21 November 2024
Surabaya, Indonesia
Ekonomi

Mengapa Project S TikTok Dinilai Berpotensi Mengancam UMKM Lokal ?

Project S TikTok. (Foto: Ilustrasi)

Jakarta, KLIKMU.CO – Sejak diluncurkan April 2021, Project S TikTok banyak menimbulkan pro dan kontra. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan Project social commerce atau Project S yang diluncurkan TikTok bisa mengancam UMKM lokal.
Teten menyebut algoritma TikTok dapat membaca kebiasaan penggunanya, sehingga dapat menjadi data yang digunakan untuk menggambarkan keinginan konsumen di Indonesia.
” Project S TikTok bisa memberikan informasi kepada produsen UMKM di China yang mau masuk ke Indonesia, sehingga ini suatu ancaman. Karena itu ancaman bagi UMKM. Kita sudah perdagangan bebas, tapi saya kira setiap negara juga perlu melindungi UMKM, jangan sampai kalah bersaing,” kata Teten saat ditemui usai menghadiri acara pembekalan antikorupsi di Gedung KPK, Selasa (11/7/23).
Sementara itu ketika dimintai pendapatnya tentang Project S TikTok, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan pihaknya saat ini tengah mengkaji fenomena cross border di TikTok Shop Indonesia melalui Project S TikTok yang akan berdampak terhadap terhadap UMKM lokal. Ia memastikan UMKM masyarakat tidak akan terhenti.
“Kita lagi mengkaji fenomena perkembangan baru ini, tapi prinsipnya perlindungan terhadap konsumen dan juga menumbuhkan daya kreativitas masyarakat juga enggak boleh mati,” kata Budi saat konferensi pers di gedung Kemenkominfo, Jakarta, Kamis (20/7/23).
Pengamat Teknologi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan, Project S Tiktok ini di Inggris sudah dirilis dengan nama Trendy Beat yang sejatinya adalah TikTok Shop. Senada dengan Menkop UKM Tenten Masduki, Heru Sutadi mengungkapkan bahwa fenomena Project S Tiktok ini berpotensi mengancam keberlangsungan UMKM di Indonesia.
“Ini yang kita takutkan di mana produk-produk luar negeri dengan mudah dijual dan masuk ke Indonesia. Karena ini tentu akan berdampak negatif bagi UMKM di Indonesia. Jadi memang harus ada perhatian,” kata Heru Sutadi.
Melansir dari situs berita Financial Times, Minggu (23/7/2023), Project S merupakan platform e-commerce yang diluncurkan oleh perusahaan induk TikTok, ByteDance. Platform ini dilaporkan telah beroperasi di pasar Inggris pada 21 Juni 2023 lalu.
Berbeda dengan TikTok Shop yang beroperasi sebagai platform penjualan online di mana para pedagang dapat memamerkan dan menjual produk mereka, Project S merupakan platform di mana perusahaan langsung menjual dagangannya sendiri.
“TikTok memperluas penawaran ritel online-nya, dengan perusahaan induknya di China menjual produk melalui aplikasi video viral saat grup tersebut berupaya menantang pesaing, seperti Shein dan Amazon,” tulis Financial Times.
Dalam penerapan Project TikTok S ini, para pemilik akun TikTok di Inggris dapat menggunakan fitur belanja baru dalam aplikasi TikTok mereka yang disebut Trendy Beat. Fitur ini menawarkan barang-barang yang popular yang banyak diminati masyarakat.
Diberitakan semua barang yang diiklankan itu nantinya akan langsung dikirim dari China, dan dijual oleh perusahaan milik TikTok yang terdaftar di Singapura. Modelnya mirip dengan cara Amazon membuat dan mempromosikan sendiri rangkaian produk terlarisnya.
Dengan begitu, melalui fitur ini perusahaan dapat memanfaatkan pengetahuan TikTok terkait produk-produk yang sedang viral dan memungkinkan mereka untuk memperoleh atau membuat barang-barang itu sendiri.
Kepala e-commerce ByteDance, Bob Kang, mengatakan, fitur ini dikembangkan untuk menyaingi perusahaan rival seperti raksasa fashion Shein dan aplikasi Temu, yang menjual produk dengan harga murah.
Memperhatikan fenomena ByteDance yang merupakan Project S TikTok di Inggris, ada kekhawatiran jika Project S TikTok masuk ke Indonesia akan berpotensi merugikan pelaku UMKM.
Karena Project S TikTok dicurigai menjadi cara perusahaan untuk mengoleksi data produk yang laris manis di suatu negara, untuk kemudian diproduksi di China.
“Di Inggris itu 67 persen algoritma TikTok bisa mengubah behavior konsumen di sana dari yang tidak mau belanja jadi belanja. Bisa mengarahkan produk yang mereka bawa dari China. Mereka juga bisa sangat murah sekali,” ujar Menkop UKM Tenten Masduki. (han)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *