8 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Mendidik yang Tidak Bisa Mendadak

Ace Somantri, dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PDM Kabupaten Bandung. (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Evolusi manusia bertahap sesuai pertumbuhan fisik jasadiyah yang dibantu dengan nutrisi makanan bergizi, perkembangannya yang didukung lingkungan terdekat, baik dari orang tua dan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar.

A-i-u-e-o dan ba-bi-bu-be-bo yang merupakan kemampuan menyusun kata dan belajar berkata hingga mampu membaca walaupun terbata-bata, menunjukkan fakta bahwa rata-rata anak-anak kita sekarang ini baru bisa baca dari susunan kata dan kalimat butuh waktu 4-6 tahun dari sejak lahir. Kesungguhan dan keseriusan menjaga dan memelihara anak hingga dewasa butuh energi ekstra.

Waktu, harta, tenaga, jiwa dan raga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, itu semua hanya untuk sang buah hati kita. Kadang lupa diri saking khusu’nya berjibaku menjaga, memelihara, dan mengawasi anak-anak dengan berbagai cara membuat strategi agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik dan berguna.

Mendidik memang unik, butuh tenaga yang energik. Mendidik bukan hanya mengajar, melainkan sekaligus belajar. Sikap dan tingkah laku orang tua akan menjadi figur yang ditiru dan menjadi guru yang digugu.

Karenanya, di rumah diusahakan penuh suasana ramah, menjaga hubungan anggota keluarga tetap sama rasa saling menjaga marwah wibawa keluarga. Tidak mudah untuk membina anggota keluarga, karena itu bagian proses pembelajaran dalam pendidikan institusi keluarga.

Butuh waktu cukup lama untuk saling menjiwai satu anggota keluarga dengan anggota yang lainnya. Saling sapa dalam waktu bersama kadang tabu karena tidak biasa, sehingga ketika tumbuh dewasa sulit untuk menyadari siapa diri kita sebenarnya. Padahal lahir dalam satu rahim, dan tumbuh kembang satu rumah, hal ini fakta dan realita proses pendidikan butuh tenaga ekstra dan keahlian yang mumpuni.

Mendidik tidak bisa instan, karena bukan mie instan. Apalagi hasilnya ingin cepat didapat, kecuali dengan cara-cara yang tidak tepat, akan tetapi bisa dapat lebih cepat kalau sekedar hanya ijazah sertifikat. Lambat ataupun cepat, pendidikan tetap tidak bisa mendadak. Ada proses panjang yang harus di lalui, bukan hanya level dan jenjang yang membuat lama dan waktu panjang. Melainkan pendidik itu menanamkan, memupuk, menyiram dan memberi nutrisi nilai-nilai moral keagamaan dan kebangsaan. Pendidikan bukan memindahkan pengetahuan seperti memindahkan data dari satu handphone ke handphone lainnya melalui bluetooth dengan waktu yang singkat.

Banyak cerita, kisah dan fakta masa lalu yang menyisakan masalah hingga menyesakkan dada. Tidak sedikit generasi bangsa hingga hari ini masih banyak buta aksara, bahkan lebih memilukan lagi buta nilai moral dan agama. Ada yang bicara, abad atau era global dunia pendidikan diarahkan lebih instan dan serba cepat, penguatan karakter akhlak cenderung dikesampingkan, yang penting pendidikan mempercepat memiliki harta dan tahta walaupun dengan cara tidak benar, bahkan menghalalkan segala cara tanpa aturan dan batas-batas agama.

Ketika pendidikan melahirkan generasi cepat kaya, memang bahagia, namun hanya seketika suasana bahagia akan sirna. Pendidikan yang mengedepan integritas moral dan nilai-nilai agama, inilah yang akan menyelamatkan bangsa dan negara.

Benar kata orang tua, pendidikan akan mengangkat harkat, martabat dan derajat kita, ternyata hal itu bersumber dari Q.S. Mujadalah:11. Yang dimaksud adalah orang berilmu yang beramal sholeh, perjalanan panjang waktu yang ditempuh untuk menjadi orang berilmu yang beramal.

Liku-liku perjuangan mendidik diri di atas bangku kelas karena welas asih para guru, mendidik diri dari pengalaman dalam waktu sisa yang terbuang dalam ruang. Langkah kaki menelusuri selasar di atas bumi menghampar dipayungi awan di bawah langit. Tawa dan canda seketika, sedih dan bahagia sesaat, lelah kadang putus asa, cela dan hina kerap menerpa, gelisah dan gundah gulana menghantui setiap perasaan merasa bersalah.

Hanya dengan kejujuran yang rasional, logis dan objektif yang mampu mendidik, amanah yang memiliki kesadaran akan tanggung jawab seorang hamba, kecerdasan yang terwujud dalam kreatifitas dan inovasi pemberi solusi, dan Tabligh yang mampu diinformasikan dengan komunikasi penuh motivasi dan inspirasi. Wallahu’alam

Bandung, Oktober 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *