Malang, KLIKMU.CO – Guna menumbuhkan dan meningkatkan nilai-nilai inklusi dalam dunia pendidikan, khususnya bagi guru pendidikan agama, Maarif Institute membuat pelatihan LOVE (Living Our Values Everyday) bagi guru-guru pendidikan agama di beberapa wilayah. Salah satunya adalah Malang Raya.
Kegiatan ini bekerja sama dengan INFID (International NGO Forum an Indonesian Development) dan beberapa lembaga lainnya.
Berlangsung selama tiga hari di Swiss Bellin Hotel Malang pada Selasa (8/8) sampai Kamis (9/8), pelatihan LOVE ini diikuti oleh 21 guru pendidikan agama lintas iman di Malang Raya tingkat SMA/K sederajat.
Harapan dari pelatihan ini adalah membangun lingkungan inklusi dalam lingkungan pendidikan, terlebih dalam aspek keberagaman latar belakang sosial dan agama. Sehingga dapat mengeksplorasi nilai-nilai sosial dan menajamkan kepakaan pada isu-isu inklisi sosial.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdurrahim Ghazali menjelaskan, pelatihan ini adalah interpretasi dari salah satu kaidah ushul fiqh yang berbunyi dar’ul mafazid muqaddamun ala jalbil mashalih. Yakni, pendidikan inklusi sebagai upaya mencegah sikap intoleransi adalah kebaikan yang bisa dilakukan agar tercegahnya sebuah kerusakan.
“Oleh karena itu, melalui pendidikanlah kebaikan itu bisa ditanamkan, melalui gurulah semangat inklusi itu ditanamkan kepada peserta didik,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Infid Iwan Misthohizzaman menegaskan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang diibaratkan olah rasa pada keindahan dalam prodak kebudayaan berupa seni.
“Pendidikan adalah satu sikap kebudayaan yang bisa membangun keluasan dan kesadaran cara berpikir. Seperti halnya kesenian, kita bisa mengambil nilai-nilai keindahan dari berbagai jenis produk seni yang berbeda-beda. Begitulah peserta didik, memiliki nilai keindahan masing-masing. Tugas kita adalah saling menghargai dan menghormati,” tutur Iwan dalam sambutannya.
Mengapa yang menjadi sasaran pelatihan adalah guru agama? Menurut Direktur Program dan Riset Maarif Institute Moh. Shofan, dipilihnya guru-guru lintas agama dalam pelatihan ini memiliki alasan yang kuat. Yakni, agama harus diajarkan dengan cara yang ramah.
“Di samping itu, sebagai guru kita menanamkan nilai kepada peserta didik tentang bagaimana merayakan keberagaman yang ada di dalam diri peserta didik. Pelatihan ini juga dapat membuat guru-guru memilih strategi pengajaran yang tepat untuk keberagaman yang ada secara alami di dalam diri peserta didik,” ucap Shofan dalam pengantar program pelatihan LOVE.
“Dalam program pelatihan LOVE ini, para guru pendidikan agama dapat bertemu secara kultural dengan guru-guru pendidikan agama lintas kebudayaan serta keagamaan dan keberagaman,” imbuhnya. (AS)