Masa Tenang Pemilu, Ini Pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah

0
64
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir. (Muhammadiyah.or.id)

Yogyakarta, KLIKMU.CO – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tinggal dua hari lagi. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi berharap hajatan lima tahunan tersebut dilaksanakan dengan aman, damai, bersih, dan sesuai peraturan yang berlaku.

Pada masa tenang pemilu yang dimulai Ahad (11/2/2024), Haedar mengajak seluruh pihak untuk merenungkan kembali guna menciptakan pemilu sebagai proses demokrasi yang bermakna. Bukan sekadar proses memenangkan kontestasi.

“Pemilu tidak berhenti pada perjuangan kekuasaan atau power struggle tentang siapa menang, siapa kalah,” pesan Haedar pada Refleksi Pemilu 2024, Ahad (11/2/2024).

Dalam mengarungi kontestasi pada pemilu juga tidak boleh menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan. Tetapi menjalankan pemilu ini sebagai kontestasi dalam demokrasi yang substantif serta tidak bersifat pragmatis transaksional.

“Pemilu tidak dijadikan pasar politik yang sarat transaksi dengan orientasi memilih sekadar memilih berdasarkan kepentingan-kepentingan sesaat yang bersifat nilai guna atau pragmatis, baik berupa materi maupun kursi dan posisi,” ungkap Haedar.

Akan tetapi, Pemilu 2024 adalah proses demokrasi untuk memilih para pemimpin Indonesia di lembaga eksekutif dan legislatif yang akan menentukan merah putihnya Indonesia.

“Proses pemilu harus mengikuti proses demokrasi dari, oleh, dan untuk rakyat,” tegasnya

Guru Besar Sosiologi UMY itu berharap  supaya hasil dari Pemilu 2024 ini membawa kemaslahatan terbesar bagi hajat hidup rakyat dan masa depan Indonesia jaya sebagaimana cita-cita pendiri bangsa.

Menurut dia, Indonesia didirikan untuk menyejahterakan umum dan mencerdaskan bangsa. Selain itu, turut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Oleh karena itu, kepada para kontestan di Pemilu 2024 ini, diharapkan memiliki proyeksi visi kebangsaan, yaitu terwujudnya Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sehingga cita-cita nasional itu terwujud di dunia nyata, tidak menjadi utopia.

“Pikiran para elite yang berkontestasi tidak boleh terjebak pada kesadaran untuk berkuasa semata, apalagi disertai sikap euforia dan serampangan seolah menjadi pemimpin negara Indonesia itu merupakan pekerjaan gampang, dan ringan,” sambung Haedar.

Mandat rakyat dititipkan untuk memimpin negara ini bukan remeh. Ada beban berat di pundak bagi yang terpilih untuk menyelenggarakan kehidupan yang maju di segala bidang sesuai dengan perintah konstitusi dan cita-cita pendiri negara ini. Yakni, bukan hanya memajukan secara fisik, tapi juga jiwa, pikiran, serta perilaku.

“Memimpin Indonesia ibarat menakhodai kapal besar di tengah gelombang dahsyat di lautan, sarat masalah dan tantangan. Beban masalah dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan ke depan sangatlah kompleks,” tuturnya.

Haedar lantas memerinci beberapa permasalahan yang akan dihadapi Indonesia. Yakni, generasi Indonesia Emas 2045, merawat persatuan di tengah kebinekaan, menegakkan nilai utama kebangsaan, menyelesaikan masalah domestik, dan luar negeri dari hal praktis hingga strategis, mengolah dan menyelamatkan sumber daya alam, serta menjadikan Indonesia benar-benar maju di seluruh bidang kehidupan.

“Tidak hanya itu, tantangan yang akan dihadapi oleh pemimpin terpilih juga adalah memajukan Indonesia hingga setara dengan negara maju yang lain, masalah korupsi yang masih menakutkan, utang negara, kesenjangan sosial, lemahnya penegakan hukum, dinamika daerah, masalah perubahan iklim, politik, dan ekonomi global,” tandasnya.

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini