Liburan sekolah bukan berarti libur untuk berhenti belajar, tetapi digunakan belajar atas tema-tema aktual, sehingga di sinilah pentingnya untuk tetap memberikan informasi pendidikan yang relevan untuk diimplementasikan bersama orang tuanya.
Bisa dalam bentuk pembiasaan karakter positif, pendisiplinan sikap akhlak mulia, mengembangkan talenta dan lainnya, sehingga liburannya dilalui dengan senang untuk menguatkan prestasi keunggulan serta pembiasaan ibadah sebagai dasar suksesnya pendidikan.
Sekolah yang dikelola Muhammadiyah maupun Aisyiyah setidaknya ada program yang sudah dirancang dalam mengisi waktu liburan sekarang ini. Baik untuk siswa maupun para gurunya, dan saat masuk sekolah nanti ada kesinambungan daya belajarnya.
Jika liburan tanpa ada penguatan daya belajar yang terintegrasi dengan dinamika kehidupan akan memengaruhi sejauh mana kesiapan dan pengembangan pendidikannya yang terus berubah, sehingga sekolah tetap survive menyikapi perubahan dan perkembangannya.
Daya Belajar
Ada beberapa hal yang bisa menjadi daya belajar. Pertama, spiritual yang tercerahkan. Aktivitas ibadah yang dilakukan tidak sekadar melakukan rutinitas, tetapi mampu dipahami makna dan hikmahnya sehingga terbangun kesadaran yang tercerahkan di mana spiritualnya membawa efek konstruktif baik berupa kesalehan, keteladanan, dan kepedulian.
Ketiga hal ini menjadi daya gerak yang luar biasa untuk berfastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) sehingga potensi yang ada berbuah prestasi keunggulan menjadi pelajar yang religius. Pelajar yang tangguh tidak mudah digoyahkan oleh sikap destruktif yang saat ini begitu liar tak terkendalikan yang merusak sendi-sendi kehidupan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah Al A’raaf 56: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa hormat dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Kedua, bernalar konstruktif. Bimbingan wahyu mampu menjadi petunjuk kehidupan dalam kebenaran sehingga nalarnya mampu mengonstruksi berbagai hal yang positif, menolak berbagai hal mengarah destruktif, mampu membedakan untuk memilah dan memilih secara tepat, tidak terbawa arus yang menghinakan.
Nalar konstruktif berwawasan luas dan inklusif bukan sempit dan eksklusif, sehingga muncullah ide-ide cemerlang, kreasi, dan inovasi sehingga apa yang dipelajari bermakna sebagai bentuk amal saleh.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surath Al Jasiyah 13: “Dan Dia menundukkan apa yang di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semua (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”
Nalar konstruktif mampu membuka tabir yang selama tersembunyi sehingga dengan hidayah-Nya akan istiqamah memberikan kemanfaatan bagi kehidupan.
Ketiga, daya kekokohan dan menguatkan. Kita bina anak didik kita dalam lingkungan pendidikan Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi insan yang kuat jasmani dan rohaninya, kuat visi mencapai cita-cita, kuat sosial dan finansial, serta kuat emosional hingga kuat beretika digital.
Satu kesatuan saling menguatkan menjadi bintang penerang peradaban. Ketika ada upaya meruntuhkan potensi diri dan menghancurkan visi perjuangan, kader-kader yang mengenyam pendidikan di sekolah Muhammadiyah atau Aisyiyah tetap berkiprah dengan penuh amanah. Kekuatan yang tersusun dan saling menguatkan karena ada kesadaran ukhuwah (persaudaraan) dan ishlah (berdamai) serta ta’awun (saling menolong).
Ketiga hal ini harus terus diperkuat, yang tidak mudah diadu domba dan dirusak dengan fitnah permusuhan karena akan memperlemah dan menghancurkan kekuatan.
Pendidikan Muhammadiyah dan Aisyiyah diharapkan menjadi penerang peradaban, memberi solusi yang menyegarkan dan berkontribusi atas kompetensi yang dimiliki. Liburan sekolah semakin memperkaya wawasan dan memperkuat daya belajar. (*)