Menanti Mujadid Muhammadiyah Tatar Sunda

0
148
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Sudah tidak sabar, berharap segera momentum musyawarah wilayah Jawa Barat yang rencananya digelar Cirebon dapat melahirkan pemimpin-pemimpin berjiwa dan berkarakter pembaharu atau mujadid. Penduduk Jawa Barat di tanah Tatar Sunda terbilang daerah atau wilayah paling padat populasi penduduknya, hampir menyentuh ke angka 40 juta kurang lebih jumlah penduduknya.

Sangat fantastis dilihat dari populasi jumlah penduduknya. Pun sama Muhammadiyah di Jawa Barat sebagai organisasi Islam secara struktural jumlah pimpinan daerah dan cabang termasuk terbanyak ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun masih dikategorikan belum menjadi terbanyak amal usaha Muhammadiyah. Bahkan kondisi kemakmuran dan kesehatan amal usaha masih terbilang di bawah standar makmur.

Pada musywil kali ini, di Cirebon sangat menunggu geliat dan agresivitasnya dalam menyeleksi calon-calon pimpinan Muhammadiyah yang akan menjadi penggerak, pembaharu, dan pencerah Muhammadiyah di tanah Tatar Sunda Pasundan. Jawa Barat terkenal dengan paham agama yang cukup fundamental, hal ihwal gerakan Islam sejak dahulu hingga kini masih sangat terasa. Populasi penduduk yang beragama Islam di Jawa Barat hingga menyentuh di 97% dari total penduduknya, terbesar jumlah penduduk di Indonesia.

Karena itu wajar jikalau Muhammadiyah di tanah Pasundan Tatar Sunda harusnya lebih maju dan berkembang dari daerah lain. Pasalnya populasi muslim terbesar di Indonesia. Sangat potensial untuk dijadikan sebagai pasar dakwah persyarikatan, khususnya pada penguatan wawasan keislaman yang modern dan berkemajuan.

Faktor penguat sangat objektif dan faktual ketika bicara keislaman di Jawa Barat, untuk meningkatkan kualitas beragama Islam di tanah Tatar Sunda, selain sikapnya yang ramah, bahkan terkenal “someah ka semah”.

Jadi, ketika ada harapan besar maju dan berkembangnya Muhammadiyah di Tatar Sunda lebih menggeliat dan dinamis, bahkan dapat jadi bukan hanya amal usaha Muhammadiyah yang besar dan maju, melainkan sangat memungkinkan melahirkan pemimpin besar nasional dan Internsional, dengan catatan para pimpinan Muhammadiyah di Jawa Barat baik itu Muhamamdiyah wilayah, daerah, cabang dan ranting memiliki sifat dan karakter mujadid organisasi yang tidak mengenal lelah dan putus asa. Dalam benak dan pikirannya hanya Muhammadiyah sebagai jalan berislam.

Muslim Tatar Sunda yang dikenal ramah dan santun, modal bagi persyarikatan melebarkan paham Islam yang wasathiyah. Tampilan beragama Islam santun dan beradab, juga tidak mengedepankan fanatisme mazhab yang jauh dari perdebatan paham cabang berislam. Paham keislaman di persyarikatan Muhammadiyah ditampilkan sebagai organisasi pemberi solusi masyarakat, pendekatan komunikasi dakwahnya base on praktis dan strategis.

Nilai kemanfaatan dan kemashlahatan masyarakat sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah maqbullah yang dikedepankan. Ritual beragama mengedepankan semangat kebangkitan dan kemajuan umat Islam yang terbebas dan merdeka dari kemiskinan dan kebodohan atau tunailmu.

Memberikan pencerahan Islam wasathiyah, membumikan ajaran Islam yang memberi solusi. Bermuhammadiyah sama halnya berislam, baik dalam mengamalkan tauhidulllah maupun menghindari laknatullah. Secara praktis bermuhammadiyah tidak semata-mata karena mengikuti tanpa dasar dan landasan, melainkan ada rujukan nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah maqbullah.

Sekecil apapun amaliyah Muhammadiyah bersandar pada nash. Pun ketika ada peristiwa kontemporer mengedepankan kajian metode dan pendekatan tarjih atas nash-nash yang relevan dengan kasus yang di bahas, sekaligus menggunakan dalil-dalil multidisiplin ilmu. Dengan kata kunci untuk kemashlahatan dan kemanfatan umat saat ini, hari esok hingga waktu yang akan datang.

Para mujadid Muhammadiyah, mereka para penggerak, pencerah dan juga pembaharu gerakan dakwah Muhammadiyah lebih kritis dan dinamis, hingga mampu memberi inspirasi jamaah Muhammadiyah untuk bersama melahirkan produktivitas dakwah amaliyah nyata. Mereka bukan yang hanya pemimpin retoris, yang banyak bicara dari mimbar ke mimbar namun sedikit kerja nyata, bukan pula hanya berkelana ke sana kemari tanpa ada membawa gagasan terbarukan bermanfaat bagi umat.

Pemimpin mujadid memiliki gagasan terbarukan yang kreatif, inovatif, dan produktif. Rekam jejak dalam perjalanan beramalnya murni untuk gerakan dakwah Muhammadiyah, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan kelompoknya. Pemimpin mujadid bukan pula memiliki pandangan sempit, hanya kelompok dan golongannya yang dianggap paling layak menjadi pimpinan.

Isu darah segar dan kepemimpinan dinamis sangat perlu jadi catatan. Berharap pada momentum musywil Cirebon sangat baik untuk menyikapi darah segar bukan hanya usianya, melainkan orang-orangnya baru, gagasannya baru, serta pandangan strategi kedepan benar-benar memajukan gerakan Islam di Muhammadiyah memiliki bargaining position lebih berwibawa dan punya marwah sebagai organisasi yang mandiri, baik secara finansial maupun kekuatan sumber daya manusia untuk kemajuan masyarakat tatar sunda maupun bangsa Indonesia, bahkan berusaha untuk masyarakat dunia. (*)

Bandung, Desember 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini