Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Surabaya Serukan Qunut Nazilah demi Keselamatan Palestina

0
1224
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Dr Thoat Stiawan MHI. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Dr Thoat Stiawan MHI menyerukan umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, untuk melakukan qunut nazilah demi keselamatan bangsa dan rakyat Palestina yang menghadapi peperangan dengan Israel.

“Muhammadiyah bukan hanya melakukan ikhtiar lahir melalui seruan dan penggalangan dana, tetapi juga diperkuat dengan ikhtiar batin dengan pelaksanaan qunut nazilah,” ujarnya kepada KLIKMU.CO, Selasa (10/10).

Di samping itu, ia menegaskan bahwa warga Muhammadiyah tidak pernah berhenti mendukung kemerdekaan Palestina sebagai negara yang berdaulat.

Pengertian Qunut Nazilah

Menurut Thoat, secara bahasa, qunut adalah taat, merendahkan diri kepada Allah. Qunut juga bermakna tidak bicara, doa dalam shalat, dan berdiri dalam ketaatan yang tidak ada maksiat bersamanya (Lisanul arab 2/73).

“Itu berarti qunut bermakna senantiasa konsisten dalam ketaatan kepada Allah,” imbuhnya.

Kemudian, secara istilah, qunut adalah al-qiyam atau berdiri agak lama pada rakaat terakhir setelah bangkit dari rukuk atau i’tidal dengan membaca doa tertentu dari shalat fardhu, termasuk shalat Jumat.

Tarjih Muhammadiyah memahami bahwa qunut adalah ketundukan kepada Allah, berdiri lama dalam shalat dengan membaca ayat al-Qur’an dan berdoa (Himpunan Putusan Tarjh, I/378). Pemaknaan ini didasarkan kepada hadis Nabi saw:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَىُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ قَالَ طُولُ الْقُنُوتِ [رواه مسلم]

Artinya: “Dari Jabir (diriwayatkan) berkata, Rasulullah saw ditanya: shalat apakah yang paling utama? Beliau menjawab: berdiri lama” (HR. Muslim).

Lebih lanjut, Thoat menjelakan, secara bahasa nazilah berasal dari kata nazala yanzilu yang artinya menimpa. Makna nazilah itu sendiri adalah al-Musibah asy-Syadidah, yaitu musibah atau peristiwa yang dahsyat seperti perang atau lainnya (al-Munjid fii al-Lughah wa al-a’lam, hal 802). Nazilah juga berarti musibah, bencana, dan malapetaka (al-Munawir, hal 1410).

“Dengan demikian, qunut nazilah adalah berdiri agak lama pada rakaat terakhir setelah rukuk atau saat I’tidal pada semua shalat fardhu dengan membaca doa khusus karena suatu musibah besar yang menimpa kaum muslimin,” terang dosen UM Surabaya tersebut.

Waktu Pelaksanaan Qunut Nazilah

Menurut Thoat, gunut nazilah bisa dilakukan pada semua shalat fardhu. Dilakukan pada shalat jahr seperti Magrib, Isya, dan Shubuh, termasuk shalat Jumat, maupun shalat sir seperti Dhuhur dan Ashar. Hal ini didasarkan pada beberapa dalil berikut.

عَنْ اَنَسٍ قَالَ: كَانَ الْقُنُوْتُ فِي الْمَغْرِبِ وَالْفَجْرِ. [رواه البخارى]

Dari Anas, ia berkata, “Qunut itu ada dalam shalat Maghrib dan Shubuh.”

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِى الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلاَةِ الصُّبْحِ [رواه أبو داود]

Dari Ibnu Abbas (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah saw melakukan qunut selama satu bulan berturut-turut pada shalat Zuhur, Asar, Magrib, Isyak, dan Subuh [H.R. Abu Dawud].

Tata Cara Qunut Nazilah

Lantas, bagaimana tata cara melaksanakan qunut nazilah? Thoat menjelaskan ada empat cara.

Pertama, dilakukan pada rakaat terakhir setelah rukuk. Setelah rukuk kemudian I’tidal dengan membaca doa I’tidal terlebih dahulu dan dilanjutkan membaca doa qunut nazilah.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِى الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلاَةِ الصُّبْحِ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ [رواه ابو داود]

Dari Ibnu Abbas (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah saw melakukan qunut selama satu bulan berturut-turut pada shalat Zuhur, Asar, Magrib, Isyak, dan Subuh pada setiap rakaat terakhir saat beliau membaca: sami‘Allāhu liman ḥamidah [H.R. Abu Dawud].

Kedua, membaca doa qunut nazilah. Ketika berdiri di rakaat terakhir setelah rukuk dan membaca doa i’tidal, lalu dilanjutkan dengan membaca doa qunut nazilah.

“Doa yang dibaca adalah doa yang ma’tsur berisi permohonan kebaikan atau perlindungan diri dari keburukan yang menimpa kaum muslimin dan tidak membaca doa yang berisi kutukan atau celaan,” terangnya. 

عَنْ خَالِدِ بْنِ أَبِى عِمْرَانَ … اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ، وَنَخْضَعُ لَكَ، وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَكْفُرُكَ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخَافُ عَذَابَكَ الْجَدَّ، إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكَافِرِينَ مُلْحَق [رواه البيهقي]

Dari Khalid bin Abi Imran (diriwayatkan) … ya Allah hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan dan ampunan, kami beriman dan merendahkan diri hanya kepadaMu, kami berlepas diri dan meninggalkan orang yang mengingkarimu. Ya Allah hanya kepada–-Mu kami menyembah, untuk Engkaulah kami shalat dan sujud, kepada-Mulah kami menuju dan bergegas. Kami mengharap rahmat-Mu dan takut terhadap azab-Mu, kami takut terhadap azab-Mu yang keras, sesungguhnya azab-Mu terhadap orang-orang kafir pasti akan terjadi [H.R. al-Baihaqi].

عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ قَالَ قَالَ الْحَسَنُ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ فِي الْقُنُوتِ اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ [رواه أبو داود والنسائي]

Dari Abu al-Haura (diriwayatkan) ia berkata, al-Hasan berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang harus aku ucapkan dalam shalat witir ketika berdoa qunut: Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Sayangilah aku sebagaimana orang-orang yang Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku. Jagalah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan (memberi hukuman) dan tidak ada yang menetapkan kepada-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela, Maha Suci Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau [H.R. Abu Dawud dan an-Nasa’i].

Ketiga, mengangkat kedua tangan saat berdoa. Menurutnya, mengangkat kedua tangan saat membaca doa qunut nazilah termasuk perbuatan Nabi saw dan sahabat seperti Umar bin Khathab. Hal ini juga dilandaskan kepada keumuman hadis Nabi saw tentang berdoa dengan mengangkat kedua tangan.

عَنْ أنَسِ ابْنِ مَالِكٍ … فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى صَلاَةِ الْغَدَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ … [رواه احمد]

Dari Anas bin Malik (diriwayatkan) … sungguh aku melihat Rasulullah saw setiap shalat shubuh beliau mengangkat kedua tangannya … [H.R. Ahmad].

عَنْ أَبِى عُثْمَانَ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَرَأَ ثَمَانِينَ آيَةً مِنَ الْبَقَرَةِ، وَقَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ، وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ، وَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالدُّعَاءِ حَتَّى سَمِعَ مَنْ وَرَاءَ الْحَائِطِ [رواه البيهقي]

Dari Abu Usman (diriwayatkan) berkata: Aku shalat di belakang Umar bin Khathab r.a., beliau Umar membaca delapan puluh ayat dari surah al-Baqarah, lalu beliau membaca qunut setelah rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya, beliau membaca doa dengan suara keras hingga terdengar oleh orang yang berada di balik dinding [H.R. al-Baihaqi].

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِىِّ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحِى إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ [رواه الترمذى[

Dari Salman al-Farisi (diriwayatkan) dari Nabi saw beliau bersabda: Sesungguhnya Allah sangat Pemalu dan Maha Pemurah, (Allah malu) apabila seseorang berdoa kepada-Nya dengan mengangkat kedua tangannya untuk mengembalikannya dalam keadaan hampa dan kosong [H.R. at-Tirmidzi].

Terakhir, membaca amin saat berdoa. Thoat menjelaskan, doa qunut nazilah dibaca jahr sekalipun pada shalat sir. Kemudian makmum mengaminkan doa yang dibaca oleh imam pada saat qunut nazilah. Hal ini didasarkan hadis Nabi saw.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ، وَالْعَصْرِ، وَالْمَغْرِبِ، وَالْعِشَاءِ، وَالصُّبْحِ، فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ، إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، مِنَ الرَّكْعَةِ الْأَخِيرَةِ، يَدْعُو عَلَيْهِمْ، عَلَى حَيٍّ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ، عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ، أَرْسَلَ إِلَيْهِمْ يَدْعُوهُمْ إِلَى الْإِسْلامِ، فَقَتَلُوهُمْ [رواه أحمد]

Dari Ibnu Abbas (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw melakukan qunut selama sebulan dan dilakukan berturut-turut pada shalat Dhuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh pada setiap rakaat terakhir setelah membaca: Sami‘allāhu liman ḥamidah. Beliau mendoakan keburukan bagi suku dari Bani Sulaim, Ri’il, Dzakwan dan Usayyah. Kemudian orang-orang di belakangnya mengamini. Nabi mengirim para sahabat kepada mereka untuk mengajak Islam, tetapi mereka membunuh para Sahabat itu [H.R. Ahmad].

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini