Manusia Tanpa Udel

0
192
Husamah, Dosen Pendidikan Biologi FKIP UMM. (Dok penulis/KLIKMU.CO)

Oleh: Husamah

KLIKMU.CO

Tadinya, saya mengira perkataan orang Jawa terkait “wong ora duwe udel” atau orang yang gak punya pusar hanyalah istilah belaka. Saya menganggap sekadar kelakar atau guyonan semata.

Namun, pikiran saya kini terbuka setelah saya mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Saya divonis dokter bedah di RSU UMM untuk operasi bedah pengangkatan pusar alias udel. Jadi, praktis sejak 10 Januari 2023 pukul 09.00 WIB saya resmi menjadi manusia tanpa udel.

Awalnya, saya disebut mengalami Patent urachus. Istilah ini nanti akan saya coba uraikan sebagai pelajaran berharga bagaimana masyarakat mensyukuri anugerah Allah SWT dengan merawat udel.

Alhamdulillah, kondisi saya terus membaik pascaoperasi. Walaupun satu yang berbeda, di perut masih ada perban untuk menutupi area jahitan pascaoperasi, dan nyatanya saya sudah hidup tanpa udel.

Memaknai Udel

Udel memiliki sinonim puser, pusar, atau pusat. Ia merupakan tanda suatu lubang tertutup di perut yang dibuat dengan sengaja ketika tali puser dilepas dan dipotong dari perut bayi yang baru lahir agar terlepas dari plasenta ibunya.

Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa semua makhluk berplasenta pasti punya udel atau pusar.

Bagaimana dengan ungkapan “tanpo udel” atau “wong ora duwe udel”? Makna awalnya sebenarnya bukan berarti tidak mempunyai pusar. Itu sekadar kata kiasan.

Jika kita sedikit menelisik, pun dalam bahasa Indonesia belum dijumpai ungkapan “tidak memiliki pusar”. Kata orang Jawa, jaran (kuda) itu tidak memiliki udel. Oleh karena itu, kuda dapat berlari lama, kencang, dan tidak punya “capek”.

Orang Jawa memiliki kegemaran bermain kata, memiliki makna ganda. Biasanya bergantung konteks pembicaraan.

Ada ungkapan Jawa, yaitu “sak enak udele dewe”. Ini artinya orang semaunya, sesukanya, sendiri. Dapat dikata, mungkin orang egois.

“Udel bodong” tidak hanya berarti pusernya menonjol, tetapi juga bermakna kiasan, artinya orang yang seenaknya sendiri atau semau gue. Agak mirip dengan sak enake udele, tapi konon katanya beda.

“Udele lagi bolong” dimaknai sedang berbaik hati. Sementara itu, ungkapan Jawa memaknai “ora duwe udel” dengan dua hal yang justru menurut saya berlawanan. Positif dan negatif.

Dalam satu artikel saya menemukan bahwa “ora duwe udel” artinya orang tidak memiliki nalar alias bodoh. Awalnya seperti itu. Itu dulu, zaman dulu. Maknanya kini sedikit bergeser, walau tetap negatif menjadi “ora duwe isin”. Orang tidak punya rasa malu.

Sementara itu, dalam pemaknaan positif “ora duwe udel”, maksudnya tidak punya rasa lelah, tidak pernah malas, dan orang yang selalu kerja keras. Beberapa contoh dapat saya hadirkan di sini.

Dia Basuki (2019) menuliskan artikel yang menegaskan bahwa “Kawan saya, arek Suroboyo, bilang bahwa Ahok itu ‘uwong gak duwe udel’. Berani menentang badai, berani melawan ombak.”

Arsip berita Warta Kota (2017) menunjukkan jejak digital bahwa Surya Paloh, Ketua Umum Nasdem, pernah memuji Presiden Jokowi. Walau keduanya kini berbeda pilihan politik, cerita beberapa tahun lalu bisa diambil sebagai contoh.

Surya Paloh memberikan pujian kepada Presiden Jokowi dengan ungkapan bahasa Jawa, yaitu “ora duwe udel” yang berarti tidak memiliki pusar. Maksudnya, Jokowi tidak punya rasa lelah. Ialah putra terbaik bangsa Indonesia saat ini. Begitu pujian Surya Paloh.

Lalu makna mana yang benar? Saya pun tidak mengerti. Jadi, saya hanya berpikir, saya benar-benar tidak punya udel. Fakta dan bukan kiasan atau metafora.

Mari Merawat Udel

Patent urachus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sisa sambungan antara pusar dan kantung kemih yang masih terbuka. Sambungan ini seharusnya tertutup selama proses perkembangan janin di dalam kandungan ibu hamil. Saluran ini dikenal dengan nama urachus.

Mengutip Klikdokter.com (2019), Patent urachus adalah suatu kelainan pada struktur urachus (saluran yang menghubungkan kandung kemih dan pusar saat janin masih berada di dalam rahim) yang normalnya sudah menutup sebelum bayi lahir. Penderitanya dapat mengalami infeksi saluran kemih berulang, keluarnya cairan dari pusar, kemerahan di sekitar pusar, dan nyeri perut.

Nah, yang saya alami adalah adanya benjolan kecil di pusar yang pecah sehingga keluar cairan, semacam nanah. Sebenarnya tidak terasa sakit, kecuali ketika dibersihkan dengan cotton bud atau diberi minyak tawon (dalam kasus yang saya lakukan). Informasi mengenai hal atau Patent urachus tersebut, lebih lanjut dapat di-googling atau dapat ditanyakan kepada tenaga medis/dokter yang kompeten.

Harus disadari bahwa udel faktanya merupakan tempat di mana kuman dapat terperangkap dan berkembang biak. Terlalu banyaknya kuman dapat menyebabkan infeksi yang bisa menimbulkan keluarnya cairan, misalnya nanah, dari kulit. Udel memiliki banyak lipatan yang memungkinkan terjadi penumpukan sel kulit mati, keringat, dan berbagai mikroorganisme.

Saya sarankan benar, mulai sekarang jagalah kebersihan udel. Jangan lagi disepelekan. Caranya sangat mudah, yaitu membersihkannya dengan air dan sabun saat mandi. Ingat, bersihkan pelan-pelan, jangan kasar, apalagi sampai lecet. Pastikan untuk mencuci tangan sebelum memegang pusar, begitu juga setelah memegangnya.

Pertanyaannya, kapan harus ke dokter? Masih mengutip Klikdokter.com (2019), bila Anda mencurigai adanya infeksi, segeralah memeriksakan ke dokter agar dokter dapat menanganinya sesegera mungkin dan melakukan tindakan yang tepat. Tanda infeksi yang perlu diwaspadai antara lain: demam, nyeri atau gangguan berkemih, nyeri otot perut, kemerahan di area sekitar pusar, dan daerah di sekitar pusar teraba lunak.

Akhirnya, syukuri anugerah Allah SWT berupa udel dengan merawatnya baik-baik. Jagalah kesehatan jiwa dan tubuh Anda. Syukuri kesehatan dengan bekerja keras, tuntas, dan amanah. Jangan malas-malasan. Namun, jika capek/lelah, beristirahatlah. Wallahu a’lam bisshowab.

Husamah
Dosen Pendidikan Biologi FKIP UMM, Pasien Operasi Bedah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini